Tsunami Matahari Ramalan Baba Vanga yang Jadi Kenyataan di 2022

Senin, 07 November 2022 - 10:49 WIB
loading...
Tsunami Matahari Ramalan Baba Vanga yang Jadi Kenyataan di 2022
Tsunami matahati salah satu ramalan Baba Vanga yanh menjafi kenyataan. FOTO/ IST
A A A
LIMA - Ramalan Vangeliya Pandeva Gushterova alias Baba Vanga yang benar-benar terjadi di tahun 2023 adalah Tsunami Matahari. Kejadian ini terjadi pada 21 Juli 2022, yang menghasilkan badai matahari Full-Halo yang melemparkan awan plasma serta partikel matahari lainnya di jalur bumi.



Padahal biasanya, Coronal mass ejection (CME), tidak diarahkan ke Bumi sehingga aman bagi orang-orang di sekitarnya.

Coronal mass ejection (CME) adalah jenis badai matahari tertentu yang biasanya berkembang di daerah matahari yang paling aktif, di mana medan magnetnya sangat kuat. Matahari memuntahkan gumpalan plasma yang sangat besar ketika garis medan magnetnya yang bengkok atau melengkung tiba-tiba mengkonfigurasi ulang diri mereka sendiri.

Dikutip SINDOnews dari laman natureworldnews, CME berukuran besar dan cepat dapat melakukan perjalanan dengan kecepatan hingga 4,5 juta mil per jam. Materi yang dikeluarkan dari matahari dalam CME dapat terdiri dari miliaran ton partikel atmosfer matahari serta membawa medan magnet yang tertanam.

Mereka tampak berkobar di sekitar matahari, seperti lingkaran cahaya dalam citra koronagraf, dari peristiwa ini badai ini dinamakan Full-Halo.

Nah, ledakan tsunami matahari pada 21 Juli 2022, menghasikan CMS Full-Halo yang diperkirakan akan menghantam medan magnet Bumi. Menurut NOAA bagian terpadat dari awan badai CME diperkirakan akan tiba di Bumi pada 23 Juli 2022 sekitar pukul 4 pagi.

Data dari NOAA menunjukkan bahwa badai geomagnetik yang dihasilkan di magnetosfer bumi kemungkinan besar kelas G1 hingga kelas G2 atau minor hingga sedang. Meskipun masih ada kemungkinan, badai tersebut dapat meningkat menjadi kategori G3, yaitu badai yang kuat.

Kekuatan badai matahari berkisar dari G1 hingga G5, dengan G5 menjadi yang terkuat. Badai yang lebih kuat jauh lebih jarang daripada badai G1, yang cukup umum. Mike Hapgood, Konsultan Utama untuk Cuaca Luar Angkasa di STFC Rutherford Appleton Laboratory, mengatakan bahwa badai G1 tidak menyebabkan masalah besar.

Badai G5 dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan. Namun, G5 terakhir diadakan pada Oktober 2003. CME dapat menyebabkan fluktuasi jaringan listrik, operasi satelit terganggu, dan perubahan perilaku hewan yang bermigrasi karena bertabrakan dengan atmosfer bumi dan mengganggu medan magnet.
(wbs)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2362 seconds (0.1#10.140)