Ilmuwan Ini Bongkar Asal Muasal Mitos Seram Angka 13

Selasa, 25 Oktober 2022 - 06:45 WIB
loading...
Ilmuwan Ini Bongkar...
Angka 13 kerap diasosikan sebagai hal buruk sehingga akhirnya diterima luas oleh masyarakat. Foto/IST
A A A
JAKARTA - Ilmuwan dari University of South Carolina, Profesor Barry Markovsky menjelaskan asal muasal mitos seram angka 13. Profesor Emeritus of Sociology itu mengatakan saat ini masyarakat Amerika Serikat memiliki cara pandang tersendiri pada angka 13.

Menurutnya hal itu merupakan ketakutan tak berdasar yang ternyata dirasakan oleh hampir semua masyarakat di Amerika Serikat. "Berdasarkan survei yang dilakukan Otis Elevator Co, ternyata dari enam gedung yang ada di Amerika Serikat, ada satu gedung yang tidak memiliki lantai 13," jelasnya.

Tidak hanya lantai 13, masyarakat negeri Paman Sam ternyata juga memiliki tingkah laku yang aneh pada hari Jumat 13. Setiap kali tanggal 13 jatuh pada hari Jumat maka sebagian besar dari mereka merasa akan terjadi sesuatu yang menakutkan.

"Padahal tidak ada satu bukti apa pun yang menguatkan pandangan yang tidak proporsional itu. Sungguh sangat mengagumkan banyak jutaan orang memiliki obsesi dan ketakutan yang sama mengenai angka 13," terangnya.



Ilmuwan Ini Bongkar Asal Muasal Mitos Seram Angka 13


Dia mengatakan asal muasal reputasi buruk angka 13 bermula dari cerita-cerita buruk atau suram. Ini berbeda dengan angka 12 yang kerap dianggap angka keberuntungan.

Barry Karvosky mengatakan, Joe Nickell, dari Committee for Skeptical Inquiry pernah membuat laporan mengenai angka 13 yang berbanding terbalik dengan angka 12. Menurut Joe Nickell angka 12 menunjukkan kesempurnaan. Jadi tidak heran jika setiap tahun ada 12 bulan. Di mitologi Yunani ada 12 dewa yang tinggal di gunung Olympus. Ada 12 zodiak dan ada 12 murid dari Yesus Kristus.

"Angka 13 justru kebalikan dari kesempurnaan dan keindahan yang dimiliki angka 12," terang Barry Karkovsky.

Angka 13 justru terasoisasi dengan hal-hal buruk. Di mitologi Norse, dewa penipu datang ke pesta di Valhalla sebagai tamu nomor 13. Di pesta itu dia justru membuat kekacauan dan membunuh dewa Baldur.



Dalam agama Kristen, Judas dianggap sebagai murid ke-13 Yesus dan tamu nomor yang sama di perjamuan terakhir. Judas justru jadi satu-satunya murid yang berkhianat. "Hal-hal seperti itu, proses sosial-kultur akhirnya mengasosiasikan ketidakberuntungan dengan angka. Rumor atau takhayul menghasilkan realitas sosialnya sendiri. Akhirnya angka 13 jadi bola salju yang semakin besar seiring tahun waktu," jelas Barry Karkovsky.

Hal-hal yang sama menurutnya terjadi di negara-negara lain. Contohnya Jepang yang menganggap angka 9 sebagai angka sial karena penyebutannya seperti mirip dengan kata menderita. Di China angka 4 dihindari karena terdengar seperti huruf yang berarti mati.

Menurut Barry Karkovsky, mitos dan takhayul yang semakin besar seiring waktu itu merupakan bentuk dari fobia. Masyarakat memercayai hal tersebut karena berbagai alasan psikologis. Hal itu justru muncul karena pengalaman langsung yang negatif.

"Dengan sendirinya rasa asing tidak akan menyebabkan fobia, tapi penelitian psikologis menunjukkan bahwa kita menyukai apa yang akrab dan tidak menyukai apa yang tidak. Ini membuatnya lebih mudah untuk mengasosiasikan 13 dengan atribut negatif," terangnya.
(wsb)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2811 seconds (0.1#10.140)