Mengapa BJ Habibie Dijuluki Mr Crack? Ini Penjelasannya

Senin, 15 Agustus 2022 - 20:25 WIB
loading...
Mengapa BJ Habibie Dijuluki...
BJ Habibie mendapat julukan Mr Crack karena dia adalah tokoh di balik teori keretakan pesawat.Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Nama BJ Habibie sudah sangat akrab dengan dunia penerbangan, bahkan sampai mendapat julukan Mr Crack. BJ Habibie mendapat julukan Mr Crack karena dia adalah tokoh di balik teori keretakan pesawat .

BJ Habibie adalah penemu teori keretakan pesawat yang diterapkan untuk mencegah pesawat hancur saat terbang. Teori yang ditemukan pada dekade 60-an adalah hasil pemikirannya untuk menyempurnakan desain pesawat terbang. Terutama pesawat komersial agar, tidak memiliki celah bodi dari bagian dalam panel bodi di pesawat yang bisa menyebabkan pesawat pecah di udara.

Dikutip SINDOnews dari laman indonesian-aerospace.com, teori tersebut merupakan jawaban dari kebuntuan selama 40 tahun sejarah penerbangan komersial, dimulai pada tahun 1920-an. Teori tersebut diakui oleh lembaga penerbangan Eropa dan diadopsi dalam pesawat komersial terbaru ketika itu, seperti A300 yang diproduksi oleh Airbus dari tahun 1972 hingga 2006.



Airbus adalah konsorsium perusahaan penerbangan di negara-negara Eropa, Prancis, Jerman, Spanyol, dan Amerika Serikat. BJ Habibie mengkhususkan diri dalam solusi untuk retak pesawat, sehingga mendapatkan julukan Mr. Crack.

BJ Habibie dikenal sebagai salah satu ilmuwan pertama yang menghitung dinamika perambatan retak acak. Hasil kiprah BJ Habibie di bidang penerbangan menjadi penguat dalam proyek Pesawat Terbang nasional yang disutradarai oleh PT Industri Pesawat Nurtanio (sekarang PT Dirgantara Indonesia).
Mengapa BJ Habibie Dijuluki Mr Crack? Ini Penjelasannya


Awalnya niat produksi Pesawat Udara nasional digagas oleh pemerintah Indonesia dalam ajang Indonesian Air Show 1986 dan desainnya diperkenalkan pada tahun 1989 di Paris Air Show. Pesawat yang diberi nama N-250 Gatotkaca ini merupakan jenis pesawat baling-baling dengan rute penerbangan perintis berkapasitas 50-70 penumpang.



Proyek dilanjutkan dengan Uji terbang pertama pada tahun 1995 di Bandara Husein Sastranegara, Bandung. PT Dirgantara Indonesia kemudian melakukan uji coba penerbangan kedua dengan pesawat N250 Krincing Wesi 1 tahun kemudian. Pesawat ini memiliki spesifikasi penumpang lebih banyak dari Gatot Kaca.

Namun, tindak lanjut tersebut dibatalkan karena kondisi keuangan dalam negeri dari tahun 1998 hingga 1999 mengalami krisis moneter. Hal itu membuat impian Habibie menjual pesawat nasional harus pupus.
(wib)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1774 seconds (0.1#10.140)