Angkatan Luar Angkasa AS Tuding Rusia Jamming Sinyal Satelit GPS di Ukraina
loading...
A
A
A
KIEV - Angkatan Luar Angkasa (Space Force) Amerika Serikat (AS) menuding Rusia telah melakukan jamming satelit sistem penentuan posisi global atau global positioning system (GPS) di Ukraina. Jammer dari pasukan Rusia yang mengepung Ukraina menargetkan satelit GPS yang digunakan untuk navigasi, pemetaan, dan tujuan lain.
"Ukraina mungkin jadi tidak dapat menggunakan GPS karena ada jammer di sekitar yang mencegah mereka menerima sinyal yang dapat digunakan," kata Jenderal David Thompson, Wakil Kepala Operasi Ruang Angkasa Angkatan Luar Angkasa, kepada NBC Nightly News dikutip SINDOnews dari laman Space.com, Rabu (13/4/2022).
Thompson mencatat bahwa Rusia tidak secara langsung menyerang satelit mana pun di orbit, tetapi Angkatan Luar Angkasa mengawasi kemungkinan seperti itu. Secara khusus, Rusia menargetkan sistem satelit Navstar yang digunakan oleh Amerika Serikat dan tersedia secara terbuka untuk banyak negara di seluruh dunia.
"Tentu saja orang Rusia memahami nilai dan pentingnya GPS dan mencoba mencegah orang lain menggunakannya," tambah Thompson.
Sistem satelit Navstar yang digunakan oleh Amerika Serikat menggunakan 24 satelit utama yang masing-masing mengorbit Bumi setiap 12 jam. Sistem ini bekerja dengan mengirimkan sinyal yang disinkronkan ke pengguna di Bumi.
Rusia memiliki sistem independennya sendiri, yang disebut GLONASS, sedangkan orang Eropa memiliki sistem yang disebut Galileo, dan China memiliki sistem yang disebut Beidou.
Karena satelit bergerak ke arah yang berbeda, pengguna menerima sinyal mereka pada waktu yang sedikit berbeda. Ketika empat satelit tersedia, penerima GPS dapat menggunakan sinyalnya untuk menghitung posisi pengguna, seringkali hanya dalam jarak beberapa kaki.
Ukraina juga menderita kekurangan konektivitas Internet sebagai akibat dari serangan Rusia, yang dimulai 24 Februari dan masih berlangsung sampai saat ini. SpaceX, atas permintaan Ukraina, telah mengirimkan ribuan terminal Starlink ke negara itu untuk menyediakan seperangkat infrastruktur independen.
Pada awal Maret, CEO SpaceX Elon Musk mencatat bahwa sinyal Starlink juga telah macet, meskipun perusahaannya sedang beradaptasi dan berusaha memperbaiki gangguan itu. "Beberapa terminal Starlink di dekat daerah konflik macet selama beberapa jam," tulis Musk melalui Twitter pada 1 Maret.
"Ukraina mungkin jadi tidak dapat menggunakan GPS karena ada jammer di sekitar yang mencegah mereka menerima sinyal yang dapat digunakan," kata Jenderal David Thompson, Wakil Kepala Operasi Ruang Angkasa Angkatan Luar Angkasa, kepada NBC Nightly News dikutip SINDOnews dari laman Space.com, Rabu (13/4/2022).
Thompson mencatat bahwa Rusia tidak secara langsung menyerang satelit mana pun di orbit, tetapi Angkatan Luar Angkasa mengawasi kemungkinan seperti itu. Secara khusus, Rusia menargetkan sistem satelit Navstar yang digunakan oleh Amerika Serikat dan tersedia secara terbuka untuk banyak negara di seluruh dunia.
"Tentu saja orang Rusia memahami nilai dan pentingnya GPS dan mencoba mencegah orang lain menggunakannya," tambah Thompson.
Sistem satelit Navstar yang digunakan oleh Amerika Serikat menggunakan 24 satelit utama yang masing-masing mengorbit Bumi setiap 12 jam. Sistem ini bekerja dengan mengirimkan sinyal yang disinkronkan ke pengguna di Bumi.
Rusia memiliki sistem independennya sendiri, yang disebut GLONASS, sedangkan orang Eropa memiliki sistem yang disebut Galileo, dan China memiliki sistem yang disebut Beidou.
Karena satelit bergerak ke arah yang berbeda, pengguna menerima sinyal mereka pada waktu yang sedikit berbeda. Ketika empat satelit tersedia, penerima GPS dapat menggunakan sinyalnya untuk menghitung posisi pengguna, seringkali hanya dalam jarak beberapa kaki.
Ukraina juga menderita kekurangan konektivitas Internet sebagai akibat dari serangan Rusia, yang dimulai 24 Februari dan masih berlangsung sampai saat ini. SpaceX, atas permintaan Ukraina, telah mengirimkan ribuan terminal Starlink ke negara itu untuk menyediakan seperangkat infrastruktur independen.
Pada awal Maret, CEO SpaceX Elon Musk mencatat bahwa sinyal Starlink juga telah macet, meskipun perusahaannya sedang beradaptasi dan berusaha memperbaiki gangguan itu. "Beberapa terminal Starlink di dekat daerah konflik macet selama beberapa jam," tulis Musk melalui Twitter pada 1 Maret.
(wib)