Insiden Kematian Mengerikan akibat Radiasi

Rabu, 04 April 2018 - 12:00 WIB
Insiden Kematian Mengerikan akibat Radiasi
Insiden Kematian Mengerikan akibat Radiasi
A A A
KERACUNAN radiasi atau radiasi penyakit adalah bentuk kerusakan jaringan organ yang disebabkan oleh paparan berlebihan terhadap radiasi pengion.

Istilah ini umumnya digunakan untuk merujuk kepada masalah akut yang disebabkan oleh radiasi dosis besar dalam waktu singkat, namun juga dapat merujuk pada kasus-kasus ketika seseorang telah berulang kali terkena dosis tinggi. Berikut 10 kasus kematian akibat paparan radiasi.

Alexander Litvinenko
Alexander Litvinenko adalah mantan perwira KGB (agen rahasia Uni Soviet) yang lolos dari penuntutan di Rusia dan mendapat perlindungan politik di Inggris. Pada November 2006 dia tiba-tiba jatuh sakit.Ia meninggal tiga minggu kemudian dan post-mortem tes menunjukkan ia telah diberi dosis mematikan yaitu Polonium-210 melalui secangkir teh. Di ranjang kematiannya, Litvinenko menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin berada di balik kematiannya.

Harry K. Daghlian Jr
Harry K. Daghlian Jr seorang fisikawan Armenia-Amerika yang bekerja untuk Proyek Manhattan. Pada 21 Agustus 1945 ia sedang melakukan percobaan fusi nuklir. Tanpa sengaja ia menjatuhkan sebuah balok berisi bahan kimia. Daghlian panik. Ia terpaksa membongkar sebagian tum pukan tungsten carbide untuk menghentikan reaksi ledakan tapi itu menyebabkan dia menerima dosis mematikan dari radiasi neutron. Ia meninggal 25 hari kemudian.

Louis Slotin
Louis Slotin adalah fisikawan dan ahli kimia Kanada yang ambil bagian dalam Proyek Manhattan yang menciptakan bom atom untuk pertama kalinya. Pada 21 Mei 1946 Slotin dan tujuh rekannya melakukan percobaan nuklir dengan menempatkan dua setengah bola ber-illium di sekitar inti plutonium. Slotin mencoba menstabilkan bola berilium dengan tangan kiri menggunakan pisau dan obeng. Jam 3:20 obeng tergelincir menyebabkan bola berilium jatuh dan menciptakan ledakan radiasi. Saat itu juga Slotin berusaha mengakhiri reaksi. Namun, Slotin sudah terkena dosis mematikan radiasi. Meski sempat dilarikan ke rumah sakit, tapi 9 hari kemudian dirinya meninggal.

Hiroshi Couchi
Kecelakaan radiasi nuklir terburuk di Jepang berlangsung di Fasilitas Pemrosesan Daur Ulang Uranium di Tokaimura, sebelah timur laut Tokyo, pada 30 September 1999. Tiga pekerja terkena radiasi dosis mematikan. Salah satu pekerja, Hiroshi Couchi, dipindahkan ke Rumah Sakit Universitas Tokyo dan tiga hari setelah kecelakaan ia bisa bicara dan hanya tangan kanannya sedikit bengkak dan kemerahan. Namun, kondisi berangsur-angsur melemah karena radioaktivitas menghancurkan kromosom di sel-selnya.

Marie Curie
Marie Sklodowska Curie adalah seorang ahli fisika dan kimia dan perintis di bidang radioaktivitas. Curie meneliti sifat-sifat yang berbeda dari dua bijih uranium,satu bijih uranium, dan chalcolite. Curie melakukan tugas berat memisahkan radium dari bijih-bijih uranium. Dari satu ton bijih-bijih uranium, sepersepuluh gram radium klorida dipisahkan. Sayangnya, Curie tidak menyadari efek kerusakan akibat paparan radiasi. Marie Curie meninggal pada 4 Juli 1934 karena anemia aplastik akibat paparan radiasi.

