PBB Sebut Aktivitas Perusahaan Tambang Mempercepat Terjadinya Kiamat
loading...
A
A
A
MONTREAL - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebut selain pemanasan global, perusahaan tambang di seluruh dunia mempercepat datangnya kiamat.
Sekjen PBB, Antonio Guterres menegaskan, sikap serakah yang mementingkan kekayaan menjadikan ekosistem dunia sebagai 'sumber keuntungan', sehingga dikhawatirkan merugikan populasi global.
“Dengan sikap keserakahan yang tidak ada batasnya untuk mengembangkan perekonomian hingga tidak terkendali dan seimbang, manusia sendiri menjadi 'senjata pemusnah massal' untuk dunia,” ujar Antonio seperti dilansir dari AFP Jumat (9/12/2022)
Guterres berada di Montreal untuk menyampaikan ceramah sehubungan dengan konferensi keanekaragaman hayati.
Konferensi yang dikenal dengan COP15 itu mengungkapkan berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang semakin terancam punah dan krisis terkait.
Sebelum Guterres menyampaikan pidatonya, lebih dari 10 pengunjuk rasa Pribumi mengganggu pidato Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau yang menjadi tuan rumah bersama acara tersebut dengan China.
Kelompok itu membawa spanduk bertuliskan 'Membunuh Orang Asli, Membunuh Lingkungan' dan 'Hentikan penghancuran tanah kami secara sembarangan untuk menyelamatkan biologi'.
COP15 merupakan acara yang berbeda dari COP27 yang lebih fokus pada isu terkait iklim.
Sementara itu, Guterres menjelaskan bahwa dunia sedang menghadapi tantangan berat dengan sejuta spesies terancam punah, yang sepertiga dari seluruh daratan rusak parah dan hilang.
Selain itu, polusi dan perubahan iklim mempercepat polusi laut.
"Kehancuran mengakibatkan kerugian ekonomi yang diperkirakan mencapai USD3 triliun setiap tahun mulai 2030," katanya.
Sekjen PBB, Antonio Guterres menegaskan, sikap serakah yang mementingkan kekayaan menjadikan ekosistem dunia sebagai 'sumber keuntungan', sehingga dikhawatirkan merugikan populasi global.
“Dengan sikap keserakahan yang tidak ada batasnya untuk mengembangkan perekonomian hingga tidak terkendali dan seimbang, manusia sendiri menjadi 'senjata pemusnah massal' untuk dunia,” ujar Antonio seperti dilansir dari AFP Jumat (9/12/2022)
Guterres berada di Montreal untuk menyampaikan ceramah sehubungan dengan konferensi keanekaragaman hayati.
Konferensi yang dikenal dengan COP15 itu mengungkapkan berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang semakin terancam punah dan krisis terkait.
Sebelum Guterres menyampaikan pidatonya, lebih dari 10 pengunjuk rasa Pribumi mengganggu pidato Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau yang menjadi tuan rumah bersama acara tersebut dengan China.
Kelompok itu membawa spanduk bertuliskan 'Membunuh Orang Asli, Membunuh Lingkungan' dan 'Hentikan penghancuran tanah kami secara sembarangan untuk menyelamatkan biologi'.
COP15 merupakan acara yang berbeda dari COP27 yang lebih fokus pada isu terkait iklim.
Sementara itu, Guterres menjelaskan bahwa dunia sedang menghadapi tantangan berat dengan sejuta spesies terancam punah, yang sepertiga dari seluruh daratan rusak parah dan hilang.
Selain itu, polusi dan perubahan iklim mempercepat polusi laut.
"Kehancuran mengakibatkan kerugian ekonomi yang diperkirakan mencapai USD3 triliun setiap tahun mulai 2030," katanya.
(wbs)