Cangkok Jantung Babi ke Tubuh Manusia Picu Kontroversial
loading...
A
A
A
KAIRO - Ilmu kesehatan memakai jantung babi yang dimodifikasi secara genetik untuk dicangkokkan pada pasien manusia di Amerika Serikat (AS). Keberhasilan ini ternyata mengundang kontroversial baik secara agama dalam hal ini (Islam dan Yahudi) maupun etis.
Fakultas Kedokteran Universitas Maryland di AS mengumumkan berita tersebut pada hari Senin waktu setempat setelah operasi pada hari Jumat pekan lalu.
Ini menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa jantung hewan dapat bertahan hidup pada manusia tanpa penolakan segera. Demikian pernyataan Fakultas Kedokteran Universitas Maryland dalam sebuah pernyataan, yang dilansir news.com.au, Selasa (11/1/2022).
Transplantasi jantung babi yang dilakukan pada Bennett juga memicu kembali perdebatan tentang penggunaan babi untuk transplantasi manusia, yang ditentang oleh banyak kelompok hak asasi hewan dan tokoh agama.
Penerimaan prosedur transplantasi organ hewan mungkin juga menimbulkan kebingungan bagi mereka yang memiliki keyakinan tertentu.
Babi dipilih karena memiliki ukuran organ yang mirip dengan manusia dan babi relatif mudah berkembang biak serta dibesarkan di penangkaran.
Namun bagaimana jika pilihan ini menimpa pasien Yahudi atau Muslim, yang agamanya memiliki aturan ketat tentang hewan?
Meskipun hukum Yahudi melarang penganutnya memelihara atau memakan babi, menerima jantung babi "sama sekali tidak melanggar hukum makanan Yahudi", kata Dr Moshe Freedman, seorang rabi senior London, bagian dari Kelompok Penasihat Moral dan Etika Departemen Kesehatan Inggris.
"Karena perhatian utama dalam hukum Yahudi adalah pelestarian kehidupan manusia, seorang pasien Yahudi diwajibkan untuk menerima transplantasi dari hewan jika ini menawarkan peluang terbesar untuk bertahan hidup dan kualitas hidup terbaik di masa depan," kata Rabi Freedman kepada BBC.
Sementara itu, Muhammad Mohiuddin dari Universitas Maryland menyebut transplantasi ini sebagai "game-changer". Dalam Islam, ada kesamaan bahwa penggunaan bahan hewani diperbolehkan jika menyelamatkan nyawa seseorang.
Dar al-Ifta, otoritas di Mesir yang berwenang mengeluarkan peraturan agama, mengatakan dalam suatu fatwa bahwa katup jantung babi diperbolehkan jika "ada kekhawatiran menyangkut nyawa pasien, kehilangan salah satu organnya, eksaserbasi atau perburukan penyakit, dan penurunan kondisi tubuh yang parah".
Profesor Julian Savulescu, Ketua Uehiro in Practical Ethics di Universitas Oxford mengatakan, bahkan jika seseorang menolak transplantasi dari hewan dengan alasan agama atau etika, mereka tidak akan ditempatkan di daftar tunggu paling belakang untuk mendapatkan donor organ manusia.
"Beberapa orang mungkin mengatakan begitu Anda memiliki kesempatan untuk mendapatkan organ , Anda harus masuk ke dalam daftar; yang lain akan mengatakan Anda harus memiliki hak yang sama seperti orang lain, Itu hanya posisi yang harus kita sesuaikan" katanya.
Fakultas Kedokteran Universitas Maryland di AS mengumumkan berita tersebut pada hari Senin waktu setempat setelah operasi pada hari Jumat pekan lalu.
Ini menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa jantung hewan dapat bertahan hidup pada manusia tanpa penolakan segera. Demikian pernyataan Fakultas Kedokteran Universitas Maryland dalam sebuah pernyataan, yang dilansir news.com.au, Selasa (11/1/2022).
Transplantasi jantung babi yang dilakukan pada Bennett juga memicu kembali perdebatan tentang penggunaan babi untuk transplantasi manusia, yang ditentang oleh banyak kelompok hak asasi hewan dan tokoh agama.
Penerimaan prosedur transplantasi organ hewan mungkin juga menimbulkan kebingungan bagi mereka yang memiliki keyakinan tertentu.
Babi dipilih karena memiliki ukuran organ yang mirip dengan manusia dan babi relatif mudah berkembang biak serta dibesarkan di penangkaran.
Namun bagaimana jika pilihan ini menimpa pasien Yahudi atau Muslim, yang agamanya memiliki aturan ketat tentang hewan?
Meskipun hukum Yahudi melarang penganutnya memelihara atau memakan babi, menerima jantung babi "sama sekali tidak melanggar hukum makanan Yahudi", kata Dr Moshe Freedman, seorang rabi senior London, bagian dari Kelompok Penasihat Moral dan Etika Departemen Kesehatan Inggris.
"Karena perhatian utama dalam hukum Yahudi adalah pelestarian kehidupan manusia, seorang pasien Yahudi diwajibkan untuk menerima transplantasi dari hewan jika ini menawarkan peluang terbesar untuk bertahan hidup dan kualitas hidup terbaik di masa depan," kata Rabi Freedman kepada BBC.
Sementara itu, Muhammad Mohiuddin dari Universitas Maryland menyebut transplantasi ini sebagai "game-changer". Dalam Islam, ada kesamaan bahwa penggunaan bahan hewani diperbolehkan jika menyelamatkan nyawa seseorang.
Dar al-Ifta, otoritas di Mesir yang berwenang mengeluarkan peraturan agama, mengatakan dalam suatu fatwa bahwa katup jantung babi diperbolehkan jika "ada kekhawatiran menyangkut nyawa pasien, kehilangan salah satu organnya, eksaserbasi atau perburukan penyakit, dan penurunan kondisi tubuh yang parah".
Profesor Julian Savulescu, Ketua Uehiro in Practical Ethics di Universitas Oxford mengatakan, bahkan jika seseorang menolak transplantasi dari hewan dengan alasan agama atau etika, mereka tidak akan ditempatkan di daftar tunggu paling belakang untuk mendapatkan donor organ manusia.
"Beberapa orang mungkin mengatakan begitu Anda memiliki kesempatan untuk mendapatkan organ , Anda harus masuk ke dalam daftar; yang lain akan mengatakan Anda harus memiliki hak yang sama seperti orang lain, Itu hanya posisi yang harus kita sesuaikan" katanya.
(wbs)