Riset Terbaru Sebut Air Hujan di Seluruh Dunia Mengandung Racun
loading...
A
A
A
STOCKHOLM - Air hujan di seluruh dunia sekarang tidak lagi aman untuk diminum karena kadar bahan kimia beracun yang dikenal sebagai PFAS melebihi pedoman terbaru.
PFAS, yang mengacu pada zat perfluoroalkyl dan polyfluoroalkyl, pada awalnya ditemukan dalam kemasan, sampo rambut atau kosmetik.
Namun kini, bahan kimia tersebut telah menyebar ke seluruh lingkungan, termasuk air dan udara.
Kontaminasi PFAS berdampak negatif pada sistem pertahanan tubuh tetapi dampak keseluruhan pada kesehatan dan ekologi manusia belum diketahui.
Pakar Ilmu Lingkungan di Universitas Stockholm, Prof. Ian Cousins melakukan tes untuk empat jenis PFAS dan menganalisis beberapa pengukuran lainnya.
"Bahkan di daerah terpencil dan jarang penduduknya seperti Antartika dan dataran tinggi Tibet, PFAS tercatat melebihi tingkat pedoman," katanya dalam sebuah penelitian Nature yang diterbitkan pekan lalu.
Sebagian dari itu berkaitan dengan tingkat pedoman PFAS, yang telah turun secara signifikan di sebagian besar negara.
Misalnya, nilai pedoman air minum yang dikeluarkan oleh Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA) untuk PFA penyebab kanker tertentu adalah 37,5 juta lebih kecil dari standar sebelumnya.
Hal itu dilakukan setelah diketahui bahwa bahan kimia tersebut mampu mempengaruhi respon imun anak terhadap vaksin.
Meskipun ada teknologi pembersihan yang dapat membantu menghilangkan bahan kimia, teknologi tersebut mahal dan tidak akan dapat mengekstraksi PFAS yang cukup untuk memenuhi batas keamanan baru.
Menurut Cousins, tidak banyak yang bisa dilakukan kecuali menunggu puluhan tahun.
"Ini perlahan-lahan akan mencair ke laut. Kita juga bisa menghentikan leaching dari TPA lama dengan menutup TPA dan mengolah lindi serta memastikan sampah lama dibakar pada suhu tinggi,” katanya.
PFAS, yang mengacu pada zat perfluoroalkyl dan polyfluoroalkyl, pada awalnya ditemukan dalam kemasan, sampo rambut atau kosmetik.
Namun kini, bahan kimia tersebut telah menyebar ke seluruh lingkungan, termasuk air dan udara.
Kontaminasi PFAS berdampak negatif pada sistem pertahanan tubuh tetapi dampak keseluruhan pada kesehatan dan ekologi manusia belum diketahui.
Pakar Ilmu Lingkungan di Universitas Stockholm, Prof. Ian Cousins melakukan tes untuk empat jenis PFAS dan menganalisis beberapa pengukuran lainnya.
"Bahkan di daerah terpencil dan jarang penduduknya seperti Antartika dan dataran tinggi Tibet, PFAS tercatat melebihi tingkat pedoman," katanya dalam sebuah penelitian Nature yang diterbitkan pekan lalu.
Sebagian dari itu berkaitan dengan tingkat pedoman PFAS, yang telah turun secara signifikan di sebagian besar negara.
Misalnya, nilai pedoman air minum yang dikeluarkan oleh Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA) untuk PFA penyebab kanker tertentu adalah 37,5 juta lebih kecil dari standar sebelumnya.
Hal itu dilakukan setelah diketahui bahwa bahan kimia tersebut mampu mempengaruhi respon imun anak terhadap vaksin.
Meskipun ada teknologi pembersihan yang dapat membantu menghilangkan bahan kimia, teknologi tersebut mahal dan tidak akan dapat mengekstraksi PFAS yang cukup untuk memenuhi batas keamanan baru.
Menurut Cousins, tidak banyak yang bisa dilakukan kecuali menunggu puluhan tahun.
"Ini perlahan-lahan akan mencair ke laut. Kita juga bisa menghentikan leaching dari TPA lama dengan menutup TPA dan mengolah lindi serta memastikan sampah lama dibakar pada suhu tinggi,” katanya.
(wbs)