Ilmuwan Pastikan Teknologi CMR yang Bisa Buktikan Keberadaan Harimau Jawa

Kamis, 15 Desember 2022 - 09:55 WIB
loading...
Ilmuwan Pastikan Teknologi CMR yang Bisa Buktikan Keberadaan Harimau Jawa
Penampakan Harimau di dalam hutan yang tertangkap kamera pengintai penjaga hutan. FOTO Ilustrasi/ IST
A A A
JAKARTA - Indonesia pernah menjadi rumah bagi tiga subspesies harimau (Harimau Sumatra, Jawa, dan Bali). Sayangnya, harimau Jawa dan Bali sudah punah, hanya harimau Sumatra yang tersisa.



Dan di tahun 2022 ini, laporan penampakan Harimau Jawa meningkat di beberapa wilayah hutan di Jawa. Sementara populasi harimau di alam terus mengalami tekanan.

Harimau Sumatra sendiri terancam dengan jumlah saat ini diperkirakan sebanyak 393 induk dewasa, menurun 10% dibandingkan tahun 2008 yakni 439 harimau.

Banyaknya laporan tentang penampakan Harima Jawa, hanya teknologi metode CMR atau metode kamera pengintai (camera trap) menjadi alat utama ‘menangkap’ harimau dalam bingkai foto.

Seperti dilansir dari Conversation, metode ini jauh lebih mudah dibanding menangkap langsung harimau.

Selain peralatan, CMR juga membutuhkan desain studi yang baik. Misalnya kamera pengintai dipasang di lokasi yang optimal untuk mendeteksi harimau. Lokasi tersebut bisa berupa jalur harimau (di mana terdapat tapak atau kotoran harimau) atau jalur satwa mangsanya.

Distribusi kamera juga harus merata untuk menjamin setiap individu harimau memiliki peluang yang sama untuk ‘tertangkap’.

Di Sumatra, survei harimau biasa menggunakan sistem grid atau petak, di mana satu stasiun kamera (biasa berpasangan untuk mendapatkan foto kedua sisi harimau) dipasang dalam grid ukuran 3x3 kilometer (km).

Survei juga dilakukan dalam periode waktu terbatas, umumnya 90 hari. Angka ini menjadi acuan asumsi populasi tertutup harimau di mana tidak terjadi proses kelahiran, kematian, imigrasi, dan emigrasi yang dapat mengubah angka populasi harimau di area kajian selama survei.

Syarat di atas terlihat sederhana. Tapi, penerapannya di lapangan bisa lebih menantang, terutama karena keterbatasan sumber daya.

Jika kita ingin melakukan survei kamera di area yang luas, maka dibutuhkan lebih banyak kamera pengintai dan tim lapangan. Tentunya ini akan berdampak pada periode survei yang panjang dan biaya operasional yang tinggi.

Keterbatasan luasan area survei menjadi tantangan dalam menentukan jumlah harimau di wilayah besar seperti taman nasional.
(wbs)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3499 seconds (0.1#10.140)