Deretan Fenomena Astronomi yang Akan Terjadi pada 2022
loading...
A
A
A
JAKARTA - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menyatakan akan terjadi beberapa f enomena astronomi menarik di tahun ini. Beberapa di antaranya merupakan suatu fenomena yang langka terjadi.
Pada bulan Juni lalu, terjadi fenomena langka planet sejajar. Mulai tanggal 4 Juni 2022, ada lima hingga enam planet yang letaknya saling berjajar. Planet tersebut adalah Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, dan Uranus.
Andi Pangerang, Peneliti di Pusat Sains Antariksa LAPAN Badan Riset dan Inovasi Nasional, mengatakan bahwa fenomena planet sejajar ini berlanjut hingga 28-30 Juni 2022. Planet sejajar tergolong sebagai fenomena langka lantaran waktu rotasi yang ditempuh masing-masing planet berbeda. Oleh karena itu, fenomena ini mungkin akan dapat dinikmati kembali setelah 18-19 tahun mendatang.
Fenomena tersebut adalah satu di antara beberapa fenomena lainnya. Masih ada fenomena astronomis lainnya yang terjadi di tahun ini. Berikut merupakan beberapa fenomena astronomis yang terjadi di tahun 2022, beberapa diantaranya belum terjadi dan dapat dinantikan.
1. Okultasi Venus
Okultasi Venus merupakan salah satu fenomena alam astronomis yang dapat kita cermati di tahun 2022. Dilansir dari laman sindonews.com, okultasi merupakan sebuah peristiwa terhalangnya benda langit yang tampak lebih kecil oleh benda langit lain yang tampak lebih besar jika diamati dari Bumi.
Peristiwa ini dapat terjadi ketika konfigurasi ketiga benda langit tersebut membentuk garis lurus dalam tata surya.
Fenomena Bulan terhalang oleh Venus ini telah terjadi pada tanggal 27 Mei 2022. Di Indonesia, okultasi Venus dapat dinikmati dari pagi hingga siang hari. Bukan hanya Indonesia, masyarakat Brunei Darussalam dan Malaysia juga dapat menikmati fenomena astronomis ini.
2. Bulan Purnama Super
Bulan Purnama Super, disebut juga sebagai fenomena Bulan Purnama Perige, dapat terjadi ketika Bulan mengalami fase purnama dan dalam waktu bersamaan letak Bulan berada di titik terdekat dengan Bumi (Perige). Hanya terjadi setidaknya setahun sekali, namun di tahun ini fenomena Bulan Purnama Perige tampak terjadi pada tanggal 14-15 Juni dan 13-14 Juli 2022.
Pusat Sains Antariksa (Pussainsa) LAPAN mencatat puncak Bulan Purnama Super terjadi pada 14 Juni pada pukul 06.51 malam waktu setempat di jarak 357.658 kilometer, dan 14 Juli pada pukul 01.37 malam waktu setempat dengan jarak 357.416 kilometer.
4. Okultasi Uranus
Di Indonesia, okultasi Uranus terjadi saat Bulan sedang di fase sabit akhir dengan iluminasi 15,2-15,3 persen. Fenomena ini akan tampak terjadi dari sebelum hingga setelah Matahari terbit. Okultasi Uranus terlama terjadi di Manokwari, Papua Barat sejak pukul 05.23 pagi waktu setempat selama 1 jam 19 menit. Sementara, okultasi tersingkat terjadi di Balikpapan yang hanya bisa menyaksikannya selama 16 menit sejak pukul 04.30 subuh waktu setempat.
Menurut Pussainsa LAPAN, fenomena yang berlangsung pada 25 Juni 2022 tersebut pernah pula terjadi di tahun 2006 dan kemungkinan akan terjadi lagi di tahun 2030 mendatang.
5. Hujan Meteor Perseid
Puncak terjadinya fenomena hujan meteor perseid terjadi pada 13 hingga 14 Agustus lalu. Adapun intensitas hujan yang terjadi mencapai 100 meteor/jam.
