Pencairan Gletser Kiamat di Antartika Barat Berjalan Lebih Lambat, Namun Bagian Bawahnya Retak

Kamis, 16 Februari 2023 - 17:43 WIB
Gletser Thwaites di Antartika Barat, yang dikenal sebagai Gletser Kiamat dilaporkan mencair lebih lambat dari perkiraan sebelumnya. Foto/Live Science/IceFin/USAP
WELLINGTON - Gletser Thwaites di Antartika Barat, yang dikenal sebagai Gletser Kiamat dilaporkan mencair lebih lambat dari perkiraan sebelumnya. Gletser Thwaites dijuluki Gletser Kiamat karena pencarian yang dialami berkontribusi pada kenaikan permukaan laut secara global.

Meskipun laporan terbaru menyebutkan proses pencairan Gletser Thwaites lebih lambat dari perkiraan, namun masih ada masalah besar lainnya. Dua studi baru yang diterbitkan di jurnal Nature pada 15 Februari 2023 mengungkapkan bahwa bagian bawah gletser telah terpahat menjadi dramatis dan bercelah sehingga membentuk formasi anak tangga yang meleleh sangat cepat.

Kedua studi tersebut dilakukan sebagai bagian dari International Thwaites Glacier Collaboration, upaya bersama Inggris dan AS untuk mengukur Doomsday Glacier. Untuk penelitian ini, para ilmuwan mengebor lubang bor sedalam 587 meter melalui bagian terapung gletser, sekitar 2 kilometer dari tempat gletser menyentuh dasar laut yang dikenal sebagai dasar gletser.





Para ilmuwan kemudian memasang instrumen sepanjang 1,5 meter di bawah bagian es untuk mengukur suhu, konsentrasi garam, kecepatan aliran air, dan laju lelehan. Para peneliti menemukan bahwa selama periode pengamatan sembilan bulan, tingkat pencairan es di bagian gletser yang relatif horizontal ini lebih lambat daripada yang diprediksi model komputer, sekitar 2 hingga 5 meter kehilangan es per tahun.

Alasan laju pencairan yang lebih lambat dari perkiraan ini adalah karena bagian bawah es dilapisi oleh lapisan air lelehan segar. “Stratifikasi ini melindungi lapisan es dan memperlambat laju pencairan, meskipun suhu lautan tetap beberapa derajat di atas titik lelehnya,” kata Craig McConnochie dari University of Canterbury, Selandia Baru, dikutip dari laman Live Science, Kamis (16/2/2023).

Lubang bor tersebut juga memungkinkan para ilmuwan untuk mengintip ke dalam dunia bawah es untuk penelitian tahap kedua. Britney Schmidt, ilmuwan Bumi dan atmosfer di Universitas Cornell, dan rekan-rekannya menggunakan lubang tersebut untuk meluncurkan robot silinder bernama Icefin di bawah lapisan es untuk menyelidiki landasan yang sulit dijangkau.



Di sana, mereka menemukan bahwa bagian bawah es tidak mulus dan horizontal, melainkan membentuk formasi tangga berundak dalam rangkaian terasering, dengan dinding vertikal setinggi 6 meter. Di sini, tim juga menemukan banyak retakan, yang dikenal sebagai ceruk, di mana pencairan terjadi dengan cepat. Pada retakan dan permukaan vertikal ini, tim menemukan tingkat pencairan es hingga 30 meter per tahun.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More