BMKG Pastikan Suhu Panas Jakarta Melebihi Laju Pemanasan Global
loading...
A
A
A
JAKARTA - Peneliti Bidang Meteorologi-Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Siswanto, mengatakan teriknya matahari yang ada belakangan ini berbeda dengan laju pemanasan yang di Jakarta jauh lebih tinggi 1,4 kali dibandingkan pemanasan secara global.
Ia menjelaskan bahwa cuaca yang lebih terik dan panas saat ini karena sedang dalam masa peralihan musim untuk di Jakarta dan sekitar Jawa Barat, yang dari mulai kemarau ke musim penghujan.
"Ini juga menjelang bulan Oktober nanti biasanya matahari akan berada di sekitar Khatulistiwa dan akan cenderung bergerak ke arah selatan, sehingga nanti di sekitar tanggal 23 Oktober itu akan 23 derajat di lintang selatan ya, itu berarti akan melewati Pulau Jawa," tuturnya saat dihubungi melalui pesan singkat, Selasa (21/9/2021)
Kondisi seperti ini biasa disebut dengan titik kombinasi matahari, yang posisinya tepat di atas kepala kita. Sehingga akan merasakan radiasi matahari lebih kuat dari biasanya, itu biasanya menyebabkan cuaca terik di siang hari.
Nah, jika bicara soal perubahan temperatur di Jakarta yang 1,4 kali lebih kuat dibandingkan pemanasan global, itu sebenarnya adalah ukuran yang menyatakan perubahan suhu permukaan yang dihitung sejak zaman pra industri hingga zaman sekarang.
"Jadi sudah sekitar, kalau zaman pra industri kan sudah ada sejak tahun 1850 an hingga 1900 an, ya berarti data BMKG hingga sekarang menunjukan suhu Jakarta itu kemiringannya atau laju perubahannya itu jauh lebih tinggi dibanding laju perubahan global," jelasnya.
" Nah, pemanasan global atau perubahan global itu dilaporkan oleh WMO (World Meteorological Organization) sudah 1,2 kali lebih tinggi sejak pra industri. Kalau Jakarta dari penelitian saja 1,6 selama 135 tahun terakhir," imbuhnya.
Jika mengacu pada Perjanjian Paris, meminta seluruh pihak negara-negara yg menandatangani supaya menghentikan laju pemanasan global tidak lebih dari 2.
"Kalau kita secara ambisius 1,5. Kita diminta untuk melakukan kajian supaya secara global laju pemanasan tidak lebih dari 1,5," tuturnya.
Saat ini, lanjut Siswanto, seluruh permukaan bumi 1,2 berarti masih punya untuk waktu 0,3 untuk tidak sampai ke 1,5. Dan sekitar 0,8 untuk tidak mencapai 2.
"Tapi kalau kita hitung per lokal, sebenarnya Jakarta sudah melebihi 1,5 dalam 135 tahun terakhir." pungkasnya.
Ia menjelaskan bahwa cuaca yang lebih terik dan panas saat ini karena sedang dalam masa peralihan musim untuk di Jakarta dan sekitar Jawa Barat, yang dari mulai kemarau ke musim penghujan.
"Ini juga menjelang bulan Oktober nanti biasanya matahari akan berada di sekitar Khatulistiwa dan akan cenderung bergerak ke arah selatan, sehingga nanti di sekitar tanggal 23 Oktober itu akan 23 derajat di lintang selatan ya, itu berarti akan melewati Pulau Jawa," tuturnya saat dihubungi melalui pesan singkat, Selasa (21/9/2021)
Kondisi seperti ini biasa disebut dengan titik kombinasi matahari, yang posisinya tepat di atas kepala kita. Sehingga akan merasakan radiasi matahari lebih kuat dari biasanya, itu biasanya menyebabkan cuaca terik di siang hari.
Nah, jika bicara soal perubahan temperatur di Jakarta yang 1,4 kali lebih kuat dibandingkan pemanasan global, itu sebenarnya adalah ukuran yang menyatakan perubahan suhu permukaan yang dihitung sejak zaman pra industri hingga zaman sekarang.
"Jadi sudah sekitar, kalau zaman pra industri kan sudah ada sejak tahun 1850 an hingga 1900 an, ya berarti data BMKG hingga sekarang menunjukan suhu Jakarta itu kemiringannya atau laju perubahannya itu jauh lebih tinggi dibanding laju perubahan global," jelasnya.
" Nah, pemanasan global atau perubahan global itu dilaporkan oleh WMO (World Meteorological Organization) sudah 1,2 kali lebih tinggi sejak pra industri. Kalau Jakarta dari penelitian saja 1,6 selama 135 tahun terakhir," imbuhnya.
Jika mengacu pada Perjanjian Paris, meminta seluruh pihak negara-negara yg menandatangani supaya menghentikan laju pemanasan global tidak lebih dari 2.
"Kalau kita secara ambisius 1,5. Kita diminta untuk melakukan kajian supaya secara global laju pemanasan tidak lebih dari 1,5," tuturnya.
Saat ini, lanjut Siswanto, seluruh permukaan bumi 1,2 berarti masih punya untuk waktu 0,3 untuk tidak sampai ke 1,5. Dan sekitar 0,8 untuk tidak mencapai 2.
"Tapi kalau kita hitung per lokal, sebenarnya Jakarta sudah melebihi 1,5 dalam 135 tahun terakhir." pungkasnya.
(wbs)