Hiroshima dan Nagasaki
Pada 6 Agustus 1945, bom uranium, “Little Boy”, dijatuhkan di Hiroshima menewaskan 70.000-80.000 orang. Tiga hari kemudian, bom plutonium, “Fat Man”, dijatuhkan di Nagasaki membunuh 40.000-75.000 orang dengan sekejap. Mereka yang selamat dari ledakan terkena radiasi berat dan luka bakar termal, penyakit-penyakit akibat radiasi dan kurangnya sumber daya pangan dan medis. Diperkirakan 200.000 orang lainnya telah meninggal pada 1950 akibat kontaminasinya saja. Pemerintah Jepang mengakui sekitar 1% dari warga jepang masih memiliki penyakit karena radiasi.

Chernobyl
Pada 26 April 1986 terjadi kecelakaan nuklir di reaktor Nomor 4 di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl di Ukraina. Reaktor meledak dan dan menghasilkan uap radioaktif ke udara yang mencemari udara di sekitarnya. Tingkat radiasi di sekitar setelah ledakan adalah 30.000 kali lebih mematikan dari pada di dalam tabung. Satu orang tewas seketika dan lainnya meninggal pada hari yang sama. Penyakit akut radiasi awalnya didiagnosis pada 237 orang di lokasi dan kemudian dikonfirmasi ada 134 kasus. Dari jumlah tersebut 28 orang meninggal. Kemudian lebih dari 19 orang meninggal kurun 1987 dan 2004.

Soviet Submarine K-19
K-19 adalah salah satu dari dua kapal selam pertama Uni Soviet yang dilengkapi rudal nuklir balistik. Pada 4 Juli 1961 di bawah komando Kapten Nikolai Vladimirovich Zateyev, K-19 mendeteksi sebuah kebocoran besar di sistem pendingin reaktornya yang menyebabkan suhu reaktor naik ke 800 derajat celcius. Kapten Zateyev tidak punya pilihan selain memerintahkan tujuh petugas teknik memperbaiki meskipun terdapat paparan radiasi. Kru perbaikan berhasil menghentikan kebocoran. Namun tujuh orang petugas tewas dalam kurun waktu seminggu. Insiden ini mengkontaminasi seluruh kapal dan menyebabkan dua puluh awak kapal tewas.

Cecil Kelley
Pada 30 Desember 1958 kecelakaan terjadi di Los Alamos, fasilitas pemrosesan plutonium. Cecil Kelley, operator kimia adalah pekerja di bagian pencampuran besar. Zat kimia tangki seharusnya “normal”, kurang dari 0,1 gram plutonium liter. Namun, konsentrasi pada hari menjadi 200 kali lebih tinggi. Ketika Kelley mengaktifkan pengaduk, lapisan yang mengandung plutonium meledak. Kelley, yang berusaha mengintip ke dalam tangki melalui kaca tabung terjatuh ke lantai. Dia dilarikan ke rumah sakit dengan setengah sadar dan muntah-muntah. Di rumah sakit, ekskresi tubuh Kelly dipenuhi radioaktif. Kelley meninggal 35 jam setelah kecelakaan itu.

Kecelakaan Radiasi yang Libatkan Warga Sipil
Asos Belts, Amerika Serikat (2013)
Pada Januari 2013, agen patroli perbatasan AS menemukan bahan radioaktif dalam pengiriman sabuk bertabur buatan peritel mode Asos. Atas hal itu Asos cepat menarik penjualan barang itu dari peredaran. Sabuk kulit peplum, yang memiliki ruffle terpasang, dapat menyebabkan cedera pada pemakainya jika dikenakan selama lebih dari 500 jam. Sebuah laporan menyebutkan, salah satu sabuk bertabur kuningan ditarik oleh kontrol perbatasan AS dan telah diuji positif mengandung radioaktif. Ini menyebabkan penarikan semua produk Asos di 14 negara

Tepojaco, Mexico (2013)
Sebuah truk Volkswagen Worker mengangkut sumber teleterapi kobalt-60 radioaktif dari rumah sakit ke pusat penyimpanan limbah radioaktif dibajak di sebuah pompa bensin di Tepojaco, Meksiko, 2 Desember 2013. Menurut keterangan IAEA (badan atom dunia) pada saat truk dicuri, sumber teleterapi dilindungi dengan baik. Namun, sumbernya bisa sangat berbahaya jika dihapus dari perisai atau rusak. Saat truk ditemukan di Kota Hueypoxtla, casing pelindung di sekitar sumbernya telah rusak dan kobalt-60 yang sangat radioaktif telah dihapus meskipun ditinggalkan di dekatnya.

