Dikunjungi 1 Juta Orang, Taman Pintar Rujukan Science Center Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Belum ke Yogyakarta kalau belum ke Taman Pintar. Tagline tersebut menggambarkan keberadaan science center itu yang sudah menjadi salah satu ikon Kota Yogyakarta.
Padahal di daerah atau provinsi lain, banyak yang masih enggan mengunjungi science center. Sebut saja Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PP-Iptek) komplek Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, yang hanya dikunjungi 600.000-an pengunjung tiap tahunnya. Bandingkan dengan Taman Pintar yang mencapai 1 juta pengunjung.
Kepala Bidang Pengelolaan Taman Pintar, Afia Rosdiana, mengatakan, ada tiga ikon besar kota Yogyakarta yaitu Kota Pendidikan, Kota Budaya dan Kota Wisata. Ketiga ikon Yogyakarta tersebut diramu ke dalam Taman Pintar.
Sebagai ikon Kota Pendidikan, kata Afia, Taman Pintar merupakan science center yang sarat dengan nuansa pendidikan. Karena Yogyakarta juga punya ikon Kota Budaya, maka Taman Pintar juga menampilkan pengetahuan tentang budaya.
Misalnya dalam zona Indonesiaku dan Zona Memorabilia. Yang menarik, Taman Pintar sangat kental dengan momen lokal yang ada di Yogyakarta untuk konten-konten pendidikan.
“Sebagai Kota Wisata, kami sangat berupaya untuk menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Kota Yogyakarta,” kata Afia di sela-sela Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Asosiasi Science Center Indonesia (ASCI) ke-V di PP-Iptek, TMII, Jakarta.
Agar Taman Pintar menjadi destinasi wisata unggulan, selain melalui berbagai cara promosi, yang paling penting ialah layanan ke masyarakat. “Sebenarnya orang kan butuh dilayani dengan baik. Nah, layanan di Taman Pintar tidak hanya bagaimana melayani masyarakat saja tapi juga memenuhi keingintahuan dari masyarakat,” paparnya.
Saat ini, Taman Pintar yang berdiri di lahan seluas 1,2 hektare memiliki 54 zona dengan sekitar 1.300 alat peraga. Untuk menarik pengunjung, Taman Pintar senantiasa me-refresh atau memperbarui zona-zona yang ada.
“Kami punya strategi tiap tahun minimal ada 3 zona yang baru, baik itu secara muatannya, maupun zona lama yang sudah tidak menarik lagi dan keilmuannya out of date (kedaluarsa) kita ganti dengan yang baru. Jika pengunjung ke Taman Pintar tahun ini, tahun depan ke sini lagi ada yang baru,” ujar Afia.
Tak hanya zona yang terkait sains, Taman Pintar juga memiliki Zona Sahabat Pemberani KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), Zona SNI (Standar Nasional Indonesia), dan zona-zona menarik lainnya. Bahkan di tahun politik, Taman Pintar bekerjasama dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) meluncurkan Zona Demokrasi dan Pemilu.
Meskipun semua zona di Taman Pintar menarik, ada zona yang menjadi favorit pengunjung. Pertama, Zona Sains yang dikembangkan sendiri berdasarkan ilmu pengetahuan alam murni, fisika, dan kimia. Kedua, Zona Cuaca, Iklim dan Gempa Bumi hasil kerjasama Taman Pintar dengan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika).
Secara umum, layanan Taman Pintar dibagi menjadi tiga yaitu display pameran, program kegiatan, dan pertunjukan seperti planetarium dan teater 4 dimensi. Taman Pintar milik Pemerintah Kota Yogyakarta telah menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Saat ini, pengunjung Taman Pintar sudah mencapai 1 juta orang per tahun.
“Dalam pengelolaan dan pengembangan Taman Pintar, kami punya dua kata kunci yakni semakin banyak ilmu pengetahuan yang diberikan ke masyarakat, maka akan semakin banyak masyarakat yang memperoleh ilmu pengetahuan,” tuturnya.
Bagi Afia, Rakornas ASCI Ke-V menjadi ajang berbagi pengalaman. Melalui Rakornas ini, pihaknya bisa mengetahui apa yang sedang dikembangkan science center lain dan saling bertukar pikiran apa yang bisa dikembangkan di Taman Pintar. Begitu juga sebaliknya, apa yang bisa diberikan Taman Pintar ke science center lain.
Pada kesempatan tersebut Afia mengungkapkan, pada 16 Desember 2018, Taman Pintar genap berusia 10 tahun. Tema peringatan ulang tahun kali ini adalah Stay in Science atau Tetaplah dalam Sains.
“Sekarang kan era Revolusi Industri 4.0, fungsi Taman Pintar sebagai science center adalah bagaimana memotivasi masyarakat untuk mencintai sains atau peduli dengan ilmu pengetahuan. Kalau bahasa kerennya literasi sains masyarakat, sehingga ketika orang bertindak itu punya dasar keilmuan,” pungkasnya.
