Kadar Karbon Dioksida Terus Naik, Kelangsungan Kehidupan di Bumi dalam Ancaman Besar
loading...
A
A
A
NEW YORK - Jumlah karbon dioksida (CO2) di atmosfer diklaim mencapai rekor baru pada Mei sehingga menyebabkan fenomena pemanasan global terus berlanjut. Menurut para ilmuwan naiknya karbon dioksida membuat dunia dipaksa siap hadapi bencana.
Data yang dirilis oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) menemukan bahwa sekarang 50 persen lebih tinggi daripada tingkat pra-industri sebelum aktivitas manusia seperti pembakaran batu bara dan gas dimulai secara luas pada akhir abad ke-19.
"Sekarang, ada lebih banyak karbon dioksida di atmosfer daripada empat juta tahun lalu," kata juru bicara NOAA seperti ditulis dalam website resmi mereka.
Dapat dipahami bahwa konsentrasi CO2 mencapai puncaknya pada hampir 421 bagian per juta bulan lalu setelah sektor industri, kendaraan dan sumber daya lainnya kembali ke aktivitas normal setelah sebagian besar masyarakat internasional sekarang memasuki fase endemik.
Peningkatan tersebut menjadi salah satu penyebab pemanasan bumi, yang juga meningkatkan ancaman banjir, gelombang panas ekstrim, kekeringan dan kebakaran hutan skala besar.
Rekor tersebut juga membuktikan banyak negara gagal memenuhi komitmen mereka terhadap target yang ditetapkan di Paris pada 2015 untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius.
"Ini adalah pengingat yang jelas bagi kita untuk segera bertindak dan mengambil langkah serius untuk menjadi negara yang lebih siap menghadapi fenomena perubahan iklim," kata Administrator NOAA Rick Spinrad.
Sementara itu, ilmuwan senior di Laboratorium Pemantauan Global N OAA, Pieter Tans, mengatakan sedikit penurunan kadar CO2 selama pandemi Covid-19 pada 2020 tidak berdampak pada tren jangka panjang.
Lihat Juga: 5 Tanda Kiamat yang Muncul dari Mekkah, dari Gunung Berlubang hingga Bayangan Kabah Tidak Terlihat
Data yang dirilis oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) menemukan bahwa sekarang 50 persen lebih tinggi daripada tingkat pra-industri sebelum aktivitas manusia seperti pembakaran batu bara dan gas dimulai secara luas pada akhir abad ke-19.
"Sekarang, ada lebih banyak karbon dioksida di atmosfer daripada empat juta tahun lalu," kata juru bicara NOAA seperti ditulis dalam website resmi mereka.
Dapat dipahami bahwa konsentrasi CO2 mencapai puncaknya pada hampir 421 bagian per juta bulan lalu setelah sektor industri, kendaraan dan sumber daya lainnya kembali ke aktivitas normal setelah sebagian besar masyarakat internasional sekarang memasuki fase endemik.
Peningkatan tersebut menjadi salah satu penyebab pemanasan bumi, yang juga meningkatkan ancaman banjir, gelombang panas ekstrim, kekeringan dan kebakaran hutan skala besar.
Rekor tersebut juga membuktikan banyak negara gagal memenuhi komitmen mereka terhadap target yang ditetapkan di Paris pada 2015 untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius.
"Ini adalah pengingat yang jelas bagi kita untuk segera bertindak dan mengambil langkah serius untuk menjadi negara yang lebih siap menghadapi fenomena perubahan iklim," kata Administrator NOAA Rick Spinrad.
Sementara itu, ilmuwan senior di Laboratorium Pemantauan Global N OAA, Pieter Tans, mengatakan sedikit penurunan kadar CO2 selama pandemi Covid-19 pada 2020 tidak berdampak pada tren jangka panjang.
Lihat Juga: 5 Tanda Kiamat yang Muncul dari Mekkah, dari Gunung Berlubang hingga Bayangan Kabah Tidak Terlihat
(wbs)