Intensitas turunnya hujan meteor perseid di tiap bagian Indonesia bisa saja berbeda. Hal ini tergantung oleh ketinggian titik radiannya. Menurut Pussainsa LAPAN, intensitas hujan meteor Perseid terbagi menjadi:
Sabang (37,8°): 61 meteor/jam
Pulau Rote (20,9°): 36 meteor/jam
Berdasarkan waktunya, hujan meteor perseid dapat disaksikan pada pukul 11 malam untuk wilayah Sabang. Sedangkan di Pulau Rote, fenomena ini dapat disaksikan pada pukul 1 malam hingga 25 menit sebelum Matahari terbit.
Berbeda dengan fenomena okultasi Uranus yang membutuhkan bantuan alat untuk menyaksikannya, hujan meteor Perseid dapat disaksikan secara kasat mata meskipun bisa saja terhalang oleh cahaya Bulan. Saat menyaksikannya, pastikan langit dalam keadaan cerah, bebas halang, serta bebas polusi cahaya.
6. Gerhana Bulan Total
Fenomena gerhana bulan total masih dapat dinantikan karena belum terjadi. Fenomena ini merupakan gerhana ke-20 dari 72 gerhana di Seri Saros 136 dan diperkirakan akan terjadi pada 8 November mendatang.
Gerhana bulan total dapat terjadi ketika Bulan, Bumi, dan Matahari berada dalam satu garis lurus. Pussainsa LAPAN memprediksikan proses gerhana awal hingga akhir penumbra dapat dilihat di sebagian besar wilayah Indonesia.
Berikut merupakan catatan waktu dan wilayah untuk mengamati terjadinya fenomena ini.
- Proses awal penumbra tidak dapat diamati di Indonesia.
- Proses awal sebagian dapat dinikmati pada pukul 04.09 sore waktu setempat di wilayah Papua, Papua Barat, Pulau Seram, Pulau Halmahera, Kepulauan Aru, Kepulauan Kei, dan Kepulauan Tanimbar.
- Proses awal total terjadi pada pukul 05.16 sore waktu setempat dan dapat dinikmati di wilayah Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi, NTT, NTB, Bali, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kapuas Hulu.
- Puncak gerhana terjadi pada pukul 06.00 petang waktu setempat. Puncak gerhana dapat dinikmati di seluruh Indonesia, kecuali: Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Bengkulu.
- Proses akhir total dapat diamati di seluruh wilayah Indonesia pada pukul 06.41 malam waktu setempat.
- Proses akhir sebagian dapat diamati di seluruh wilayah Indonesia pada pukul 07.49 malam waktu setempat.
- Proses akhir penumbra dapat diamati di seluruh wilayah Indonesia pada pukul 08.56 malam waktu setempat.
Terjadi dampak lain pada alam ketika gerhana bulan total terjadi. Pada saat itu, pasang air laut kemungkinan akan terjadi lebih tinggi dari biasanya. Setelah terjadi di tahun ini, gerhana bulan total baru akan terjadi lagi pada September 2025, Maret 2025, Desember 2028, Desember 2029, April 2032, dan Oktober 2032.
7. Hujan Meteor Geminid
Fenomena hujan meteor geminid berasal dari sisa debu asteroid 3200 Phaethon. Fenomena ini kemungkinan akan menjadi penutup fenomena astronomis di tahun ini. Hujan meteor Geminid diperkirakan terjadi pada 14-15 Desember 2022.
Fenomena ini dapat dinikmati secara langsung meskipun mungkin akan terhalang cahaya Bulan. Hujan meteor Geminid akan dapat disaksikan di arah Timur Laut pada pukul 20.30 hingga Barat Laut 25 menit sebelum Matahari terbit.
