Teknologi Robotik Bantu Atasi Akurasi dan Konsistensi

Sabtu, 25 Januari 2020 - 06:21 WIB
Teknologi Robotik Bantu...
Teknologi Robotik Bantu Atasi Akurasi dan Konsistensi
A A A
JAKARTA - Perkembangan teknologi di berbagai bidang telah banyak membantu manusia dalam menyelesaikan permasalahan, terutama di sektor industri yang berhasil mengembangkan robotik sebagai alat bantu efisien.

Pengembangan sumber daya manusia (SDM) menjadi faktor penting dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0. Satu diantaranya dalam bidang pendidikan turut berpengaruh terhadap terciptanya robotik. Teknologi ini banyak memberikan manfaat signifikan bagi peningkatan produksi dan berimbas pada pertumbuhan ekonomi.

Karena itu, peran pendidikan dalam pembangunan SDM sangat diperlukan agar Indonesia mampu bersaing dengan negara lain. Terutama dalam memenuhi kebutuhan SDM di era industri 4.0 dan memasuki era disrupsi teknologi.

Pengamat teknologi Heru Sutadi mengungkapkan, revolusi industri sebenarnya sudah terjadi sejak lama misalnya dalam penggunaan mesin pabrik dan teknologi komunikasi. Layanan call center saat ini bahkan semakin banyak menggunakan robot untuk melayani pelanggan.

Lalu, dalam bidang indust riritel, tenaga pelayan di pasar swalayan semakin berkurang dengan ada barcode di setiap barang yang dijual sehingga pembeli bisa membayar sendiri sesuai harga yang tertera.

“Yang terpenting adalah manajemen transisinya. Itu akan mengubah peran secara mendasar. Misalnya, call center pakai robot untuk memberi informasi dan melayani pelanggan, tapi ujung-ujungnya masih ada manusia juga kalau terjadi masalah,” jelas Heru.

Meskipun dalam perkembangan Revolusi Industri 4.0 lebih mengedepankan teknologi seperti robot untuk menggantikan tugas manusia, hal itu bukan semata untuk menggantikan peran manusia di dalamnya.

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi(BPPT) Hammam Riza mengatakan, robot bukan menggantikan manusia, melainkan dibuat untuk mengatasi kekurangan manusia dalam konsistensi dan akurasi.

“Saat sedang emosi manusia bisa saja mengalami penurunan (kinerja) dan ini bisa menimbulkan proses produksi terhambat. Selain itu, ketepatan atau akurasi pun ikut menurun seiring dengan kondisi tubuh yang melemah,” jelas Hammam.

Bila dibandingkan dengan tenaga yang dihasilkan, pekerjaan yang dilakukan robot tentu akan sangat jauh berbeda karena sistem dalam robot sudah dibentuk berdasarkan pengalaman dan riset. “Di Indonesia penggunaan robot sudah banyak digunakan dalam bidang industri automotif, entertainment, militer, kebencanaan, dan pendidikan atau biasa disebut robot edukasi,” ungkapnya.

Namun, Hammam meyakini bahwa generasi muda di Indonesia sudah siap menghadapi era robotika. Hal ini dibuktikan dengan banyak prestasi akademik di berbagai level baik nasional maupun internasional.

“Ada robot becak buatan anak Indonesia berhasil memenangkan kompetisi internasional untuk kategori Energy Saving Robot. Robot ini bisa berjalan maksimal dengan kecepatan 1 meter per detik di bawah sinar matahari. Jadi, tidak perlu menggoes lagi tinggal pakai pedal langsung gas,” jelasnya.

Di beberapa negara maju seperti yang dikutip dariwired.com, Jepang, China, Korea Selatan, Jerman, dan Amerika Serikat telah mengembangkan robot untuk bisa menggantikan berbagai macam profesi manusia seperti guru, apoteker, manufacturing, dan pegawai sipir penjara.

Jepang misalnya, negara yang terkenal dengan bunga sakuranya itu, telah banyak memproduksi robot untuk profesi tertentu. Satu di antaranya robot yang bernama NAO. Robot ini berfungsi sebagai teller bank dan bisa melayani nasabah dalam 19 bahasa asing. Kini NAO pun telah digunakan oleh banyak cabang Bank Tokyo Mitsubishi UFJ. Jepang bahkan telah menggunakan 303 mesin robot per 10.000 pekerja.

Korea Selatan juga menggunakan robot sebagai pegawai sipir penjara. Robot ini dilengkapi dengan roda, kamera, dan sensor pendeteksi kekerasan. Robot dengan tinggi 5,1 ini bekerja di sebuah penjara daerah Pohang.

Di Amerika Serikat banyak proyek robot yang dirancang untuk menggantikan tenaga manusia. Satu di antaranya pusat kesehatan UCSF Medical Center yang telah menggunakan robot sebagai pengganti apoteker.

Tidak hanya digunakan dalam bidang kesehatan, tenaga robot di Amerika Serikat juga berperan sebagai tentara. Foster Miller mengembangkan MAARS, robot tentara yang ditempatkan di Irak. Tentara robot ini dilengkapi dengan GPS dan bisa mendeteksi lokasi yang berbahaya.

Negara yang memiliki kepadatan penduduk seperti China juga tidak kalah dalam mempekerjakan robot. Tak tanggung-tanggung, sebuah perusahaan bernama Foxconn sudah menyiapkan 1 juta robot untuk menggantikan tenaga manusia. Robot yang diberinama Foxbots merupakan solusi yang selama ini dicari karena mampu mengatasi segala permasalahan yang selalu terjadi pada karyawannya.

Di Jerman perusahaan mobil ternama Volkswagen menggunakan robot untuk memenuhi permintaan produksinya. Langkah ini diambil karena biaya perawatan robot lebih murahdi bandingkan dengan gaji karyawan.

Revolusi robot di Jerman pun dilakukan dalam bidang pertelevisian. Robot buatan Kuka ini juga bisamenggantikan pekerjaan seorang kamerawan. (Apriliasandy)
(ysw)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7576 seconds (0.1#10.140)