Ilmuwan Berhasil Pecahkan Kode Rahasia yang Ada di Otak Manusia

Jum'at, 15 April 2022 - 09:09 WIB
loading...
Ilmuwan Berhasil Pecahkan Kode Rahasia yang Ada di Otak Manusia
Setelah melakukan penelitian bertahun-tahun, para ilmuwan berhasil mengungkap misteri otak manusia mengenai cara kerja memori. Foto/dok
A A A
NEW YORK - Setelah melakukan penelitian bertahun-tahun, para ilmuwan berhasil mengungkap misteri otak manusia mengenai cara kerja memori. Misteri ini terungkap setelah mereka melakukan pemindaian otak manusia yang disebut pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI).

Dilansir Live Science, Jumat (15/4/2022), 'kode rahasia' yang digunakan otak untuk membuat jenis kunci memori akhirnya telah dipecahkan ilmuwan. Jenis memori yang disebut memori kerja ini adalah yang memungkinkan orang untuk sementara menyimpan dan memanipulasi informasi untuk waktu yang singkat.

Anda menggunakan memori kerja, misalnya ketika sedang mencari nomor telepon dan kemudian secara singkat mengingat urutan angkanya. Bisa juga ketika Anda menuju restoran favorit dan mengingat lagi lokasi jalannya.

Derek Nee asisten profesor psikologi dan ilmu saraf di Florida State University mengatakan, selama beberapa dekade, para ilmuwan bertanya-tanya bagaimana dan di mana otak mengkodekan ingatan sementara itu.



"Dalam teori alternatif ini, memori kerja pada dasarnya adalah fenomena yang muncul ketika representasi sensorik dan motorik disimpan saat kita menghubungkan masa lalu ke masa depan," kata Nee.

Menurut teori ini, sel-sel otak yang sama menyala ketika Anda pertama kali membaca nomor telepon seperti yang dilakukan ketika Anda membaca nomor itu lagi dan lagi dalam memori kerja otak.

"Ada petunjuk selama beberapa dekade bahwa apa yang disimpan di memori kerja mungkin berbeda dari apa yang dirasakan," kata penulis senior studi Clayton Curtis, seorang profesor psikologi dan ilmu saraf di New York University kepada Live Science di email.

Untuk memecahkan misteri memori kerja, Curtis dan rekan penulis Yuna Kwak, seorang mahasiswa doktoral di NYU, menggunakan teknik pemindaian otak yang disebut pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI), yang mengukur perubahan aliran darah ke berbagai bagian otak.

Sel-sel otak yang aktif membutuhkan lebih banyak energi dan oksigen, sehingga fMRI memberikan ukuran tidak langsung dari aktivitas sel otak.



Dalam salah satu uji coba, hasil pemindaian otak para sukarelawan terlihat lingkaran yang terdiri dari kisi-kisi, atau garis miring, di layar selama kira-kira empat detik. Grafik tersebut kemudian menghilang, dan 12 detik kemudian, para peserta diminta untuk mengingat kembali sudut dari garis miring tersebut.

Dalam uji coba lain, para peserta melihat awan titik-titik bergerak yang semuanya bergeser ke arah yang sama, dan mereka diminta untuk mengingat sudut yang tepat dari gerakan awan titik itu. "Kami memperkirakan bahwa sukarelawan akan mengkode ulang stimulus kompleks di otal mereka," kata Curtis.

Para peneliti menggunakan pemodelan komputer untuk memvisualisasikan aktivitas otak yang kompleks, menciptakan semacam peta topografi yang mewakili puncak dan lembah aktivitas di berbagai kelompok sel otak.

Sel-sel otak yang memproses data visual memiliki "medan reseptif", yang berarti mereka aktif sebagai respons terhadap rangsangan yang muncul di zona tertentu bidang visual seseorang.



Analisis ini mengungkapkan bahwa, alih-alih mengkodekan semua detail halus dari setiap grafik, otak hanya menyimpan informasi relevan yang diperlukan untuk tugas yang ada.

"Salah satu keterbatasan penelitian ini adalah bahwa tim menggunakan grafik yang sangat sederhana, yang tidak selalu mencerminkan kompleksitas visual dunia nyata," kata Nee.

Memori kerja pada dasarnya bertindak sebagai jembatan antara persepsi dan tindakan. "Studi ini, mengungkap pandangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke dalam zona perantara misterius antara persepsi dan tindakan ini," kata Nee.
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2235 seconds (0.1#10.140)