2 Fenomena Alam di Kutub Utara yang Dikaitkan dengan Tanda Kiamat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sedikitnya ada dua tanda kiamat yang dikaitkan dengan beberapa fenomena alam di Kutub Utara . Dalam berbagai kepercayaan, hari akhir atau kiamat diyakini akan datang suatu hari nanti.
Dalam kaitannya, terjadi beberapa fenomena alam tidak biasa yang sering dikaitkan sebagai tanda semakin dekatnya hari akhir.
Baca juga : 2 Fenomena Alam di Laut yang Sering Dikaitkan sebagai Tanda Kiamat
Berikut dua fenomena alam yang dikaitkan sebagai kiamat di kutub utara :
1. Es di Kutub Utara Mencair Lebih Cepat
Pada Juli 2020, area yang tertutup es di Samudra Arktik mencapai titik terendah. Adapun penyebabnya karena peningkatan pemanasan global yang disebabkan aktivitas manusia.
Dikutip dari laman National Geographic, kutub utara memanas dua kali lebih cepat dibandingkan bagian bumi lainnya. Artinya, suhu rata-rata disana telah meningkat sekitar 3,5 sampai 5,5 derajat Fahrenheit.
Sebagai efeknya, dampak pencairan cepat ini menerpa berbagai aspek kehidupan. Salah satunya adalah peningkatan volume air laut yang membahayakan penduduk dekat pantai.
Laporan Kantor Akuntabilitas Pemerintah tahun 2009 menunjukkan bahwa hampir semua dari 213 desa penduduk asli di Alaska berisiko mengalami erosi pantai.
Pada tahun 2020, para peneliti beranggapan bahwa gelombang panas Arktik yang belum pernah terjadi sebelumnya lebih mungkin diakibatkan oleh perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia
Dalam kaitannya, terjadi beberapa fenomena alam tidak biasa yang sering dikaitkan sebagai tanda semakin dekatnya hari akhir.
Baca juga : 2 Fenomena Alam di Laut yang Sering Dikaitkan sebagai Tanda Kiamat
Berikut dua fenomena alam yang dikaitkan sebagai kiamat di kutub utara :
1. Es di Kutub Utara Mencair Lebih Cepat
Pada Juli 2020, area yang tertutup es di Samudra Arktik mencapai titik terendah. Adapun penyebabnya karena peningkatan pemanasan global yang disebabkan aktivitas manusia.
Dikutip dari laman National Geographic, kutub utara memanas dua kali lebih cepat dibandingkan bagian bumi lainnya. Artinya, suhu rata-rata disana telah meningkat sekitar 3,5 sampai 5,5 derajat Fahrenheit.
Sebagai efeknya, dampak pencairan cepat ini menerpa berbagai aspek kehidupan. Salah satunya adalah peningkatan volume air laut yang membahayakan penduduk dekat pantai.
Laporan Kantor Akuntabilitas Pemerintah tahun 2009 menunjukkan bahwa hampir semua dari 213 desa penduduk asli di Alaska berisiko mengalami erosi pantai.
Pada tahun 2020, para peneliti beranggapan bahwa gelombang panas Arktik yang belum pernah terjadi sebelumnya lebih mungkin diakibatkan oleh perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia