Sabdo Palon Ramalan Jayabaya soal Tanda-tanda Kiamat yang Muncul di Tanah Jawa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sabdo Palon adalah salah satu Ramalan Jayabaya soal tanda-tanda kiamat yang akan terlihat muncul di tanah Jawa yang mulai tampak. Dari pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai hingga bencana alam yang terrjadi seperti yang ditulis Sabdo Palon.
Kejatuhan Majapahit ditandai dengan candrasengkala yang berbunyi "sirna ilang kretaning bumi " dibaca sebagai 0041, yaitu tahun 1400 Saka atau 1478 Masehi.
Arti sengkala ini adalah “sirna hilanglah kemakmuran bumi”. Ada yang mengatakan bahwa candrasengkala tersebut adalah gugurnya Bre Kertabumi atau Brawijaya V raja ke-11 Majapahit oleh Girindrawardhana.
Seperti dijelaskan dalam tayangan Lingkar Kediri dari kanal YouTube Nasihat Kehidupan Misteri, Sabdopalon itu abdidalem yang sakti mandraguna. Mas Syarif Hidayat mengatakan, Sabdopalon akan pergi selama 500 tahun. Kemudian, Sabdo Palon menyatakan janjinya akan datang kembali di bumi Tanah Jawa (tataran nusantara) dengan tanda-tanda tertentu.
Tanda utama itu adalah muntahnya lahar gunung Merapi ke arah barat daya. Baunya tidak sedap. Dan juga kemudian diikuti bencana-bencana lainnya. Itulah tanda Sabdo Palon telah datang. Dalam dunia pewayangan keadaan ini dilambangkan dengan judul, “Semar Ngejawantah”.
Secara hakekat nama “Sabdo Palon Noyo Genggong” adalah simbol dua satuan yang menyatu, yaitu Hindu – Budha (Syiwa Budha). Di dalam Islam dua satuan ini dilambangkan dengan dua kalimat Syahadat.
Di Bali hal ini dilambangkan dengan apa yang kita kenal dengan “Sad Kahyangan Jagad”. Artinya dalam kejadian ini delapan kekuatan dewa-dewa menyatu, menyambut dan menghantarkan Sang Hyang Ismoyo (Sabdo Palon) untuk turun ke bumi.
Di dalam kawruh Jawa, Sang Hyang Ismoyo adalah sosok dewa yang dihormati oleh seluruh dewa-dewa. Dan gunung Merapi di sini melambangkan hakekat tempat atau sarana menitisnya dewa ke bumi.
Umpama seorang menyeberang sungai sudah datang di tengah-tengah. Tiba-tiba sungainya banjir besar, dalamnya menghanyutkan manusia sehingga banyak yang meninggal dunia.
Kejatuhan Majapahit ditandai dengan candrasengkala yang berbunyi "sirna ilang kretaning bumi " dibaca sebagai 0041, yaitu tahun 1400 Saka atau 1478 Masehi.
Arti sengkala ini adalah “sirna hilanglah kemakmuran bumi”. Ada yang mengatakan bahwa candrasengkala tersebut adalah gugurnya Bre Kertabumi atau Brawijaya V raja ke-11 Majapahit oleh Girindrawardhana.
Seperti dijelaskan dalam tayangan Lingkar Kediri dari kanal YouTube Nasihat Kehidupan Misteri, Sabdopalon itu abdidalem yang sakti mandraguna. Mas Syarif Hidayat mengatakan, Sabdopalon akan pergi selama 500 tahun. Kemudian, Sabdo Palon menyatakan janjinya akan datang kembali di bumi Tanah Jawa (tataran nusantara) dengan tanda-tanda tertentu.
Tanda utama itu adalah muntahnya lahar gunung Merapi ke arah barat daya. Baunya tidak sedap. Dan juga kemudian diikuti bencana-bencana lainnya. Itulah tanda Sabdo Palon telah datang. Dalam dunia pewayangan keadaan ini dilambangkan dengan judul, “Semar Ngejawantah”.
Secara hakekat nama “Sabdo Palon Noyo Genggong” adalah simbol dua satuan yang menyatu, yaitu Hindu – Budha (Syiwa Budha). Di dalam Islam dua satuan ini dilambangkan dengan dua kalimat Syahadat.
Di Bali hal ini dilambangkan dengan apa yang kita kenal dengan “Sad Kahyangan Jagad”. Artinya dalam kejadian ini delapan kekuatan dewa-dewa menyatu, menyambut dan menghantarkan Sang Hyang Ismoyo (Sabdo Palon) untuk turun ke bumi.
Di dalam kawruh Jawa, Sang Hyang Ismoyo adalah sosok dewa yang dihormati oleh seluruh dewa-dewa. Dan gunung Merapi di sini melambangkan hakekat tempat atau sarana menitisnya dewa ke bumi.
Umpama seorang menyeberang sungai sudah datang di tengah-tengah. Tiba-tiba sungainya banjir besar, dalamnya menghanyutkan manusia sehingga banyak yang meninggal dunia.