Falcon Heavy Angkut 24 Satelit Eksperimen
A
A
A
LOS ANGELES - SpaceX meluncurkan roket Falcon Heavy dari Pusat Antariksa Kennedy di Florida. Roket itu mengangkut 24 satelit eksperimen yang disebut pendiri SpaceX Elon Musk sebagai peluncuran paling sulit yang pernah dilakukannya.
Roket itu meluncur pada pukul 02.30 kemarin pagi setelah mengalami penundaan selama tiga jam. Roket itu berhasil mengantarkan satelit dalam misi selama enam jam. Dua mesin pendorong roket bisa kembali selamat ke bumi dan mendarat di tempat pendaratan Angkatan udara. Namun, mesin pendorong utama hilang dan kemungkinan jatuh di Samudera Atlantik.
“Itu merupakan tembakan yang panjang,” ujar Musk yang sebelumnya memprediksi akan adanya permasalahan pendaratan di Atlantik, dilansir Reuters.
Misi yang disebut dengan Space Test Program 2 (STP-2) merupakan peluncuran ketiga Falcon Heavy. SpaceX menyebut itu sebagai sistem peluncuran paling kuat di dunia. Misi itu dipesan penuh oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) sebagai kontraktor utama bagi perusahaan antariksa komersial seperti SpaceX.
Perusahaan itu mengirimkan satelit ke orbit bagi lembaga termasuk, NASA dan Lembaga Atmosfir dan Samudera Nasional (NOAA), laboratorium departemen pertahanan, universitas, dan organisasi nirlaba. Misi terbaru itu menjadi hal paling menantang dalam sejarah SpaceX. Pasalnya, itu memisahkan empat mesin dan dan menempatkan satelit di tiga lokasi orbit yang berbeda.
Falcon Heavy menarik perhatian dunia setelah diluncurkan pertama kali pada Februari 2018. Saat pertama kali diluncurkan, roket itu membawa mobil Tesla milik Elon Musk ke orbit di sekitar matahari. Saat ini, mobil itu masih terbang di antariksa.
SpaceX yang didirikan Musk pada 2002 lalu kembali meluncurkan Falcon Heavey kedua pada April dengan membawa satelit komunikasi milik Arabsat dari Arab Saudi. Roket itu memiliki tiga tahapan pendorong dan bisa digunakan kembali karena bisa kembali ke bumi setelah diluncurkan. Dengan demikian, roket yang sudah kembali bisa digunakan kembali sehingga menurunkan biaya peluncuran. Biaya peluncuran Falcon Heavy sekitar USD90 juta dan lebih murah dibandingkan competitor lainnya.
Fondasi Eksplorasi Antariksa
Peluncuran Falcon Heavy membawa satelit ke orbit itu termasuk uji coba bagi NASA untuk navigasi antariksa. Mereka juga melakukan uji coba teknologi teleskop baru. Paling penting adalah proyek The Light Sail 2 atau pelayaran surya yang didanai oleh Planetary Society, lembaga nirlaba yang dipimpin Bill Nye, “The Science Guy”.
The LightSail 2 merupakan proyek bersama yang bertujuan untuk mengirimkan wahana antariksa pertama di orbit bumi. Semua satelit yang dibawa oleh Falcon Heavy itu mengandalkan panel surya yang mengubah sinar matahari menjadi listrik dan mengendalikan sistem komputer. Nantinya, proyek itu akan berjalan selama beberapa dekade karena mengandalkan matahari sebagai sumber utamanya yang tak akan pernah habis.
“Cahaya tidak memiliki massa. Itu hanya memiliki momentum yang bisa ditransfer ke objek lain,” kata Jason Davis, penulis dari The Planetary Society. “Energi surya itu menjadi tenaga pendorongnya,” paparnya.
LightSail 2 akan menempatkan lembaran polyester seluas 32 meter persegi berbentuk cincin. Wahana antariksa itu akan terus berlayar mendekati matahari. “Itu juga akan mengeliling bumi,” ujar Davis. Jika sukses, nantinya wahana tersebut akan bergerak jauh ke antariksa tanpa membawa bahan bakar, tetapi mengandangkan energi matahari atau pun tanpa dukungan satelit lainnya.
Konsep tersebut merupakan ambisi dari Carl Sagan, seorang penggiat antariksa yang mendirikan The Planetary Society sebelum kematiannya pada 1996. Dia pernah menampaikan pelayaran surya di antariksa pada acara "The Tonight Show with Johnny Carson" pada 1970-an.
Saat ini, Nye merupakan CEO Planetary Society. Organisasi tersebut berhasil menggalang dana USD7 juta untuk membiaya proyek LightSail2. Mereka berhasil mendapatkan donor dan kampanye penggalangan dana secara massif.
