Ada Air Berbentuk Es di Permukaan, Astronot Bisa Bernapas di Bulan
A
A
A
NEW YORK - Para ilmuwan telah memastikan bahwa ada endapan air beku di tanah sekitar Kutub Utara dan Selatan Bulan.
Hal itu terungkap melalui data dari Moon Mineraloby Maper (M3) milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) yang terpasang di pesawat ruang angkasa Chandrayaan-1 milik India yang diluncurkan 10 tahun lalu.
Moon Mineralogy Mapper (M3) mengidentifikasi adanya tiga tanda khusus es air di permukaan bulan. M3 tidak hanya mengambil sifat reflektif yang khas dari es, tapi mampu mengukur secara langsung cara molekulnya yang khas dalam menyerap cahaya inframerah.
Namun, penyebaran endapan es di Bulan tidak merata. Di Kutub Selatan, sebagian besar es terkonsentrasi di kawah-kawahnya. Sedangkan di Kutub Utara, es air lebih longgar dan lebih tersebar luas.
Kelompok peneliti yang dipimpin oleh Shuai Li dari Universitas Hawaii ini memperkirakan bahwa suhu di kawah yang secara permanen berada dalam bayangan di kutub Bulan tidak pernah melewati -157 C. Hal itulah yang menciptakan lingkungan yang membuat endapan es-air bisa tetap stabil untuk waktu yang lama.
Dalam laporan yang diterbitkan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (http://www.pnas.org/content/early/2018/08/14/1802345115) air dapat diakses dengan mudah dari permukaan bulan.
Dilansir dari laman BBC, Kamis (23/8/2018), jika terdapat es yang cukup di permukaan, air itu mungkin dapat diakses sebagai sumber daya untuk misi manusia ke Bulan selanjutnya. Air tersebut berpotensi diubah menjadi air minum bagi para astronot penghuni pangkalan bulan selanjutnya atau "diurai" menjadi hidrogen dan oksigen untuk bahan bakar roket. Oksigen itu juga bisa digunakan untuk astronot untuk bernapas.
Hal itu terungkap melalui data dari Moon Mineraloby Maper (M3) milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) yang terpasang di pesawat ruang angkasa Chandrayaan-1 milik India yang diluncurkan 10 tahun lalu.
Moon Mineralogy Mapper (M3) mengidentifikasi adanya tiga tanda khusus es air di permukaan bulan. M3 tidak hanya mengambil sifat reflektif yang khas dari es, tapi mampu mengukur secara langsung cara molekulnya yang khas dalam menyerap cahaya inframerah.
Namun, penyebaran endapan es di Bulan tidak merata. Di Kutub Selatan, sebagian besar es terkonsentrasi di kawah-kawahnya. Sedangkan di Kutub Utara, es air lebih longgar dan lebih tersebar luas.
Kelompok peneliti yang dipimpin oleh Shuai Li dari Universitas Hawaii ini memperkirakan bahwa suhu di kawah yang secara permanen berada dalam bayangan di kutub Bulan tidak pernah melewati -157 C. Hal itulah yang menciptakan lingkungan yang membuat endapan es-air bisa tetap stabil untuk waktu yang lama.
Dalam laporan yang diterbitkan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (http://www.pnas.org/content/early/2018/08/14/1802345115) air dapat diakses dengan mudah dari permukaan bulan.
Dilansir dari laman BBC, Kamis (23/8/2018), jika terdapat es yang cukup di permukaan, air itu mungkin dapat diakses sebagai sumber daya untuk misi manusia ke Bulan selanjutnya. Air tersebut berpotensi diubah menjadi air minum bagi para astronot penghuni pangkalan bulan selanjutnya atau "diurai" menjadi hidrogen dan oksigen untuk bahan bakar roket. Oksigen itu juga bisa digunakan untuk astronot untuk bernapas.
(mim)