Padahal di daerah atau provinsi lain, banyak yang masih enggan mengunjungi science center. Sebut saja Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PP-Iptek) komplek Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, yang hanya dikunjungi 600.000-an pengunjung tiap tahunnya. Bandingkan dengan Taman Pintar yang mencapai 1 juta pengunjung.
Kepala Bidang Pengelolaan Taman Pintar, Afia Rosdiana, mengatakan, ada tiga ikon besar kota Yogyakarta yaitu Kota Pendidikan, Kota Budaya dan Kota Wisata. Ketiga ikon Yogyakarta tersebut diramu ke dalam Taman Pintar.
Sebagai ikon Kota Pendidikan, kata Afia, Taman Pintar merupakan science center yang sarat dengan nuansa pendidikan. Karena Yogyakarta juga punya ikon Kota Budaya, maka Taman Pintar juga menampilkan pengetahuan tentang budaya.
Misalnya dalam zona Indonesiaku dan Zona Memorabilia. Yang menarik, Taman Pintar sangat kental dengan momen lokal yang ada di Yogyakarta untuk konten-konten pendidikan.
“Sebagai Kota Wisata, kami sangat berupaya untuk menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Kota Yogyakarta,” kata Afia di sela-sela Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Asosiasi Science Center Indonesia (ASCI) ke-V di PP-Iptek, TMII, Jakarta.
Agar Taman Pintar menjadi destinasi wisata unggulan, selain melalui berbagai cara promosi, yang paling penting ialah layanan ke masyarakat. “Sebenarnya orang kan butuh dilayani dengan baik. Nah, layanan di Taman Pintar tidak hanya bagaimana melayani masyarakat saja tapi juga memenuhi keingintahuan dari masyarakat,” paparnya.
Saat ini, Taman Pintar yang berdiri di lahan seluas 1,2 hektare memiliki 54 zona dengan sekitar 1.300 alat peraga. Untuk menarik pengunjung, Taman Pintar senantiasa me-refresh atau memperbarui zona-zona yang ada.
“Kami punya strategi tiap tahun minimal ada 3 zona yang baru, baik itu secara muatannya, maupun zona lama yang sudah tidak menarik lagi dan keilmuannya out of date (kedaluarsa) kita ganti dengan yang baru. Jika pengunjung ke Taman Pintar tahun ini, tahun depan ke sini lagi ada yang baru,” ujar Afia.
Tak hanya zona yang terkait sains, Taman Pintar juga memiliki Zona Sahabat Pemberani KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), Zona SNI (Standar Nasional Indonesia), dan zona-zona menarik lainnya. Bahkan di tahun politik, Taman Pintar bekerjasama dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) meluncurkan Zona Demokrasi dan Pemilu.
Meskipun semua zona di Taman Pintar menarik, ada zona yang menjadi favorit pengunjung. Pertama, Zona Sains yang dikembangkan sendiri berdasarkan ilmu pengetahuan alam murni, fisika, dan kimia. Kedua, Zona Cuaca, Iklim dan Gempa Bumi hasil kerjasama Taman Pintar dengan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika).
Secara umum, layanan Taman Pintar dibagi menjadi tiga yaitu display pameran, program kegiatan, dan pertunjukan seperti planetarium dan teater 4 dimensi. Taman Pintar milik Pemerintah Kota Yogyakarta telah menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Saat ini, pengunjung Taman Pintar sudah mencapai 1 juta orang per tahun.
“Dalam pengelolaan dan pengembangan Taman Pintar, kami punya dua kata kunci yakni semakin banyak ilmu pengetahuan yang diberikan ke masyarakat, maka akan semakin banyak masyarakat yang memperoleh ilmu pengetahuan,” tuturnya.
Bagi Afia, Rakornas ASCI Ke-V menjadi ajang berbagi pengalaman. Melalui Rakornas ini, pihaknya bisa mengetahui apa yang sedang dikembangkan science center lain dan saling bertukar pikiran apa yang bisa dikembangkan di Taman Pintar. Begitu juga sebaliknya, apa yang bisa diberikan Taman Pintar ke science center lain.
Pada kesempatan tersebut Afia mengungkapkan, pada 16 Desember 2018, Taman Pintar genap berusia 10 tahun. Tema peringatan ulang tahun kali ini adalah Stay in Science atau Tetaplah dalam Sains.
“Sekarang kan era Revolusi Industri 4.0, fungsi Taman Pintar sebagai science center adalah bagaimana memotivasi masyarakat untuk mencintai sains atau peduli dengan ilmu pengetahuan. Kalau bahasa kerennya literasi sains masyarakat, sehingga ketika orang bertindak itu punya dasar keilmuan,” pungkasnya.
(mim)