Sumber Energi Baru Itu Bernama Es Metana Hidrat

Senin, 27 November 2017 - 20:57 WIB
Sumber Energi Baru Itu Bernama Es Metana Hidrat
Sumber Energi Baru Itu Bernama Es Metana Hidrat
A A A
ES yang mudah terbakar menjadi sumber energi baru dunia. Berbagai negara sudah mulai mengeksplorasi dan menambang sumber energi ini, termasuk China, Jepang, Amerika Serikat, dan Kanada.

Setelah sumber energi minyak kian menipis, es metana hidrat yang membeku itu akan mengisi kekurangan suplai energi dunia. Metana hidrat berbentuk padat dan berwarna putih yang terbentuk pada suhu sangat rendah dan tekanan tinggi campuran dari air dan metana yang diproduksi mikroorganisme.

Bahan bakar bisa dihasilkan dari es itu setelah ekstraksi dengan pembakaran, lebih bersih dibandingkan dengan batu bara. Meski demikian, metana merupakan gas rumah kaca dan mengandung polutan sehingga selama ekstraksi harus dicegah dari kebocoran ke atmosfer.

Teknologi tinggi pun dikembangkan untuk bisa menambang energi baru tersebut. Riset tentang es yang bisa terbakar itu didominasi AS, Kanada, dan Jepang. Meski demikian, China terus meningkatkan upayanya sejak cadangan energi itu ditemukan di Laut China Selatan pada 2007.

China pada Juni lalu menyatakan, eksplorasi es dapat terbakar di Laut China Selatan berjalan baik dengan hampir 7.000 meter kubik potensi sumber energi yang diproduksi per hari. China mulai mengumpulkan metana hidrat di perairan dekat muara Pearl Rivel pada Mei lalu. Beijing telah mengeksplorasi sekitar 210.000 meter kubik metana hidrat di Laut China Selatan dan produksi harian mencapai 6.800 meter kubik pada Juni lalu.

"Kami memonitori udara, perairan, dan dasar laut serta peralatan eksplorasi. Kami juga terus memantau jumlah metana dan karbon dioksida," papar Ye Jianliang, Kepala Biro Geologi Maritim Guangzhou dikutip kantor berita Xinhua.

Data tersebut muncul setelah pada Mei lalu China mengumumkan berhasil mengekstraksikan gas dari es metana hidrat di kilang produksi di Shenhua, Laut China Selatan, 300 km tenggara Hong Kong. Beijing menganggap keberhasilan itu sebagai terobosan besar bagi negara tersebut dalam upaya memenuhi kebutuhan energi mereka yang sangat banyak.

Ye menjelaskan, output harian gas itu melebihi 10.000 meter kubik. Adapun rekor terbaik sebesar 35.000 meter kubik. Salah satu tantangan utama tentang teknologi ini ialah metana bocor ke atmosfer saat produksi skala besar.

Ye memaparkan, mereka menerapkan langkah ketat untuk melindungi lingkungan dan sejauh ini tak ada polusi saat ekstraksi di Laut China Selatan. Bahan bakar itu dianggap sebagai sumber energi menjanjikan karena jumlahnya melimpah dan memiliki kepadatan energi yang tinggi. Satu meter kubik es metana hidrat setara dengan lebih 160 meter kubik gas alam biasa.

Beberapa peneliti memperkirakan cadangan global metana hidrat mungkin dua kali lipat dari sumber energi fosil. Dengan jumlah sebanyak itu, metana hidrat cukup untuk penggunaan 1.000 tahun oleh manusia. Menurut Badan Informasi Energi Amerika Serikat, di penjuru dunia terdapat lebih dari 2.800 triliun meter kubik gas metana hidrat.

Meski demikian, sangat sulit mengumpulkan metana hidrat karena tersebar di area yang luas di dasar laut. Sumber daya ini biasa ditemukan di lokasi dengan tekanan tinggi dan suhu rendah. Ada juga yang terkubur di dalam permafrost Artik yang tebal dan di bawah dasar laut.

Selain China, Jepang juga sangat berminat dengan sumber energi baru ter sebut. Sebagai negara yang tidak memiliki sumber minyak, batu bara, atau gas alam untuk pembangkit listriknya, Jepang terpaksa mengimpor lebih dari 90% energinya pada 2014. Jepang menjadi negara importir terbesar ketiga dunia untuk minyak dan batu bara. Jepang juga importir terbesar di dunia untuk gas alam cair. Tagihan untuk impor gas pada 2016 mencapai USD28,9 miliar. Ditambah lagi, lebih dari 50 reaktor nuklir saat ini banyak yang dinonaktifkan setelah krisis nuklir Fukushima Daiichi pada 2011.

Setelah para peneliti Jepang menemukan es metana hidrat terkubur di bawah lautan wilayah negara itu, pemerintah semakin mendorong upaya eksplorasi dan produksinya. Pada 2002 dan 2017, Pemerintah Jepang mengeluarkan sekitar USD1 miliar untuk riset dan pengembangan, menurut data Kementerian Energi, Perdagangan, dan Industri.

"Ada dua alasan mengapa pemerintah ingin mengembangkan teknologi ini. Pertama, untuk mengamankan sumber daya energi, jika mereka bisa memanfaatkan sumber daya domestik mereka akan meningkatkan keamanan energinya. Kedua, mereka perlu mengurangi emisi karbon dioksida dari bahan bakar fosil," kata Ryo Matsumoto, profesor geologi di Gas Hydrate Laboratory, Universitas Meiji, Tokyo, Jepang, dikutip CNN.

Konsumsi gas alam mengeluarkan sekitar setengah dari jumlah karbon dioksida yang dihasilkan batu bara. "Karena gas alam merupakan sumber energi yang lebih bersih, Jepang ingin meningkatkan proporsi penggunaan gas alam dalam seluruh struktur energi," ujarnya.

Es yang bisa terbakar memiliki bentuk tidak berbeda dengan es yang ada sehari-hari untuk minuman. Meski demikian, kristal-kristal es di dalamnya memiliki kuantitas gas metana alam yang besar. Diperkirakan satu meter kubik gas metana hidrat yang membeku mengandung 164 meter kubik metana. Saat korek api dinyalakan ke es metana hidrat, maka es itu tidak akan meleleh namun justru terbakar. Masalahnya, gas metana hidrat merupakan gas yang sulit diekstraksikan.

"Jepang kaya sumber daya itu di zona ekonomi eksklusif antara barat Samudra Pasifik dan wilayah timur di Laut Jepang," ungkap Matsumoto.

Analisis sampel inti yang sudah diekstraksikan dan data seismik menunjukkan ada 1,1 triliun meter kubik es metana hidrat yang cukup memenuhi kebutuhan gas Jepang selama lebih satu dekade. Cadangan itu terletak di pantai tengah Jepang, Nankai Through.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8054 seconds (0.1#10.140)