Christina Koch, Astronot Perempuan Terlama Tinggal di Antariksa

Jum'at, 07 Februari 2020 - 07:27 WIB
Christina Koch, Astronot Perempuan Terlama Tinggal di Antariksa
Christina Koch, Astronot Perempuan Terlama Tinggal di Antariksa
A A A
WASHINGTON - Astronot Amerika Serikat (AS) Christina Koch sukses mendarat di Kazakstan setelah tinggal di Stasiun Antariksa Internasional (ISS) terlama, yakni 328 hari. Dia juga memimpin aksi berjalan di antariksa oleh para astronot perempuan pertama kalinya pada 2019.

Koch kembali ke Bumi dengan kapsul Soyuz MS-13 dan mendarat di Gurun Kazakstan kemarin bersama astronot Eropa Luca Parmitano, dan kosmonot Rusia Alexander Skvortsov. “Saya sangat senang dan bahagia saat ini,” ungkap Koch beberapa saat setelah mendarat, dilansir Reuters.

Misi Koch memecahkan rekor tinggal di antariksa menjadi sejarah tersendiri dan mampu mengalahkan rekor astronot NASA Peggy Whitson yang bertahan di ISS selama 288 hari. Koch juga mampu memperkuat citra perempuan sebagai astronot tangguh dengan memimpin aksi space walk atau berjalan diantariksa bersama Jessica Meir, astronot NASA lainnya, pada Oktober lalu. Itu pertama kalinya dua astronot perempuan melaksanakan aksi di luar ISS pada waktu yang bersamaan.

NASA menyatakan misi panjang Koch akan memberikan gambaran bagi peneliti bagaimana dampak radiasi antariksa terhadap tubuh perempuan pada penerbangan antariksa yang panjang. Kajian tersebut akan dilaksanakan dalam beberapa bulan mendatang. Nantinya, data tersebut bisa digunakan untuk membangun stasiun antariksa permanen di bulan dalam dekade mendatang.

Selama berada di ISS, Koch juga melakukan serangkaian eksperimen dan penyelidikan. Salah satunya, dia menguji coba bagaimana kehidupan manusia di Bumi bisa bereaksi terhadap kekurangan gravitasi. Pasalnya, kekurangan gravitasi bisa berdampak pada gangguan otot dan tulang pada astronot. Nah, para peneliti sedang berusaha keras untuk memitigasi dan mencegah hal tersebut bisa terjadi.

Penelitian terhadap batu ginjal dan osteoporosis juga berkaitan dengan kesehatan ginjal bagi manusia yang tinggal di antariksa. Aspek makanan, air, gravitasi mikro, dan perjalanan antariksa memang berkaitan langsung dengan kesehatan ginjal. Para peneliti berusaha mencoba perawatan terbaik untuk mengatasi hal tersebut.

Selain itu, Koch juga terlibat dalam beberapa penelitian biologi selama di ISS. Dia meneliti bagaimana tanaman bisa tumbuh di antariksa. Dia menguji coba bagaimana jamur bisa tumbuh di ISS sehingga bisa membuat makanan.
Sebelumnya, penelitian terhadap astronot AS Scott Kelly yang pernah mengorbit di ISS selama 340 pada 2015, ternyata berdampak buruk pada kesehatannya. Penelitian terhadap Kelly menunjukkan adanya penebalan retina dan perubahan ekspresi gen, serta adanya gangguan kognitif ringan.

Koch juga menciptakan sejarah dalam dunia antariksa. Dia mengorbit di atas Bumi sebanyak 5.248 kali dan melaksanakan 6 kali spacewalks. Dia juga berhasil menghabiskan waktu selama 42 jam dan 15 menit di luar ISS. Kesuksesan Koch membantu NASA untuk menyiapkan misi ke Mars.

“Misi panjang Koch memberikan kesempatan bagi peneliti untuk memberikan kesempatan untuk mengamati dampak panjang penerbangan antariksa bagi perempuan,” demikian keterangan NASA. Apalagi, NASA juga memiliki rencana mengirimkan misi ke bulan dan eksplorasi manusia di Mars.

Dia menyarankan agar anak perempuan untuk mewujudkan mimpinya, termasuk menjadi astronot. “Lakukan apa yang membuat dirimu takut. Semua orang seharusnya berpikir tentang apa yang digambarkan mereka, termasuk hal yang menakutkan,” katanya. Koch pun berharap ada astronot perempuan lain yang bisa memecahkan rekornya dalam misi terlama di ISS.
(ysw)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0115 seconds (0.1#10.140)