Misi Dragonfly, NASA Akan Jelajahi Saturnus dan Titan
A
A
A
NEW YORK - Badan Antariksa Amerikat Serikat NASA mengumumkan Misi yang baru , Dragonfly, yang akan menjelajahi bulan es itu dari udara dan darat untuk mencari-tahu apakah pernah ada kehidupan di sana.
Bulan Saturnus, Titan, memiliki semua yang dibutuhkan manusia untuk hidup. Sekilas, Titan sangat mirip Bumi. Danau dan laut tersebar di belahan utara, dan hujan sesekali membasahi permukaannya yang berpasir. Bedanya adalah di Titan sangat dingin sehingga air di sana sekeras es batu, dan metana berminyak jatuh dari langit dan menetes ke laut.
Pasir di Titan terbuat dari bahan organik yang terdiri atas karbon, hidrogen, nitrogen, dan oksigen, jauh berbeda dari pasir yang umum ditemukan di pantai mana pun di Bumi.
Permukaan Titan tertutup atmosfer, yang empat kali lebih padat daripada atmosfer Bumi. Ditambah gravitasinya yang hanya 1/7 kekuatan gravitasi Bumi, ketebalan atmosfer itu membuat Titan target yang ideal untuk penjelajah udara.
Ide membuat pesawat untuk menerbangi atmosfer Titan yang tebal bukanlah hal baru, tetapi baru setelah teknologi pesawat nirawak semakin maju, tim Dragonfly menyadari bahwa mereka bisa mewujudkan impian terbang ke Titan.
Atmosfer Bulan Saturnus, kata para ahli, terdiri dari nitrogen dan metana dengan tekanan satu setengah lebih besar dari atmosfer di Bumi. Adapun, suhunya mencapai -179 derajat Celcius. Kapal selam itu akan dilengkapi radiotermal sebesar 1 kw untuk menghangatkan generator dan mencegah pembekuan.
“Kapal selam itu akan mengamati dan barangkali menjelajahi arus pasang surut di laut Bulan Saturnus yang siklusnya terjadi sekali sehari waktu Titan atau 16 hari waktu Bumi,” kata NASA, dikutip Dailymail . Secara keseluruhan, NASA memperkirakan kapal selam itu bisa bergerak 1 meter per detik atau 3,6 kilometer per jam. Namun, jika kedalaman Kraken Mare sesuai dengan perkiraan NASA, yakni sekitar 300 meter, tangki nitrogen kapal selam akan mengembun sehingga berpotensi membuat kapal selam tenggelam.
“Kami sudah merancang piston yang bisa mengeluar-masukkan cairan ketimbang bergantung pada tekanan udara,” pungkas NASA. Kapal seberat 1 ton itu akan dikirim menggunakan pesawat ruang angkasa mirip Air Force X037. Misi utamanya mengumpulkan data ilmiah yang ada di Kraken Mare seperti komposisi kimia, permukaan, angin, ombak, dan bathymetry .
“Kami akan menyelidiki spektrum penuh mengenai fenomena lautan Bulan Saturnus,” tegas NASA. Untuk mengirimkan pesan dan informasi ke Bumi, kapal selam itu akan dilengkapi dengan antena. Informasi akan dikirimkan sekali sehari atau sekitar 16 jam sekali ke Bumi. Salah satu file yang kemungkinan bisa dikirimkan kapal selam itu ialah foto, terutama ketika kapal selam sedang berada di permukaan Kraken Mare. Waktu yang dimiliki NASA masih sekitar 25 tahun.
Mereka masih bisa mengembangkan semua komponen kapal selam itu agar bisa meminimalisasi risiko kecelakaan. Dengan membawa misi ini, NASA tidak hanya berpeluang menjelajahi keajaiban tata surya, tapi juga bisa selangkah lebih maju memahami kehidupan di “dunia lain”.
Bulan Saturnus, Titan, memiliki semua yang dibutuhkan manusia untuk hidup. Sekilas, Titan sangat mirip Bumi. Danau dan laut tersebar di belahan utara, dan hujan sesekali membasahi permukaannya yang berpasir. Bedanya adalah di Titan sangat dingin sehingga air di sana sekeras es batu, dan metana berminyak jatuh dari langit dan menetes ke laut.
Pasir di Titan terbuat dari bahan organik yang terdiri atas karbon, hidrogen, nitrogen, dan oksigen, jauh berbeda dari pasir yang umum ditemukan di pantai mana pun di Bumi.
Permukaan Titan tertutup atmosfer, yang empat kali lebih padat daripada atmosfer Bumi. Ditambah gravitasinya yang hanya 1/7 kekuatan gravitasi Bumi, ketebalan atmosfer itu membuat Titan target yang ideal untuk penjelajah udara.
Ide membuat pesawat untuk menerbangi atmosfer Titan yang tebal bukanlah hal baru, tetapi baru setelah teknologi pesawat nirawak semakin maju, tim Dragonfly menyadari bahwa mereka bisa mewujudkan impian terbang ke Titan.
Atmosfer Bulan Saturnus, kata para ahli, terdiri dari nitrogen dan metana dengan tekanan satu setengah lebih besar dari atmosfer di Bumi. Adapun, suhunya mencapai -179 derajat Celcius. Kapal selam itu akan dilengkapi radiotermal sebesar 1 kw untuk menghangatkan generator dan mencegah pembekuan.
“Kapal selam itu akan mengamati dan barangkali menjelajahi arus pasang surut di laut Bulan Saturnus yang siklusnya terjadi sekali sehari waktu Titan atau 16 hari waktu Bumi,” kata NASA, dikutip Dailymail . Secara keseluruhan, NASA memperkirakan kapal selam itu bisa bergerak 1 meter per detik atau 3,6 kilometer per jam. Namun, jika kedalaman Kraken Mare sesuai dengan perkiraan NASA, yakni sekitar 300 meter, tangki nitrogen kapal selam akan mengembun sehingga berpotensi membuat kapal selam tenggelam.
“Kami sudah merancang piston yang bisa mengeluar-masukkan cairan ketimbang bergantung pada tekanan udara,” pungkas NASA. Kapal seberat 1 ton itu akan dikirim menggunakan pesawat ruang angkasa mirip Air Force X037. Misi utamanya mengumpulkan data ilmiah yang ada di Kraken Mare seperti komposisi kimia, permukaan, angin, ombak, dan bathymetry .
“Kami akan menyelidiki spektrum penuh mengenai fenomena lautan Bulan Saturnus,” tegas NASA. Untuk mengirimkan pesan dan informasi ke Bumi, kapal selam itu akan dilengkapi dengan antena. Informasi akan dikirimkan sekali sehari atau sekitar 16 jam sekali ke Bumi. Salah satu file yang kemungkinan bisa dikirimkan kapal selam itu ialah foto, terutama ketika kapal selam sedang berada di permukaan Kraken Mare. Waktu yang dimiliki NASA masih sekitar 25 tahun.
Mereka masih bisa mengembangkan semua komponen kapal selam itu agar bisa meminimalisasi risiko kecelakaan. Dengan membawa misi ini, NASA tidak hanya berpeluang menjelajahi keajaiban tata surya, tapi juga bisa selangkah lebih maju memahami kehidupan di “dunia lain”.
(wbs)