Kehebatan Artileri Standar NATO Kaliber 155 Milimeter, Mampu Menembakkan Proyektil Sejauh 40 Km
loading...
A
A
A
BRUSSELS - Sejak awal abad ke-21, sebagian besar pasukan militer NATO telah mengadopsi senjata 155 mm sebagai standar serba guna. Berbeda dengan Rusia dan negara-negara bekas blok Uni-Soviet cenderung menggunakan senjata 152 mm dalam peran yang sama.
Dikutip dari laman Geneva International Centre for Humanitarian Demining (GICHD), Senin (9/1/2023), senjata artileri kaliber 152 mm atau 155 mm dapat ditemukan di sebagian besar konflik saat ini. Kedua kaliber ini secara umum memiliki kemampuan yang serupa, keduanya mampu mengirimkan proyektil sekitar 40 kg hingga jarak 17-40 km.
Meriam kaliber 152 mm dan 155 mm sering dianggap sebagai artileri berat. Negara-negara bekas Pakta Warsawa memilih senjata untuk kaliber 152 mm yang dikembangkan di Rusia. Sementara anggota NATO dan pasukan barat memilih untuk mengadopsi kaliber 155 mm, yang awalnya dikembangkan di Prancis (REF).
Senjata artileri dirancang untuk memberikan dukungan tembakan untuk pasukan lapis baja dan infanteri dengan menembakkan amunisi pada jarak yang lebih jauh daripada senjata kecil dan senjata ringan.
Istilah senjata artileri digunakan untuk merujuk secara khusus pada senjata self-propelled, towed, dan emplaced (yaitu bukan man-portable) dengan kaliber lebih besar dari 57 mm yang dirancang untuk tembakan tidak langsung dan mampu mengenai target.
Kaliber artileri standar NATO secara umum adalah 155 mm (6,1 inci), didefinisikan dalam AOP-29 bagian 1 dengan mengacu pada STANAG 4425. Kaliber 155 mm ini berasal dari Prancis setelah kekalahannya dalam Perang Prancis-Prusia tahun 1870–1871. Kemudian penggunaan kaliber 155 mm ditetapkan pada 21 April 1874.
Biasanya artileri 155 mm digunakan dalam senjata lapangan dan howitzer (meriam besar). Howitzer 155 mm standar di gudang senjata AS memiliki jangkauan maksimum 14 mil (22.5 km), dan proyektil 155 mm yang dibantu roket meningkatkan jangkauan maksimum hingga hampir 18 mil (25,7 km).
Penggunaan kaliber 155 mm menyebabkan keusangan artileri dengan kaliber yang lebih besar seperti 175 mm dan 203 mm. Meskipun beberapa pasukan mempertahankan senjata 105 mm untuk portabilitasnya (mudah dipindahkan).
Dikutip dari laman Geneva International Centre for Humanitarian Demining (GICHD), Senin (9/1/2023), senjata artileri kaliber 152 mm atau 155 mm dapat ditemukan di sebagian besar konflik saat ini. Kedua kaliber ini secara umum memiliki kemampuan yang serupa, keduanya mampu mengirimkan proyektil sekitar 40 kg hingga jarak 17-40 km.
Meriam kaliber 152 mm dan 155 mm sering dianggap sebagai artileri berat. Negara-negara bekas Pakta Warsawa memilih senjata untuk kaliber 152 mm yang dikembangkan di Rusia. Sementara anggota NATO dan pasukan barat memilih untuk mengadopsi kaliber 155 mm, yang awalnya dikembangkan di Prancis (REF).
Senjata artileri dirancang untuk memberikan dukungan tembakan untuk pasukan lapis baja dan infanteri dengan menembakkan amunisi pada jarak yang lebih jauh daripada senjata kecil dan senjata ringan.
Istilah senjata artileri digunakan untuk merujuk secara khusus pada senjata self-propelled, towed, dan emplaced (yaitu bukan man-portable) dengan kaliber lebih besar dari 57 mm yang dirancang untuk tembakan tidak langsung dan mampu mengenai target.
Kaliber artileri standar NATO secara umum adalah 155 mm (6,1 inci), didefinisikan dalam AOP-29 bagian 1 dengan mengacu pada STANAG 4425. Kaliber 155 mm ini berasal dari Prancis setelah kekalahannya dalam Perang Prancis-Prusia tahun 1870–1871. Kemudian penggunaan kaliber 155 mm ditetapkan pada 21 April 1874.
Biasanya artileri 155 mm digunakan dalam senjata lapangan dan howitzer (meriam besar). Howitzer 155 mm standar di gudang senjata AS memiliki jangkauan maksimum 14 mil (22.5 km), dan proyektil 155 mm yang dibantu roket meningkatkan jangkauan maksimum hingga hampir 18 mil (25,7 km).
Baca Juga
Penggunaan kaliber 155 mm menyebabkan keusangan artileri dengan kaliber yang lebih besar seperti 175 mm dan 203 mm. Meskipun beberapa pasukan mempertahankan senjata 105 mm untuk portabilitasnya (mudah dipindahkan).
(wib)