Patahkan Asumsi Black Hole, Peninggalan Utama Hawking Bagi Dunia
A
A
A
JAKARTA - Fisikawan dunia, Stephen Hawking wafat meninggalkan warisan pemikir besar dalam sejarah ilmu pengetahuan manusia, yakni paradoks informasi Black Hole (Lubang Hitam).
Temuannya tersebut mematahkan asumsi selama lebih dari 40 tahun mengenai Lubang Hitam di luar angkasa. Sebelum kematiannya, pada 2016 dia sempat merilis salah satu artikel yang paling banyak dibicarakan, yakni penjelasan solusi dari paradoks informasi Lubang Hitam.
Dilansir dari laman Science Alert, Rabu (14/3/2018), Stephen Hawking menemukan penjelasan potensial bagaimana Lubang Hitam dapat sekaligus menghapus informasi dan mempertahankannya. Makalah ini awalnya diterbitkan di situs pra-cetak arXiv.org pada Januari 2016, dan akhirnya dirilis dalam jurnal per-review enam bulan kemudian dan menjadi berita utama di seluruh dunia.
Menurut teori relativitas Einstein, pemahaman awal kita tentang Lubang Hitam adalah segala sesuatu yang melintasi cakrawala peristiwa -batas lubang hitam- hilang selamanya. Bahkan cahaya pun tidak bisa lepas dari cengkeramannya, itulah sebabnya disebut Lubang Hitam.
Tapi kemudian di tahun 1970-an, Hawking mengusulkan agar radiasi benar-benar bisa lepas dari Lubang Hitam. Pendaparnya berdasarkab hukum mekanika kuantum.
Sederhananya, dia menyarankan, ketika sebuah Lubang Hitam menelan separuh dari sepasang partikel antipartikel, maka partikel lainnya memancar ke luar angkasa. Mengambil sedikit energi dari Lubang Hitam saat dia meninggalkannya.
Karena itulah pada akhirnya Lubang Hitam bisa hilang. Dan satu-satunya jejak yang tersisa adalah radiasi elektromagnetik yang dipancarkan. Hal ini lebih kita kenal dengan nama "Radiasi Hawking".
Masalahnya, menurut perhitungan terbaik Hawking, radiasi itu tidak mengandung informasi berguna tentang apa yang dimakan lubang hitam -informasi yang tertelan akan hilang selamanya. Dan itu tidak sesuai dengan pemahaman kita tentang fisika modern, yang menyatakan bahwa selalu memungkinkan untuk membalikkan waktu.
Secara teori, setidaknya proses di alam semesta akan terlihat sama jika mereka berjalan maju atau mundur. Seperti yang dijelaskan Dennis Overbye di The New York Times. "Alam Semesta, seperti sejenis superkomputer, seharusnya bisa melacak apakah satu mobil adalah truk pikap hijau dan yang lainnya adalah Porsche merah, atau apakah ada yang terbuat dari materi dan antimateri lainnya. Hal-hal ini mungkin hancur, tapi 'informasi' mereka -atribut fisik penting mereka- harus hidup selamanya."
Tapi pada 2016 Hawking mengusulkan solusi untuk masalah ini. Yakni, Lubang Hitam sebenarnya bisa memiliki lingkaran "rambut lembut" yang mengelilinginya dan mampu menyimpan informasi.
Rambut itu sebenarnya bukanlah rambut, tapi eksploitasi kuantum energi rendah yang membawa serta pola tanda tangan dari segala sesuatu yang telah ditelan oleh lubang hitam.
Untuk mencapai kesimpulan ini, Hawking mengidentifikasi dua masalah mendasar dengan asumsi awalnya. Oleh karena itu dia mengatakan, perhitungan awalnya yang menyarankan agar informasi di dalam lubang hitam akan hilang selamanya ialah salah.
Yang perlu kita ketahui adalah Hawking telah merevisi perhitungannya. Dia pun cukup yakin bahwa lubang hitam memiliki "rambut lembut" yang mengelilinginya.
Hipotesis ini dipublikasikan di Physical Review Letters. Para periset mengklaim, walaupun masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, ini adalah langkah yang menjanjikan untuk memecahkan paradoks informasi.
"Penting untuk dicatat bahwa makalah ini tidak memecahkan masalah informasi lubang hitam," tulis fisikawan Gary Horowitz dari University of California, Santa Barbara, dalam sebuah komentar yang menyertainya.
"Pertama, analisis harus diulang untuk gravitasi, bukan hanya medan elektromagnetik. Penulis saat ini sedang mengerjakan tugas ini, dan perhitungan awal mereka menunjukkan bahwa kasus gravitasi murni akan serupa. Yang lebih penting, rambut lembut yang mereka perkenalkan mungkin tidak cukup untuk menangkap semua informasi tentang apa yang jatuh ke dalam lubang hitam," katanya lagi.