Arcata, California (2008)
Pada 23 Januari 2008, orang tua Jacoby Roth membawa putra mereka yang berusia dua tahun ke UGD di Rumah Sakit Mad River di Arcata, California, karena keluhan sakit leher akibat jatuh. Dokter memerintahkan CT scan. Tes CT scan Jacoby berhenti setelah orang tuanya mengeluh ada sesuatu atas proses itu. Mesin tidak berfungsi dan berada dalam mode manual ketika tes Jacoby berlangsung. Sang operator, Raven Knickerbocker, telah menerima lisensi teknologi radiologinya pada Desember 2000. Dia meninggalkan Rumah Sakit Mad River dua minggu setelah kejadian itu, dan lisensinya dicabut pada 30 September 2008. Usai CT scan, Jacoby Roth tampak bahagia dan sehat, tetapi pemeriksaan darahnya menunjukkan kerusakan kromosom parah.

Kasus Maria Eduarda, Brasil (2011)
Pada Oktober 2011, di Rumah Sakit St. Francis of Penance di Rio De Janeiro, Brasil, seorang gadis berusia 7 tahun Maria Eduarda dirawat karena leukemia limfoblastik akut (penyakit kanker langka pada anak-anak). Dia pertama kali didiagnosis pada 2010 dan telah menyelesaikan kemoterapi, tetapi dokter segera meresepkan radioterapi juga. Tidak lama setelah radiasi, muncul luka bakar di kulitnya. Menurut dokter, luka bakar tersebut merupakan efek samping pengobatan. Luka di kepala Maria, termasuk kulit kepala dan telinganya, memburuk. Maria belakangan didiagnosis terkena sindrom radiasi kulit — dengan kata lain, radiasi membakar kulitnya. Maria meninggal pada Juni 2012

Lisa Norris, Glasgow Skotlandia (2006)
Lisa Norris, remaja Skotlandia berusia 15 tahun didiagnosis menderita kanker otak. Dia diminta melakukan terapi radiasi di Pusat Onkologi Beatson di Glasgow, Skotlandia. Meski telah menggunakan sistem komputerisasi namun untuk perawatan, Beatson juga menggunakan sistem manual berupa kertas. Mengubah sistem digital ke kertas membawa konsekuensi mengubah data dalam perawatan. Celakanya orang yang mentranskripsikan data dari digital ke formulir kertas tidak menyadari perbedaannya. Hasilnya angka yang dimasukkan pada formulir kertas salah. Akibatnya antara 5 Januari dan 31 Januari, Norris menerima dosis radiasi sekitar 58% lebih besar dari yang dimaksudkan. Kesalahan pengobatan itu membuat kulit kepalanya memerah dan melepuh. Lisa meninggal pada 18 Oktober 2006.

Bialystok, Polandia (2001)
Pada 27 Februari 2001, selama sesi radioterapi untuk pasien kanker payudara di Bialystok, Polandia, Pusat Onkologi Bialystok kehilangan daya, termasuk ke mesin radioterapi NEPTUN 10P. Setelah daya dinyalakan kembali dan mesin diperiksa, sesi terapi dimulai kembali. Setelah perawatan, pasien mengeluhkan gatal dan terbakar. Staf menghentikan penggunaan NEPTUN 10P dan memeriksanya. Setelah mengukur output dosis, diketahui mesin memberikan dosis radiasi jauh lebih tinggi dari yang seharusnya. Akibat kasus itu dokter yang menangangi pengobatan didakwa dengan kelalaian kriminal, sedangkan rumah sakit didenda. (Bobby Firmansyah)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7780 seconds (0.1#10.140)