Hasil Penelitian : Banyak Orang Tidak Ingin Punya Kekayaan Seperti Elon Musk
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penelitian yang dilakukan University of Bath menyimpulkan bahwa banyak orang justru tidak kebelet ingin punya jumlah harta yang sama seperti CEO Tesla Elon Musk . Lewat penelitian bertajuk "Bukti dari Penelitian di 33 Negara Terhadap Asumsi Keinginan Tidak Terbatas" diketahui banyak orang sudah merasa memiliki hidup yang sangat nyaman jika berhasil memiliki jumlah kekayaan di angka tertentu.
Uniknya jumlah yang mereka sebutkan justru hanya ada di angka USD10 juta atau setara Rp147,7 miliar. Bahkan di beberapa wilayah jumlahnya lebih kecil lagi yakni hanya USD1 juta atau mencapai Rp14,7 miliar.
Nilai ideal itu justru jomplang dengan harta kekayaan yang dimiliki oleh beberapa publik figur yang layak disebut jutawan atau miliuner. Sebut saja CEO Tesla Elon Musk yang memiliki harta kekayaan sebesar USD257 miliar atau setara Rp3.701 triliun versi Bloomberg Billionaire Index.
Eureka Alert menyebutkan penelitian yang melibatkan 8.000 orang dari 33 negara itu membuktikan bahwa prinsip ekonomi yang mengatakan manusia memiliki keinginan tak terbatas atau unlimited wants bukan suatu hal yang natural. Pasalnya 86 persen dari total responden justru memiliki angka yang pasti untuk mendapatkan kenyamanan hidup.
Ini kontras dengan prinsip kemauan tidak terbatas yang disematkan kepada semua orang. Para peneliti dari University of Bath menyakiniprinsipitu tidak berlaku universal bahkan hanya dirasakan oleh sebagian kecil orang.
Bahkan sebagian kecil orang dengan keinginan yang tidak terbatas itu bukan mencerminkan kondisi suasana dari negara tersebut. University of Bath menyebutkan Indonesia, dengan kondisi masyarakat yang sangat kolektif dan menerima adanya ketidaksetaraan justru memiliki orang-orang dengan keinginan tidak terbatas yang sangat besar.
Kontras dengan Inggris, dimana masyarakatnya cenderung individualistik, justru memiliki sedikit orang yang memiliki keinginan tidak terbatas.
Dari situlah mereka melihat bahwa ideologi keinginan tidak terbatas yang digembar-gemborkan sebagai hal yang natural dalam kegiatan ekonomi bukanlah hal yang tepat. Hal itu justru akan memunculkan tekanan bagi semua orang untuk mendapatkan lebih dari yang mereka inginkan sebenarnya.
“Fakta, bahwa kehidupan ideal semua orang ternyata ada di angka yang moderat akan lebih mudah membuat semua orang berperilaku dengan cara yang lebih selaras dengan apa yang membuat mereka benar-benar bahagia. Hal itu juga mampu mendukung lahirnya kebijakan-kebijakan yang lebih kuat untuk membantu melindungi planet ini," ujar Dr Paul Bain, dari Department of Psychology University of Bath.
Sementara Dr Renata Bongiorno dari University of Exeter mengatakan hasil penelitian itu merupakan pengingat bahwa pandangan mayoritas tidak selalu tercermin dalam kebijakan yang berlaku saat ini. Ironisnya kebijakan yang ada saat ini justru merupakan upaya dari kelompok kecil yang memungkinkan mereka menumpuk jumlah kekayaan dalam jumlah yang tidak terbatas.
"Maka kebijakan-kebijakan yang bertujuan agar semua orang bisa memiliki kemauan tidak terbatas akan lebih popular," jelasnya.
Uniknya jumlah yang mereka sebutkan justru hanya ada di angka USD10 juta atau setara Rp147,7 miliar. Bahkan di beberapa wilayah jumlahnya lebih kecil lagi yakni hanya USD1 juta atau mencapai Rp14,7 miliar.
Nilai ideal itu justru jomplang dengan harta kekayaan yang dimiliki oleh beberapa publik figur yang layak disebut jutawan atau miliuner. Sebut saja CEO Tesla Elon Musk yang memiliki harta kekayaan sebesar USD257 miliar atau setara Rp3.701 triliun versi Bloomberg Billionaire Index.
Eureka Alert menyebutkan penelitian yang melibatkan 8.000 orang dari 33 negara itu membuktikan bahwa prinsip ekonomi yang mengatakan manusia memiliki keinginan tak terbatas atau unlimited wants bukan suatu hal yang natural. Pasalnya 86 persen dari total responden justru memiliki angka yang pasti untuk mendapatkan kenyamanan hidup.
Ini kontras dengan prinsip kemauan tidak terbatas yang disematkan kepada semua orang. Para peneliti dari University of Bath menyakiniprinsipitu tidak berlaku universal bahkan hanya dirasakan oleh sebagian kecil orang.
Bahkan sebagian kecil orang dengan keinginan yang tidak terbatas itu bukan mencerminkan kondisi suasana dari negara tersebut. University of Bath menyebutkan Indonesia, dengan kondisi masyarakat yang sangat kolektif dan menerima adanya ketidaksetaraan justru memiliki orang-orang dengan keinginan tidak terbatas yang sangat besar.
Kontras dengan Inggris, dimana masyarakatnya cenderung individualistik, justru memiliki sedikit orang yang memiliki keinginan tidak terbatas.
Dari situlah mereka melihat bahwa ideologi keinginan tidak terbatas yang digembar-gemborkan sebagai hal yang natural dalam kegiatan ekonomi bukanlah hal yang tepat. Hal itu justru akan memunculkan tekanan bagi semua orang untuk mendapatkan lebih dari yang mereka inginkan sebenarnya.
“Fakta, bahwa kehidupan ideal semua orang ternyata ada di angka yang moderat akan lebih mudah membuat semua orang berperilaku dengan cara yang lebih selaras dengan apa yang membuat mereka benar-benar bahagia. Hal itu juga mampu mendukung lahirnya kebijakan-kebijakan yang lebih kuat untuk membantu melindungi planet ini," ujar Dr Paul Bain, dari Department of Psychology University of Bath.
Sementara Dr Renata Bongiorno dari University of Exeter mengatakan hasil penelitian itu merupakan pengingat bahwa pandangan mayoritas tidak selalu tercermin dalam kebijakan yang berlaku saat ini. Ironisnya kebijakan yang ada saat ini justru merupakan upaya dari kelompok kecil yang memungkinkan mereka menumpuk jumlah kekayaan dalam jumlah yang tidak terbatas.
"Maka kebijakan-kebijakan yang bertujuan agar semua orang bisa memiliki kemauan tidak terbatas akan lebih popular," jelasnya.
(wsb)