Terekam Satelit Antariksa, Letusan Gunung Semeru Akan Lebih Dahsyat
loading...
A
A
A
Meskipun letusan eksplosif di puncak kemungkinan kecil, aliran piroklastik di Gunung Semeru pada 4 Desember masih cukup panas. Ini kemungkinan membantu mendorong "awan Phoenix" yang mengepul yang naik setinggi 15 kilometer (9 mil) ke udara.
Hujan lebat yang mendahului menyertai letusan, sehingga aliran piroklastik bercampur dengan sejumlah besar air hujan. Kemudian berubah menjadi lahar berlumpur yang mengalir menuruni gunung ke daerah-daerah berpenduduk.
Lahar adalah campuran air dan puing-puing vulkanik yang keras seperti beton, meratakan dan mengubur apa saja.
Awan abu panas yang membakar telah melayang hampir 19 km dari pusat letusan, menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Indonesia (PVMBG).
Kepala PVMBG Hendra Gunawan mengatakan volume magma yang lebih besar dapat terbentuk dibandingkan dengan letusan gunung berapi sebelumnya, pada tahun 2021 dan 2020, yang dapat berarti bahaya yang lebih besar untuk area yang lebih luas.
“Awan panas Semeru bisa menjangkau lebih jauh dan jauh di mana terdapat banyak pemukiman” tutur Hendra.
Hujan lebat yang mendahului menyertai letusan, sehingga aliran piroklastik bercampur dengan sejumlah besar air hujan. Kemudian berubah menjadi lahar berlumpur yang mengalir menuruni gunung ke daerah-daerah berpenduduk.
Lahar adalah campuran air dan puing-puing vulkanik yang keras seperti beton, meratakan dan mengubur apa saja.
Awan abu panas yang membakar telah melayang hampir 19 km dari pusat letusan, menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Indonesia (PVMBG).
Kepala PVMBG Hendra Gunawan mengatakan volume magma yang lebih besar dapat terbentuk dibandingkan dengan letusan gunung berapi sebelumnya, pada tahun 2021 dan 2020, yang dapat berarti bahaya yang lebih besar untuk area yang lebih luas.
“Awan panas Semeru bisa menjangkau lebih jauh dan jauh di mana terdapat banyak pemukiman” tutur Hendra.
(wbs)