Mengenal Edelweis: Bunga Abadi, Soe Hok Gie, dan Ranca Upas
Rabu, 08 Maret 2023 - 14:33 WIB
JAKARTA - Bunga Edelweis memiliki nama ilmiah Anaphalis javanica lebih populer dikenal sebagai Edelweiss jawa (Javanese edelweiss) atau Bunga Senduro. Bunga Edelweis merupakan tumbuhan endemik zona alpina atau montana di berbagai pegunungan tinggi Nusantara.
Dalam penuturan sejarah, bunga Edelweis pertama kali ditemukan di lereng Gunung Gede, Jawa Barat. Dikutip dari laman indonesia.go.id, bunga Edelweis ditemukan ilmuwan asal Jerman bernama Caspar George Karl Reinwardt ketika berada di lereng bukit.
Kemudian pada tahun 1819, bunga Edelweis diteliti lebih lanjut oleh Carl Heinrich Schultz di sekitar gunung Semeru serta Merbabu. Bunga Edelweis hidup di ketinggian antara 1.600 hingga 3.600 meter di atas permukaan laut dan bunganya akan muncul di bulan April dan Agustus.
Persebaran bunga Edelweis, dikutip dari laman generasibiologi, terutama di Asia Tengah dan Selatan, total sebanyak 110 jenis. Sedangkan di Asia Tenggara termasuk New Guinea, hanya terdapat 6 jenis, yaitu Anaphalis javanica, Aanaphalis longifolia, Anaphalis maxima, Anaphalis viscida, Anaphalis helwigii, dan Anaphalis arfakensis.
Bunga Edelwies dikenal bunga abadi karena umurnya diperkirakan bisa mencapai lebih dari 100 tahun. Bunga Edelweis bisa abadi atau berumur panjang karena memiliki hormon etilen yang berfungsi mencegah bunganya berguguran.
Bunga Edelweis dikenal sebagai bunga endemik karena mampu tumbuh dan berkembang di tempat yang tandus. Bunga Edelweis merupakan tumbuhan perintis yang kuat dan mendiami lereng tandus akibat kebakaran, termasuk daerah terbuka seperti puncak dan kawah gunung.
“(Bunga Edelweis) Tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di hutan pegunungan dan mampu mempertahankan keberlangsungan hidupnya di atas tanah tandus,” kata Muhammad Fathoni Hamzah dalam penelitian “Studi Morfologi dan Anatomi Daun Edelweis Jawa [Anaphalis javanica] pada Beberapa Ketinggian yang Berbeda di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru” tahun 2010.
Dalam penuturan sejarah, bunga Edelweis pertama kali ditemukan di lereng Gunung Gede, Jawa Barat. Dikutip dari laman indonesia.go.id, bunga Edelweis ditemukan ilmuwan asal Jerman bernama Caspar George Karl Reinwardt ketika berada di lereng bukit.
Kemudian pada tahun 1819, bunga Edelweis diteliti lebih lanjut oleh Carl Heinrich Schultz di sekitar gunung Semeru serta Merbabu. Bunga Edelweis hidup di ketinggian antara 1.600 hingga 3.600 meter di atas permukaan laut dan bunganya akan muncul di bulan April dan Agustus.
Persebaran bunga Edelweis, dikutip dari laman generasibiologi, terutama di Asia Tengah dan Selatan, total sebanyak 110 jenis. Sedangkan di Asia Tenggara termasuk New Guinea, hanya terdapat 6 jenis, yaitu Anaphalis javanica, Aanaphalis longifolia, Anaphalis maxima, Anaphalis viscida, Anaphalis helwigii, dan Anaphalis arfakensis.
Bunga Edelwies dikenal bunga abadi karena umurnya diperkirakan bisa mencapai lebih dari 100 tahun. Bunga Edelweis bisa abadi atau berumur panjang karena memiliki hormon etilen yang berfungsi mencegah bunganya berguguran.
Bunga Edelweis dikenal sebagai bunga endemik karena mampu tumbuh dan berkembang di tempat yang tandus. Bunga Edelweis merupakan tumbuhan perintis yang kuat dan mendiami lereng tandus akibat kebakaran, termasuk daerah terbuka seperti puncak dan kawah gunung.
“(Bunga Edelweis) Tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di hutan pegunungan dan mampu mempertahankan keberlangsungan hidupnya di atas tanah tandus,” kata Muhammad Fathoni Hamzah dalam penelitian “Studi Morfologi dan Anatomi Daun Edelweis Jawa [Anaphalis javanica] pada Beberapa Ketinggian yang Berbeda di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru” tahun 2010.
tulis komentar anda