Seperti Orang Dayak, Ini Perlakuan Suku Amazon terhadap Ular Raksasa Yacumama
loading...
A
A
A
LIMA - Seperti ular raksasa Nabau dan Tangkalaluk di Kalimantan, Yacumama adalah kerabat Titanoboa yang cukup sering dibahas oleh para peneliti di seluruh dunia. Bagaimana tidak, makhluk mitologi yang dipercaya sebagai penghuni Sungai Amazon ini sanggup membuat orang merinding ketika membayangkan ukuran tubuhnya yang luar biasa besar.
Seperti dilansir dari Livingperu, Suku Indian memanggil nama monster air raksasa yang satu ini dengan sebutan Yacumama. Yacumama sendiri berarti induk dari segala makhluk air.
Makhluk ini dipercaya oleh penduduk Amerika Selatan sebagai ular raksasa yang panjangnya mencapai 100 kaki atau sekitar 30 meter bahkan bisa sampai 160 kaki atau sekitar 50 meter.
Menurut cerita penduduk, dengan ukuran yang cukup besar tersebut, Yacumama bisa menyedot apa pun yang melintas di sekitarnya. Para peneliti memang sering mengaitkan makhluk ini dengan seekor Anaconda raksasa. Namun penduduk lokal mengatakan bahwa Yacumama adalah monster raksasa yang jauh lebih besar dari jenis ular yang habitatnya berada di sekitar sungai Amazon tersebut.
Berdasarkan informasi yang dikumpulkan oleh para peneliti di Amazon. Penduduk pedalaman sering menggambarkan Yacumama sebagai ular raksasa yang memiliki tanduk di kepalanya. Bahkan dipercaya kalau ukuran tubuhnya beberapa kali lebih panjang dari ukuran Titanoboa yang pernah ditemukan di Hutan Kolombia.
Penduduk lokal atau suku pedalaman yang menghuni hutan Amazon sering membunyikan trompet yang terbuat dari kerang untuk memastikan keberadaan makhluk tersebut di dalam air. Konon bila trompet berbunyi ular itu akan muncul ke permukaan air.
Sementara Orang Dayak sangat mempercayai tentang adanya Nabau ular raksasa berkepala seperti lembu atau kerbau itu.
Orang Kalimantan sendiri percaya Nabau mendiami Sungai Mahakam dan wilayah Kutai Kartanegara. Masyarakat percaya bahwa terdapat seekor ular naga raksasa yang menjaga sungai tersebut. Konon katanya, saking besarnya ulat tersebut, disebutkan bahwa kepalanya ada di Kota Tenggarong dan ekornya sampai Kota Samarinda.
Sebagai wujud kepercayaan masyarakat tersebut, maka diadakanlah ritual peluncuran Naga Erau di Sungai Mahakam yang disisipkan sebagai salah satu bagian dari rangkaian upacara adat Erau di Kota Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara.
Ular ini sendiri dikaitkan dengan legenda mengenai Ular naga Erau dan Putri Karang Melenu, dan untuk menghormati keberadaan ular tersebut. Orang Kalimanta kerap menggelar festival Erau bisa dilaksanakan kapan saja, tergantung kehendak Sultan.
Namun sejak 1970-an, Erau biasanya digelar pada bulan September karena juga sekaligus memeriahkan hari jadi Kota Tenggarong.
Seperti dilansir dari Livingperu, Suku Indian memanggil nama monster air raksasa yang satu ini dengan sebutan Yacumama. Yacumama sendiri berarti induk dari segala makhluk air.
Makhluk ini dipercaya oleh penduduk Amerika Selatan sebagai ular raksasa yang panjangnya mencapai 100 kaki atau sekitar 30 meter bahkan bisa sampai 160 kaki atau sekitar 50 meter.
Menurut cerita penduduk, dengan ukuran yang cukup besar tersebut, Yacumama bisa menyedot apa pun yang melintas di sekitarnya. Para peneliti memang sering mengaitkan makhluk ini dengan seekor Anaconda raksasa. Namun penduduk lokal mengatakan bahwa Yacumama adalah monster raksasa yang jauh lebih besar dari jenis ular yang habitatnya berada di sekitar sungai Amazon tersebut.
Berdasarkan informasi yang dikumpulkan oleh para peneliti di Amazon. Penduduk pedalaman sering menggambarkan Yacumama sebagai ular raksasa yang memiliki tanduk di kepalanya. Bahkan dipercaya kalau ukuran tubuhnya beberapa kali lebih panjang dari ukuran Titanoboa yang pernah ditemukan di Hutan Kolombia.
Penduduk lokal atau suku pedalaman yang menghuni hutan Amazon sering membunyikan trompet yang terbuat dari kerang untuk memastikan keberadaan makhluk tersebut di dalam air. Konon bila trompet berbunyi ular itu akan muncul ke permukaan air.
Sementara Orang Dayak sangat mempercayai tentang adanya Nabau ular raksasa berkepala seperti lembu atau kerbau itu.
Orang Kalimantan sendiri percaya Nabau mendiami Sungai Mahakam dan wilayah Kutai Kartanegara. Masyarakat percaya bahwa terdapat seekor ular naga raksasa yang menjaga sungai tersebut. Konon katanya, saking besarnya ulat tersebut, disebutkan bahwa kepalanya ada di Kota Tenggarong dan ekornya sampai Kota Samarinda.
Sebagai wujud kepercayaan masyarakat tersebut, maka diadakanlah ritual peluncuran Naga Erau di Sungai Mahakam yang disisipkan sebagai salah satu bagian dari rangkaian upacara adat Erau di Kota Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara.
Ular ini sendiri dikaitkan dengan legenda mengenai Ular naga Erau dan Putri Karang Melenu, dan untuk menghormati keberadaan ular tersebut. Orang Kalimanta kerap menggelar festival Erau bisa dilaksanakan kapan saja, tergantung kehendak Sultan.
Namun sejak 1970-an, Erau biasanya digelar pada bulan September karena juga sekaligus memeriahkan hari jadi Kota Tenggarong.
(wbs)