Jerapah Leher Pendek Ternyata Pernah Hidup di Dataran China, Punya Cara Bertarung Berbeda

Sabtu, 04 Juni 2022 - 07:08 WIB
loading...
Jerapah Leher Pendek Ternyata Pernah Hidup di Dataran China, Punya Cara Bertarung Berbeda
Discokeryx xiezhi atau jerapah berleher pendek ini merupakan petarung yang tangguh dengan menggunakan kepalanya (headbutting). Foto/LiveScience
A A A
BEIJING - Hampir 17 juta tahun yang lalu, kerabat jerapah modern yang berkeliaran di dataran China utara ternyata memiliki leher yang pendek, kekar, dan tengkorak yang tebal. Spesies yang sudah punah ini bernama Discokeryx xiezhi, dan memiliki cara bertarung berbeda dengan jerapah saat ini.

Discokeryx xiezhi atau jerapah berleher pendek ini merupakan petarung yang tangguh dengan menggunakan kepalanya (headbutting). Ini berbeda dengan jerapah saat ini yang bertarung menggunakan lehernya (neck-fighting).

Discokeryx xiezhi, memiliki pelindung tulang seperti piringan di bagian atas tengkoraknya, ditutupi lapisan pelindung keratin, jenis jaringan yang sama yang ditemukan di tanduk banteng dan domba jantan. Perangkat keras ini menyerupai semacam helm jongkok yang diletakkan di atas kepala hewan itu.



Dalam analisis baru, para ilmuwan dalam di jurnal Science pada 2 Juni 2022 mengatakan, jerapah berleher pendek ini kemungkinan besar memukul "helm" mereka bersama-sama selama perkelahian memperebutkan pasangan. Berbeda dengan jerapah jantan modern menggunakan gaya bertarung yang dikenal sebagai "necking".

“[Para peneliti] telah memberikan bukti tegas bahwa fosil Discokeryx sangat cocok untuk benturan kepala yang intens. Bentrokan head-to-head menjadi bagian erat dalam pertarungan pejantan,” kata Robert Simmons, peneliti di Institut Ornitologi Afrika FitzPatrick University of Cape Town dikutip SINDOnews dari laman LiveScience, Sabtu (4/6/2022).
Jerapah Leher Pendek Ternyata Pernah Hidup di Dataran China, Punya Cara Bertarung Berbeda


Para peneliti menemukan fosil Discokeryx xiezhi di Cekungan Junggar, wilayah Xinjiang di barat laut China. Ditemukan satu spesimen termasuk tempurung otak lengkap, bagian tengkorak yang menampung otak, dan empat vertebra pertama dari tulang belakang hewan.



“Tulang belakang ini, yang dikenal sebagai vertebra serviks, berukuran cukup besar karena bersama dengan tengkorak digunakan untuk menanduk. Setiap tulang leher ini sangat kuat, sangat tebal, sehingga dapat menerima benturan keras,” kata Jin Meng, ahli paleontologi vertebrata dan kurator American Museum of Natural History kepada Live Science.

Dua dari spesimen jerapah berleher pendek ini termasuk gigi dengan mahkota yang tinggi. Struktur ggi ini cocok untuk mengunyah rumput. Berdasarkan ukuran semua fosil, jerapah berleher pendek ini diperkirakan punya tubuh setinggi domba modern dan memiliki leher yang sama panjangnya dengan mamalia darat lainnya.

Berdasarkan analisis tulang dan gigi yang memfosil, ilmuwan mengatakan bahwa jerapah berleher pendek yang kekar ini bukanlah nenek moyang langsung dari jerapah yang masih hidup. “Meskipun terkait dengan jerapah yang menjulang tinggi saat ini, mereka adalah cabang yang berbeda dari pohon keluarga jerapah," kata Meng.
(wib)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1896 seconds (0.1#10.140)