Boeing Sukses Lakukan Uji Coba Senjata Pencegat Rudal Antar Benua
loading...
A
A
A
AMERIKA SERIKAT - Diam-diam Boeing ternyata tidak hanya fokus pada bisnis penerbangan semata. Perusahaan yang bermarkas di Chicago, Amerika Serikat itu ternyata mengembangkan usaha di dua bisnis lainnya yakni pesawat ruang angkasa dan senjata militer.
Beberapa pekan lalu, Boeing sempat menguji coba pesawat ruang angkasa mereka, Starliner dan mengejutkan banyak orang karena gagal mengangkasa. Namun hal itu tidak membuat Boeing jera.
Kini Boeing kembali melakukan uji coba lain yang tidak kalah prestisius, senjata militer. Tidak main-main Boeing bekerja sama dengan US Missile Defense Agency (MDA) membuat sistem senjata khusus yang mampu mencegat serangan peluru kendali (rudal) antar benua atau Intercontinental Ballistic Missile (ICBM) .
Sistem senjata yang dinamakan Ground-based Midcourse Defense (GMD) itu diuji coba di Vandenberg Space Force Base, California, Amerika Serikat baru-baru ini. Dalam uji coba itu GMD sukses meluncur dan berhasil memamerkan teknologi terbaru yang mereka miliki yakni menghancurkan rudal antar benua dalam dua langkah.
Disebutkan New Atlas, sistem pencegat rudal antar benua sebenarnya bukan hal yang baru bagi sistem pertahanan Amerika Serikat. Saat ini mereka memiliki 44 rudal yang ada di beberapa markas pertahanan Amerika Serikat seperti Fort Greely, Alaska dan Vandenberg Space Force Base. Puluhan rudal itu disiapkan untuk mencegat peluru kendali yang diarahkan ke wilayah Amerika Serikat.
Masalahnya adalah sistem itu tidak mampu mencegat rudal berkekuatan besar seperti senjata nuklir. Selain itu cara kerja puluhan rudal itu terbilang memakan waktu karena terdiri dari tiga tahapan.
Peluang ini yang coba ditawarkan oleh Boeing kepada MDA. Sistem pencegatan rudal antar benua yang mereka buat diklaim bekerja dalam dua langkah. Selain itu Boeing mengklaim bisa mencegat rudal berkekuatan besar seperti senjata nuklir.
"Teknologi yang kami miliki lebih dini menghancurkan rudal yang masih ada di udara. Keunggulan ini menawarkan peluang untuk mencegah dan mengalahkan ancaman dari rudal-rudal yang datang ke Amerika dari benua lain," ungkap Boeing dalam keterangan resminya.
Menariknya lagi Boeing tidak hanya mengandalkan sistem pencegatan dua langkah. Sistem tersebut dilengkapi dengan dengan perangkat lunak digital yang bisa diperbarui. Jadi pihak militer Amerika Serikat bisa mengubah sistem pencegatan dua langkah menjadi tiga langkah dengan melakukan pembaruan software.
"Boeing sangat siap jika dipanggil atau terpilih untuk mengamankan negara. Selama 20 tahun kami sudah mengembangkan sistem ini. Kami sangat bangga sistem buatan kami akan digunakan untuk menjaga negara hingga tahun-tahun berikutnya," ujar Debbie Barnet, Boeing GMD Vice President dan Program Director.
Beberapa pekan lalu, Boeing sempat menguji coba pesawat ruang angkasa mereka, Starliner dan mengejutkan banyak orang karena gagal mengangkasa. Namun hal itu tidak membuat Boeing jera.
Kini Boeing kembali melakukan uji coba lain yang tidak kalah prestisius, senjata militer. Tidak main-main Boeing bekerja sama dengan US Missile Defense Agency (MDA) membuat sistem senjata khusus yang mampu mencegat serangan peluru kendali (rudal) antar benua atau Intercontinental Ballistic Missile (ICBM) .
Sistem senjata yang dinamakan Ground-based Midcourse Defense (GMD) itu diuji coba di Vandenberg Space Force Base, California, Amerika Serikat baru-baru ini. Dalam uji coba itu GMD sukses meluncur dan berhasil memamerkan teknologi terbaru yang mereka miliki yakni menghancurkan rudal antar benua dalam dua langkah.
Disebutkan New Atlas, sistem pencegat rudal antar benua sebenarnya bukan hal yang baru bagi sistem pertahanan Amerika Serikat. Saat ini mereka memiliki 44 rudal yang ada di beberapa markas pertahanan Amerika Serikat seperti Fort Greely, Alaska dan Vandenberg Space Force Base. Puluhan rudal itu disiapkan untuk mencegat peluru kendali yang diarahkan ke wilayah Amerika Serikat.
Masalahnya adalah sistem itu tidak mampu mencegat rudal berkekuatan besar seperti senjata nuklir. Selain itu cara kerja puluhan rudal itu terbilang memakan waktu karena terdiri dari tiga tahapan.
Peluang ini yang coba ditawarkan oleh Boeing kepada MDA. Sistem pencegatan rudal antar benua yang mereka buat diklaim bekerja dalam dua langkah. Selain itu Boeing mengklaim bisa mencegat rudal berkekuatan besar seperti senjata nuklir.
"Teknologi yang kami miliki lebih dini menghancurkan rudal yang masih ada di udara. Keunggulan ini menawarkan peluang untuk mencegah dan mengalahkan ancaman dari rudal-rudal yang datang ke Amerika dari benua lain," ungkap Boeing dalam keterangan resminya.
Menariknya lagi Boeing tidak hanya mengandalkan sistem pencegatan dua langkah. Sistem tersebut dilengkapi dengan dengan perangkat lunak digital yang bisa diperbarui. Jadi pihak militer Amerika Serikat bisa mengubah sistem pencegatan dua langkah menjadi tiga langkah dengan melakukan pembaruan software.
"Boeing sangat siap jika dipanggil atau terpilih untuk mengamankan negara. Selama 20 tahun kami sudah mengembangkan sistem ini. Kami sangat bangga sistem buatan kami akan digunakan untuk menjaga negara hingga tahun-tahun berikutnya," ujar Debbie Barnet, Boeing GMD Vice President dan Program Director.
(wsb)