“40 tahun lalu, profesor saya Carl Sagan berbagi mimpinya menggunakan wahana antariksa untuk pelayaran matahari untuk mengeksplorasi kosmor,” ujar Nye. “The Planetary Society mewujudkan mimpi tersebut,” ungkapnya. (Andika Hendra M)
Roket itu meluncur pada pukul 02.30 kemarin pagi setelah mengalami penundaan selama tiga jam. Roket itu berhasil mengantarkan satelit dalam misi selama enam jam. Dua mesin pendorong roket bisa kembali selamat ke bumi dan mendarat di tempat pendaratan Angkatan udara. Namun, mesin pendorong utama hilang dan kemungkinan jatuh di Samudera Atlantik.
“Itu merupakan tembakan yang panjang,” ujar Musk yang sebelumnya memprediksi akan adanya permasalahan pendaratan di Atlantik, dilansir Reuters.
Misi yang disebut dengan Space Test Program 2 (STP-2) merupakan peluncuran ketiga Falcon Heavy. SpaceX menyebut itu sebagai sistem peluncuran paling kuat di dunia. Misi itu dipesan penuh oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) sebagai kontraktor utama bagi perusahaan antariksa komersial seperti SpaceX.
Perusahaan itu mengirimkan satelit ke orbit bagi lembaga termasuk, NASA dan Lembaga Atmosfir dan Samudera Nasional (NOAA), laboratorium departemen pertahanan, universitas, dan organisasi nirlaba. Misi terbaru itu menjadi hal paling menantang dalam sejarah SpaceX. Pasalnya, itu memisahkan empat mesin dan dan menempatkan satelit di tiga lokasi orbit yang berbeda.
Falcon Heavy menarik perhatian dunia setelah diluncurkan pertama kali pada Februari 2018. Saat pertama kali diluncurkan, roket itu membawa mobil Tesla milik Elon Musk ke orbit di sekitar matahari. Saat ini, mobil itu masih terbang di antariksa.
SpaceX yang didirikan Musk pada 2002 lalu kembali meluncurkan Falcon Heavey kedua pada April dengan membawa satelit komunikasi milik Arabsat dari Arab Saudi. Roket itu memiliki tiga tahapan pendorong dan bisa digunakan kembali karena bisa kembali ke bumi setelah diluncurkan. Dengan demikian, roket yang sudah kembali bisa digunakan kembali sehingga menurunkan biaya peluncuran. Biaya peluncuran Falcon Heavy sekitar USD90 juta dan lebih murah dibandingkan competitor lainnya.
Fondasi Eksplorasi Antariksa
Peluncuran Falcon Heavy membawa satelit ke orbit itu termasuk uji coba bagi NASA untuk navigasi antariksa. Mereka juga melakukan uji coba teknologi teleskop baru. Paling penting adalah proyek The Light Sail 2 atau pelayaran surya yang didanai oleh Planetary Society, lembaga nirlaba yang dipimpin Bill Nye, “The Science Guy”.
The LightSail 2 merupakan proyek bersama yang bertujuan untuk mengirimkan wahana antariksa pertama di orbit bumi. Semua satelit yang dibawa oleh Falcon Heavy itu mengandalkan panel surya yang mengubah sinar matahari menjadi listrik dan mengendalikan sistem komputer. Nantinya, proyek itu akan berjalan selama beberapa dekade karena mengandalkan matahari sebagai sumber utamanya yang tak akan pernah habis.
“Cahaya tidak memiliki massa. Itu hanya memiliki momentum yang bisa ditransfer ke objek lain,” kata Jason Davis, penulis dari The Planetary Society. “Energi surya itu menjadi tenaga pendorongnya,” paparnya.
LightSail 2 akan menempatkan lembaran polyester seluas 32 meter persegi berbentuk cincin. Wahana antariksa itu akan terus berlayar mendekati matahari. “Itu juga akan mengeliling bumi,” ujar Davis. Jika sukses, nantinya wahana tersebut akan bergerak jauh ke antariksa tanpa membawa bahan bakar, tetapi mengandangkan energi matahari atau pun tanpa dukungan satelit lainnya.
Konsep tersebut merupakan ambisi dari Carl Sagan, seorang penggiat antariksa yang mendirikan The Planetary Society sebelum kematiannya pada 1996. Dia pernah menampaikan pelayaran surya di antariksa pada acara "The Tonight Show with Johnny Carson" pada 1970-an.
Saat ini, Nye merupakan CEO Planetary Society. Organisasi tersebut berhasil menggalang dana USD7 juta untuk membiaya proyek LightSail2. Mereka berhasil mendapatkan donor dan kampanye penggalangan dana secara massif.
“40 tahun lalu, profesor saya Carl Sagan berbagi mimpinya menggunakan wahana antariksa untuk pelayaran matahari untuk mengeksplorasi kosmor,” ujar Nye. “The Planetary Society mewujudkan mimpi tersebut,” ungkapnya. (Andika Hendra M)
(nfl)