Turun dengan intensitas 120 meteor/jam, intensitas ini berbeda-beda di daerah Sabang dan Pulau Rote. Perbedaan intensitas tersebut terjadi bergantung pada variasi ketinggian maksimum titik radian, intensitas puncak hujan meteor Geminid terbagi menjadi:
Pada bulan Juni lalu, terjadi fenomena langka planet sejajar. Mulai tanggal 4 Juni 2022, ada lima hingga enam planet yang letaknya saling berjajar. Planet tersebut adalah Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, dan Uranus.
Andi Pangerang, Peneliti di Pusat Sains Antariksa LAPAN Badan Riset dan Inovasi Nasional, mengatakan bahwa fenomena planet sejajar ini berlanjut hingga 28-30 Juni 2022. Planet sejajar tergolong sebagai fenomena langka lantaran waktu rotasi yang ditempuh masing-masing planet berbeda. Oleh karena itu, fenomena ini mungkin akan dapat dinikmati kembali setelah 18-19 tahun mendatang.
Fenomena tersebut adalah satu di antara beberapa fenomena lainnya. Masih ada fenomena astronomis lainnya yang terjadi di tahun ini. Berikut merupakan beberapa fenomena astronomis yang terjadi di tahun 2022, beberapa diantaranya belum terjadi dan dapat dinantikan.
1. Okultasi Venus
Okultasi Venus merupakan salah satu fenomena alam astronomis yang dapat kita cermati di tahun 2022. Dilansir dari laman sindonews.com, okultasi merupakan sebuah peristiwa terhalangnya benda langit yang tampak lebih kecil oleh benda langit lain yang tampak lebih besar jika diamati dari Bumi.
Peristiwa ini dapat terjadi ketika konfigurasi ketiga benda langit tersebut membentuk garis lurus dalam tata surya.
Fenomena Bulan terhalang oleh Venus ini telah terjadi pada tanggal 27 Mei 2022. Di Indonesia, okultasi Venus dapat dinikmati dari pagi hingga siang hari. Bukan hanya Indonesia, masyarakat Brunei Darussalam dan Malaysia juga dapat menikmati fenomena astronomis ini.
2. Bulan Purnama Super
Bulan Purnama Super, disebut juga sebagai fenomena Bulan Purnama Perige, dapat terjadi ketika Bulan mengalami fase purnama dan dalam waktu bersamaan letak Bulan berada di titik terdekat dengan Bumi (Perige). Hanya terjadi setidaknya setahun sekali, namun di tahun ini fenomena Bulan Purnama Perige tampak terjadi pada tanggal 14-15 Juni dan 13-14 Juli 2022.
Pusat Sains Antariksa (Pussainsa) LAPAN mencatat puncak Bulan Purnama Super terjadi pada 14 Juni pada pukul 06.51 malam waktu setempat di jarak 357.658 kilometer, dan 14 Juli pada pukul 01.37 malam waktu setempat dengan jarak 357.416 kilometer.
4. Okultasi Uranus
Di Indonesia, okultasi Uranus terjadi saat Bulan sedang di fase sabit akhir dengan iluminasi 15,2-15,3 persen. Fenomena ini akan tampak terjadi dari sebelum hingga setelah Matahari terbit. Okultasi Uranus terlama terjadi di Manokwari, Papua Barat sejak pukul 05.23 pagi waktu setempat selama 1 jam 19 menit. Sementara, okultasi tersingkat terjadi di Balikpapan yang hanya bisa menyaksikannya selama 16 menit sejak pukul 04.30 subuh waktu setempat.
Menurut Pussainsa LAPAN, fenomena yang berlangsung pada 25 Juni 2022 tersebut pernah pula terjadi di tahun 2006 dan kemungkinan akan terjadi lagi di tahun 2030 mendatang.
5. Hujan Meteor Perseid
Puncak terjadinya fenomena hujan meteor perseid terjadi pada 13 hingga 14 Agustus lalu. Adapun intensitas hujan yang terjadi mencapai 100 meteor/jam.
