Ilmuwan Rice University Berhasil Mengekstrasi Elemen Rare Earth dari Limbah
loading...
A
A
A
HOUSTON - Ahli kimia dari Rice University, Houston, Texas, Amerika Serikat (AS), James Tour berhasil mengekstraksi elemen tanah jarang ( rare earth elements/REE) yang berharga dari limbah. Dia mengekstrasi sumber elemen tanah jarang dari residu (limbah) abu batu bara, residu bauksit, dan limbah elektronik.
James Tour menggunakan proses pemanasan Joule flash lab untuk menghasilkan graphene dari sumber karbon padat dari tiga macam limbah tadi. Dalam jurnal Science Advances, para peneliti mengatakan proses tersebut lebih ramah lingkungan karena menggunakan sedikit energi dan mengubah aliran asam, menjadi tetesan yang ramah lingkungan.
“Proses yang kami temukan ini menjadi solusi bahwa kami tidak lagi bergantung pada penambangan yang merusak lingkungan atau sumber asing untuk elemen tanah jarang,” kata Tour dikutip SINDOnews dari laman Technologynetworks, Kamis (10/2/2022).
Peneliti utama Bing Deng mengatakan proses ini secara sangat menjanjikan, karena ada jutaan ton residu bauksit dan limbah elektronik yang dihasilkan setiap tahun. Jadi metode ini sangat berguna untuk mengurangi limbah dan mengolah kembali elemen tanah jarang yang ada di dalamnya.
Residu bauksit, yang disebut lumpur merah, adalah produk sampingan beracun dari produksi aluminium. Sedangkan limbah elektronik banyak berasal dari perangkat usang seperti komputer dan ponsel pintar.
Kemudian residu dari pembakaran batu bara adalah silikon, aluminium, besi, dan kalsium oksida yang membentuk kaca di sekitar elemen. Kondisi ini membuatnya sangat sulit untuk diekstraksi.
Biasanya untuk mengekstraksi limbah ini biasanya melibatkan pencucian dengan asam kuat. Selain itu, prosesnya memakan waktu lama serta tidak ramah lingkungan.
Laboratorium Rice University menemukan metode baru dengan memanaskan abu terbang dan bahan lainnya hingga sekitar 3.000 derajat Celcius dalam satu detik. Kemudian dikombinasikan dengan karbon hitam untuk meningkatkan konduktivitas.
James Tour menggunakan proses pemanasan Joule flash lab untuk menghasilkan graphene dari sumber karbon padat dari tiga macam limbah tadi. Dalam jurnal Science Advances, para peneliti mengatakan proses tersebut lebih ramah lingkungan karena menggunakan sedikit energi dan mengubah aliran asam, menjadi tetesan yang ramah lingkungan.
“Proses yang kami temukan ini menjadi solusi bahwa kami tidak lagi bergantung pada penambangan yang merusak lingkungan atau sumber asing untuk elemen tanah jarang,” kata Tour dikutip SINDOnews dari laman Technologynetworks, Kamis (10/2/2022).
Peneliti utama Bing Deng mengatakan proses ini secara sangat menjanjikan, karena ada jutaan ton residu bauksit dan limbah elektronik yang dihasilkan setiap tahun. Jadi metode ini sangat berguna untuk mengurangi limbah dan mengolah kembali elemen tanah jarang yang ada di dalamnya.
Residu bauksit, yang disebut lumpur merah, adalah produk sampingan beracun dari produksi aluminium. Sedangkan limbah elektronik banyak berasal dari perangkat usang seperti komputer dan ponsel pintar.
Kemudian residu dari pembakaran batu bara adalah silikon, aluminium, besi, dan kalsium oksida yang membentuk kaca di sekitar elemen. Kondisi ini membuatnya sangat sulit untuk diekstraksi.
Biasanya untuk mengekstraksi limbah ini biasanya melibatkan pencucian dengan asam kuat. Selain itu, prosesnya memakan waktu lama serta tidak ramah lingkungan.
Laboratorium Rice University menemukan metode baru dengan memanaskan abu terbang dan bahan lainnya hingga sekitar 3.000 derajat Celcius dalam satu detik. Kemudian dikombinasikan dengan karbon hitam untuk meningkatkan konduktivitas.