Gawat! Gunung Es Antartika Terbelah Dua
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Ancaman pemanasan global akibat perubahan iklim sudah di depan mata. Hal ini terbukti dengan Gunung es tabular bernama A68a di Antartika yang merupakan salah satu gunung es terbesar di dunia terbelah menjadi dua bagian.
Para peneliti menyebut perubahan arus laut yang cepat di Samudera Selatan menjadi penyebabnya. Peneliti dari Universitas Princeton di New Jersey menggunakan citra satelit untuk melihat perubahan gunung es berukuran sekitar 6.000 kilometer persegi tersebut, yang mana pada Desember 2020 gunung es mulai mengalami kerusakan.
Gunung es kemudian terbelah sebagai akibat langsung dari tekanan arus yang menyeret di dasar laut dan diperparah oleh bagian es yang tumpang tindih, menjadikan sesuatu yang belum pernah dilaporkan sebelumnya.
"Biasanya, gunung es terbelah karena mereka menabrak dasar laut, menyebabkan bagian-bagiannya pecah,” kata Alex Huth selaku salah satu peneliti, seperti dikutip dari Space pada Senin (24/10/2022).
"Tetapi dalam kasus ini berbeda. Setelah melihat data arus laut, tampaknya itu menjadi penyebab utama dan diperparah oleh bagian gunung es yang tumpang tindih, mematahkannya menjadi dua bagian," lanjutnya.
Dalam menguji teori mereka, peneliti melihat bagaimana kekuatan luar seperti arus laut dan angin dapat berdampak pada gunung es. Mereka membuat simulasi A86a menggunakan model yang disebut Kinematic Iceberg Dynamics (iKID).
Tim menemukan bahwa "ketika sebuah gunung es diposisikan menjadi arus yang sangat kuat versus arus lain yang sangat lemah, ikatan antara partikel akan putus dan dapat memodelkan patahan gunung yang sebenarnya.
Bentuk gunung es yang seperti jari juga disebut berkontribusi pada patahan karena membuat gunung itu cukup panjang untuk tumpang tindih dengan dua arus. Dan menariknya, kerusakan terdahulu tidak terbukti berkontribusi.
"Kami juga memeriksa apakah retakan yang sudah ada sebelumnya mendorong pecahnya atau tidak, namun tetap tidak meyakinkan karena bagian utama dari retakan tampaknya tidak mengikuti retakan yang sudah ada sebelumnya," ujar Huth.
Dengan mempelajari terbelahnya gunung es A68a, Huth dan timnya percaya bahwa mereka bisa mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang peran gunung es di sistem Bum dan bagaimana mereka berinteraksi dengan kekuatan luar.
"Gunung es mewakili sekitar 50% dari hilangnya massa es Antartika yang terjadi ketika mereka terlepas dari lapisan es. Saat mereka hanyut, mereka menyimpan air lelehan jauh dari lapisan," ungkap Huth.
"Ini dapat mempengaruhi sirkulasi laut dengan membuat stratifikasi kolom air dan pada dasarnya dapat menyuburkan lautan dengan besi karena mereka adalah sumber sedimen dari Antartika, yang dapat menyebabkan peningkatan dalam fitoplankton," pungkasnya.
Sebuah laporan menemukan bahwa bongkahn es Denman di Antartika Timur mencair lebih cepat dengan laju 70,8 miliar ton per tahun.
Para ilmuwan dari Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization (CSIRO) mengatakan mencairnya gletser disebabkan oleh masuknya air laut yang panas.
Para peneliti menyebut perubahan arus laut yang cepat di Samudera Selatan menjadi penyebabnya. Peneliti dari Universitas Princeton di New Jersey menggunakan citra satelit untuk melihat perubahan gunung es berukuran sekitar 6.000 kilometer persegi tersebut, yang mana pada Desember 2020 gunung es mulai mengalami kerusakan.
Gunung es kemudian terbelah sebagai akibat langsung dari tekanan arus yang menyeret di dasar laut dan diperparah oleh bagian es yang tumpang tindih, menjadikan sesuatu yang belum pernah dilaporkan sebelumnya.
"Biasanya, gunung es terbelah karena mereka menabrak dasar laut, menyebabkan bagian-bagiannya pecah,” kata Alex Huth selaku salah satu peneliti, seperti dikutip dari Space pada Senin (24/10/2022).
"Tetapi dalam kasus ini berbeda. Setelah melihat data arus laut, tampaknya itu menjadi penyebab utama dan diperparah oleh bagian gunung es yang tumpang tindih, mematahkannya menjadi dua bagian," lanjutnya.
Dalam menguji teori mereka, peneliti melihat bagaimana kekuatan luar seperti arus laut dan angin dapat berdampak pada gunung es. Mereka membuat simulasi A86a menggunakan model yang disebut Kinematic Iceberg Dynamics (iKID).
Tim menemukan bahwa "ketika sebuah gunung es diposisikan menjadi arus yang sangat kuat versus arus lain yang sangat lemah, ikatan antara partikel akan putus dan dapat memodelkan patahan gunung yang sebenarnya.
Bentuk gunung es yang seperti jari juga disebut berkontribusi pada patahan karena membuat gunung itu cukup panjang untuk tumpang tindih dengan dua arus. Dan menariknya, kerusakan terdahulu tidak terbukti berkontribusi.
"Kami juga memeriksa apakah retakan yang sudah ada sebelumnya mendorong pecahnya atau tidak, namun tetap tidak meyakinkan karena bagian utama dari retakan tampaknya tidak mengikuti retakan yang sudah ada sebelumnya," ujar Huth.
Dengan mempelajari terbelahnya gunung es A68a, Huth dan timnya percaya bahwa mereka bisa mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang peran gunung es di sistem Bum dan bagaimana mereka berinteraksi dengan kekuatan luar.
"Gunung es mewakili sekitar 50% dari hilangnya massa es Antartika yang terjadi ketika mereka terlepas dari lapisan es. Saat mereka hanyut, mereka menyimpan air lelehan jauh dari lapisan," ungkap Huth.
"Ini dapat mempengaruhi sirkulasi laut dengan membuat stratifikasi kolom air dan pada dasarnya dapat menyuburkan lautan dengan besi karena mereka adalah sumber sedimen dari Antartika, yang dapat menyebabkan peningkatan dalam fitoplankton," pungkasnya.
Sebuah laporan menemukan bahwa bongkahn es Denman di Antartika Timur mencair lebih cepat dengan laju 70,8 miliar ton per tahun.
Para ilmuwan dari Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization (CSIRO) mengatakan mencairnya gletser disebabkan oleh masuknya air laut yang panas.
(wbs)