Intensitas turunnya hujan meteor perseid di tiap bagian Indonesia bisa saja berbeda. Hal ini tergantung oleh ketinggian titik radiannya. Menurut Pussainsa LAPAN, intensitas hujan meteor Perseid terbagi menjadi:
Sabang (37,8°): 61 meteor/jam
Pulau Rote (20,9°): 36 meteor/jam
Berdasarkan waktunya, hujan meteor perseid dapat disaksikan pada pukul 11 malam untuk wilayah Sabang. Sedangkan di Pulau Rote, fenomena ini dapat disaksikan pada pukul 1 malam hingga 25 menit sebelum Matahari terbit.
Berbeda dengan fenomena okultasi Uranus yang membutuhkan bantuan alat untuk menyaksikannya, hujan meteor Perseid dapat disaksikan secara kasat mata meskipun bisa saja terhalang oleh cahaya Bulan. Saat menyaksikannya, pastikan langit dalam keadaan cerah, bebas halang, serta bebas polusi cahaya.
6. Gerhana Bulan Total
Fenomena gerhana bulan total masih dapat dinantikan karena belum terjadi. Fenomena ini merupakan gerhana ke-20 dari 72 gerhana di Seri Saros 136 dan diperkirakan akan terjadi pada 8 November mendatang.
Gerhana bulan total dapat terjadi ketika Bulan, Bumi, dan Matahari berada dalam satu garis lurus. Pussainsa LAPAN memprediksikan proses gerhana awal hingga akhir penumbra dapat dilihat di sebagian besar wilayah Indonesia.
Berikut merupakan catatan waktu dan wilayah untuk mengamati terjadinya fenomena ini.
- Proses awal penumbra tidak dapat diamati di Indonesia.
- Proses awal sebagian dapat dinikmati pada pukul 04.09 sore waktu setempat di wilayah Papua, Papua Barat, Pulau Seram, Pulau Halmahera, Kepulauan Aru, Kepulauan Kei, dan Kepulauan Tanimbar.
- Proses awal total terjadi pada pukul 05.16 sore waktu setempat dan dapat dinikmati di wilayah Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi, NTT, NTB, Bali, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kapuas Hulu.
- Puncak gerhana terjadi pada pukul 06.00 petang waktu setempat. Puncak gerhana dapat dinikmati di seluruh Indonesia, kecuali: Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Bengkulu.
- Proses akhir total dapat diamati di seluruh wilayah Indonesia pada pukul 06.41 malam waktu setempat.
- Proses akhir sebagian dapat diamati di seluruh wilayah Indonesia pada pukul 07.49 malam waktu setempat.
- Proses akhir penumbra dapat diamati di seluruh wilayah Indonesia pada pukul 08.56 malam waktu setempat.
Terjadi dampak lain pada alam ketika gerhana bulan total terjadi. Pada saat itu, pasang air laut kemungkinan akan terjadi lebih tinggi dari biasanya. Setelah terjadi di tahun ini, gerhana bulan total baru akan terjadi lagi pada September 2025, Maret 2025, Desember 2028, Desember 2029, April 2032, dan Oktober 2032.
7. Hujan Meteor Geminid
Fenomena hujan meteor geminid berasal dari sisa debu asteroid 3200 Phaethon. Fenomena ini kemungkinan akan menjadi penutup fenomena astronomis di tahun ini. Hujan meteor Geminid diperkirakan terjadi pada 14-15 Desember 2022.
Fenomena ini dapat dinikmati secara langsung meskipun mungkin akan terhalang cahaya Bulan. Hujan meteor Geminid akan dapat disaksikan di arah Timur Laut pada pukul 20.30 hingga Barat Laut 25 menit sebelum Matahari terbit.
Turun dengan intensitas 120 meteor/jam, intensitas ini berbeda-beda di daerah Sabang dan Pulau Rote. Perbedaan intensitas tersebut terjadi bergantung pada variasi ketinggian maksimum titik radian, intensitas puncak hujan meteor Geminid terbagi menjadi:
(wbs)