Temuannya tersebut mematahkan asumsi selama lebih dari 40 tahun mengenai Lubang Hitam di luar angkasa. Sebelum kematiannya, pada 2016 dia sempat merilis salah satu artikel yang paling banyak dibicarakan, yakni penjelasan solusi dari paradoks informasi Lubang Hitam.
Dilansir dari laman Science Alert, Rabu (14/3/2018), Stephen Hawking menemukan penjelasan potensial bagaimana Lubang Hitam dapat sekaligus menghapus informasi dan mempertahankannya. Makalah ini awalnya diterbitkan di situs pra-cetak arXiv.org pada Januari 2016, dan akhirnya dirilis dalam jurnal per-review enam bulan kemudian dan menjadi berita utama di seluruh dunia.
Menurut teori relativitas Einstein, pemahaman awal kita tentang Lubang Hitam adalah segala sesuatu yang melintasi cakrawala peristiwa -batas lubang hitam- hilang selamanya. Bahkan cahaya pun tidak bisa lepas dari cengkeramannya, itulah sebabnya disebut Lubang Hitam.
Tapi kemudian di tahun 1970-an, Hawking mengusulkan agar radiasi benar-benar bisa lepas dari Lubang Hitam. Pendaparnya berdasarkab hukum mekanika kuantum.
Sederhananya, dia menyarankan, ketika sebuah Lubang Hitam menelan separuh dari sepasang partikel antipartikel, maka partikel lainnya memancar ke luar angkasa. Mengambil sedikit energi dari Lubang Hitam saat dia meninggalkannya.
Karena itulah pada akhirnya Lubang Hitam bisa hilang. Dan satu-satunya jejak yang tersisa adalah radiasi elektromagnetik yang dipancarkan. Hal ini lebih kita kenal dengan nama "Radiasi Hawking".
Masalahnya, menurut perhitungan terbaik Hawking, radiasi itu tidak mengandung informasi berguna tentang apa yang dimakan lubang hitam -informasi yang tertelan akan hilang selamanya. Dan itu tidak sesuai dengan pemahaman kita tentang fisika modern, yang menyatakan bahwa selalu memungkinkan untuk membalikkan waktu.
Secara teori, setidaknya proses di alam semesta akan terlihat sama jika mereka berjalan maju atau mundur. Seperti yang dijelaskan Dennis Overbye di The New York Times. "Alam Semesta, seperti sejenis superkomputer, seharusnya bisa melacak apakah satu mobil adalah truk pikap hijau dan yang lainnya adalah Porsche merah, atau apakah ada yang terbuat dari materi dan antimateri lainnya. Hal-hal ini mungkin hancur, tapi 'informasi' mereka -atribut fisik penting mereka- harus hidup selamanya."
Tapi pada 2016 Hawking mengusulkan solusi untuk masalah ini. Yakni, Lubang Hitam sebenarnya bisa memiliki lingkaran "rambut lembut" yang mengelilinginya dan mampu menyimpan informasi.
Rambut itu sebenarnya bukanlah rambut, tapi eksploitasi kuantum energi rendah yang membawa serta pola tanda tangan dari segala sesuatu yang telah ditelan oleh lubang hitam.
Untuk mencapai kesimpulan ini, Hawking mengidentifikasi dua masalah mendasar dengan asumsi awalnya. Oleh karena itu dia mengatakan, perhitungan awalnya yang menyarankan agar informasi di dalam lubang hitam akan hilang selamanya ialah salah.
Yang perlu kita ketahui adalah Hawking telah merevisi perhitungannya. Dia pun cukup yakin bahwa lubang hitam memiliki "rambut lembut" yang mengelilinginya.
Hipotesis ini dipublikasikan di Physical Review Letters. Para periset mengklaim, walaupun masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, ini adalah langkah yang menjanjikan untuk memecahkan paradoks informasi.
"Penting untuk dicatat bahwa makalah ini tidak memecahkan masalah informasi lubang hitam," tulis fisikawan Gary Horowitz dari University of California, Santa Barbara, dalam sebuah komentar yang menyertainya.
"Pertama, analisis harus diulang untuk gravitasi, bukan hanya medan elektromagnetik. Penulis saat ini sedang mengerjakan tugas ini, dan perhitungan awal mereka menunjukkan bahwa kasus gravitasi murni akan serupa. Yang lebih penting, rambut lembut yang mereka perkenalkan mungkin tidak cukup untuk menangkap semua informasi tentang apa yang jatuh ke dalam lubang hitam," katanya lagi.
(mim)