Profil Warsidi, Pawang Taman Buaya Indonesia Jaya Selama 34 Tahun Bergaji Rp300-400 Ribu Seminggu

Kamis, 13 Januari 2022 - 17:36 WIB
loading...
Profil Warsidi, Pawang...
Warsidi, seorang pawang buaya di Taman Buaya Indonesia Jaya. Foto/Ist
A A A
BEKASI - Warsidi adalah seorang pawang buaya di Taman Buaya Indonesia Jaya. Warsidi sudah mengurus buaya di tempat tersebut selama 34 tahun. Jasanya selama 34 tahun tentu memberikan dampak signifikan bagi hidup para buaya yang ada di sana.

Warsidi mengawali karier sebagai pawang buaya sejak tahun 1986. Dirinya termasuk orang yang menjadi saksi tempat pengangkaran buaya di Indonesia sejak dulu. Tempat pengangkaran buaya berpindah-pindah mulai dari Jakarta, Tangerang, sampai sekarang di Bekasi.

Lokasi Taman Buaya Indonesia Jaya tepatnya berada di Jalan Raya Serang – Cibarusah KM 3, Bekasi, Jawa Barat. Warsidi pindah tempat kerja di Bekasi sejak tahun 1991 hingga saat ini. (Baca juga; 70 Persen Buaya Betina Terbukti Setia, Buaya Jantan? )

Warsidi menjadi karyawan terlama yang bekerja di Taman Buaya Indonesia Jaya. Teman-teman seprofesinya sudah banyak yang keluar. Kebanyakan karena merasa tidak ada jaminan dan kecilnya gaji yang diterima.

Warsidi memang mendapatkan fasilitas rumah, listrik, dan air selama bekerja di Taman Buaya Indonesia Jaya. Dia mendapatkan fasilitas itu berkat tangan pemilik terdahulu. Warsidi menjadi pawang buaya terlama yang bekerja di sana.

Hal unik yang Warsidi hadapi adalah ketika buaya sedang masuk musim kawin. Buaya-buaya biasanya sampai keluar melewati pagar kolam karena ingin mencari sarang betina. Untungnya, ada saluran pembatas antara kolam dan lokasi pengunjung.

Jika ada buaya yang bertelur, maka Warsidi harus siap siaga untuk mengamankan telur itu agar tidak dimakan buaya jantan dewasa. Hal ini membuatnya harus berdiri dan bergerak di antara buaya-buaya ganas yang kelaparan.

Warsidi memberikan makan kepada buaya 2 kali seminggu. Warsidi memberi makan buaya di hari Selasa dan Jumat. Dia juga membersihkan ilalang di kolam buaya jika semua pekerjaannya sudah selesai. (Baca juga; Dijuluki Karnivora Oportunis, Buaya Tidak Pilih-Pilih Mangsa Sebagai Makanan )

Dengan pekerjaannya yang ekstrim dan berbahaya, Warsidi selaku pawang buaya yang sudah lama bekerja di sana digaji Rp 350-400 ribu seminggu. Bahkan, di awal pandemic corona, gajinya sempat dipotong setengahnya yang membuatnya harus berhemat sebisa mungkin untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Sepinya pengunjung juga berimbas kepada keuangan tempat pengangkaran. Hal ini membuatnya sedih karena buaya menjadi kurus-kurus karena kurang makan. Hal ini membuatnya teringat pesan almarhum pemilik pertama tempat pengangkaran buaya ini agar meneruskan untuk merawat buaya.

Buaya yang dirawat Warsidi sangat banyak. Di awal tempat penangkaran, jumlah buaya yang ada mencapai 15.000 buaya. Namun, kini hanya sekitar 600 ekor dengan rincian buaya yan gdi Tanjung Pasir 320 ekor dan sisanya ada di tempat Warsidi bekerja.

Pekerjaan ekstrim Warsidi sangat layak untuk diberi apresiasi lebih. Mengingat resiko dan tingkat resiko kerja yang sangat tinggi karena berhadapan dengan ratusan buaya yang bisa saja membahayakan dirinya sewaktu-waktu.. Juga mengingat pengabdiannya selama puluhan tahun yang tentu wajib diapresiasi.

Warsidi selaku pawang buaya yang sudah lama bekerja sebagai pawang buaya harus diberi perhatian lebih. Mengingat Warsidi juga memiliki 2 orang anak yang juga pasti membutuhkan biaya ke depannya. (Baca juga; Negara-negara Tempat Habitat Buaya Terbesar di Dunia )

Promosi tentang tempat pengangkaran buaya juga harus menjadi perhatian penting agar keuangan tempat pengangkaran buaya menjadi lebih baik. Imbasnya, karyawan seperti Warsidi bisa terbantu secara ekonomi menjadi lebih baik.
(wib)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2292 seconds (0.1#10.140)