Ilmuwan Temukan Kerajaan King Kobra di India dan Indonesia
loading...
A
A
A
NEW DELHI - Ilmuwan berhasil menemukan kerajaan king cobra (ophiophagus hannah). Kerajaan tersebut mendiami wilayah yang sangat luas di daerah tropis Asia. Membentang dari Indonesia hingga india.
Namun, penelitian baru mengungkapkan bahwa domain besar king kobra ternyata tidak dikuasai hanya oleh satu spesies. Melaintkan ada empat spesies king kobra yang berbeda dan mereka mendiami kerajaannya di India dan Indonesia.
Empat spesies yang diusulka (yang belum diberi nama resmi) adalah garis keturunan Ghats Barat di India barat daya, garis keturunan Indo-China di Indonesia dan China barat, garis keturunan Indo-Melayu yang mencakup India dan Malaysia, dan garis keturunan Pulau Luzon, ditemukan di Filipina.
"Keberadaan beberapa spesies king kobra mengejutkan karena mereka terlihat mirip, berbagi habitat yang sama, menunjukkan perilaku yang serupa," kata Kartik Shanker, co penulis studi baru dan ahli ekologi evolusi di Indian Institute of Science di Bangalore seperti dilansir dari Telegraf India Jumat (25/3/2022).
Terlepas dari kesamaan mereka, kobra yang ditemukan dalam jangkauan geografis yang luas ini memiliki beberapa perbedaan fisik.
Para ilmuwan bahkan menemukan DNA dari spesimen museum yang sudah lama mati. Awalnya, para penelitian melihat gen mitokondria, yang diturunkan dari ibu ke anak, dan mereka mengidentifikasi empat garis keturunan yang berbeda.
Mereka kemudian melihat perbedaan dalam DNA nuklir – DNA yang terkandung dalam setiap inti sel – antara empat garis keturunan itu. Para peneliti menemukan bahwa keempat garis keturunan bukanlah varian regional dari satu spesies, tetapi secara genetik terpisah satu sama lain.
"Tumpang tindih keragaman genetik dengan wilayah geografis yang terpisah menunjukkan bahwa spesies tersebut telah berevolusi secara terpisah tanpa aliran gen di antara mereka. Temuan ini memiliki implikasi untuk konservasi spesies ini," kata Shankar kepada Telegraph India.
King cobra saat ini terdaftar sebagai spesies yang "rentan" oleh Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN). Namun, membagi kelompok menjadi beberapa spesies kemungkinan akan memaksa pemeriksaan ulang status ini. Penelitian ini dipublikasikan September 2021 dalam jurnal Molecular Phylogenetics and Evolution.
Namun, penelitian baru mengungkapkan bahwa domain besar king kobra ternyata tidak dikuasai hanya oleh satu spesies. Melaintkan ada empat spesies king kobra yang berbeda dan mereka mendiami kerajaannya di India dan Indonesia.
Empat spesies yang diusulka (yang belum diberi nama resmi) adalah garis keturunan Ghats Barat di India barat daya, garis keturunan Indo-China di Indonesia dan China barat, garis keturunan Indo-Melayu yang mencakup India dan Malaysia, dan garis keturunan Pulau Luzon, ditemukan di Filipina.
"Keberadaan beberapa spesies king kobra mengejutkan karena mereka terlihat mirip, berbagi habitat yang sama, menunjukkan perilaku yang serupa," kata Kartik Shanker, co penulis studi baru dan ahli ekologi evolusi di Indian Institute of Science di Bangalore seperti dilansir dari Telegraf India Jumat (25/3/2022).
Terlepas dari kesamaan mereka, kobra yang ditemukan dalam jangkauan geografis yang luas ini memiliki beberapa perbedaan fisik.
Para ilmuwan bahkan menemukan DNA dari spesimen museum yang sudah lama mati. Awalnya, para penelitian melihat gen mitokondria, yang diturunkan dari ibu ke anak, dan mereka mengidentifikasi empat garis keturunan yang berbeda.
Mereka kemudian melihat perbedaan dalam DNA nuklir – DNA yang terkandung dalam setiap inti sel – antara empat garis keturunan itu. Para peneliti menemukan bahwa keempat garis keturunan bukanlah varian regional dari satu spesies, tetapi secara genetik terpisah satu sama lain.
"Tumpang tindih keragaman genetik dengan wilayah geografis yang terpisah menunjukkan bahwa spesies tersebut telah berevolusi secara terpisah tanpa aliran gen di antara mereka. Temuan ini memiliki implikasi untuk konservasi spesies ini," kata Shankar kepada Telegraph India.
King cobra saat ini terdaftar sebagai spesies yang "rentan" oleh Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN). Namun, membagi kelompok menjadi beberapa spesies kemungkinan akan memaksa pemeriksaan ulang status ini. Penelitian ini dipublikasikan September 2021 dalam jurnal Molecular Phylogenetics and Evolution.
(wbs)