Mengenal Edelweis: Bunga Abadi, Soe Hok Gie, dan Ranca Upas
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bunga Edelweis memiliki nama ilmiah Anaphalis javanica lebih populer dikenal sebagai Edelweiss jawa (Javanese edelweiss) atau Bunga Senduro. Bunga Edelweis merupakan tumbuhan endemik zona alpina atau montana di berbagai pegunungan tinggi Nusantara.
Dalam penuturan sejarah, bunga Edelweis pertama kali ditemukan di lereng Gunung Gede, Jawa Barat. Dikutip dari laman indonesia.go.id, bunga Edelweis ditemukan ilmuwan asal Jerman bernama Caspar George Karl Reinwardt ketika berada di lereng bukit.
Kemudian pada tahun 1819, bunga Edelweis diteliti lebih lanjut oleh Carl Heinrich Schultz di sekitar gunung Semeru serta Merbabu. Bunga Edelweis hidup di ketinggian antara 1.600 hingga 3.600 meter di atas permukaan laut dan bunganya akan muncul di bulan April dan Agustus.
Persebaran bunga Edelweis, dikutip dari laman generasibiologi, terutama di Asia Tengah dan Selatan, total sebanyak 110 jenis. Sedangkan di Asia Tenggara termasuk New Guinea, hanya terdapat 6 jenis, yaitu Anaphalis javanica, Aanaphalis longifolia, Anaphalis maxima, Anaphalis viscida, Anaphalis helwigii, dan Anaphalis arfakensis.
Bunga Edelwies dikenal bunga abadi karena umurnya diperkirakan bisa mencapai lebih dari 100 tahun. Bunga Edelweis bisa abadi atau berumur panjang karena memiliki hormon etilen yang berfungsi mencegah bunganya berguguran.
Bunga Edelweis dikenal sebagai bunga endemik karena mampu tumbuh dan berkembang di tempat yang tandus. Bunga Edelweis merupakan tumbuhan perintis yang kuat dan mendiami lereng tandus akibat kebakaran, termasuk daerah terbuka seperti puncak dan kawah gunung.
“(Bunga Edelweis) Tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di hutan pegunungan dan mampu mempertahankan keberlangsungan hidupnya di atas tanah tandus,” kata Muhammad Fathoni Hamzah dalam penelitian “Studi Morfologi dan Anatomi Daun Edelweis Jawa [Anaphalis javanica] pada Beberapa Ketinggian yang Berbeda di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru” tahun 2010.
Salah satu tempat terbaik untuk melihat bunga Edelweis adalah di Tegal Alun (Gunung Papandayan), Alun-Alun Surya Kencana (Gunung Gede), Alun-Alun Mandalawangi (Gunung Pangrango), dan Plawangan Sembalun (Gunung Rinjani).
Soe Hok Gie dalam catatan hariannya yang lalu dikumpulkan dan diterbitkan oleh LP3ES menjadi buku yang berjudul Soe Hok Gie: Catatan Seorang Demontran, pernah menuliskan puisi berjudul Mandalawangi-Pangrango.
Lembah Mandalawangi terletak di Gunung Pangrango di kawasan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango, Jawa Barat yang berketinggian sekitar 2900 mdpl. Lembah yang mempunyai luas sekitar 10 ha ini ditumbuhi oleh tanaman eksotik dan endemik khas, di antaranya bunga Edelweis.
“Aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi. Aku cinta padamu Pangrango, Karena aku cinta pada keberanian hidup,” Soe Hok Gie, Djakarta 19-7-1966.
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi, bunga Edelweis [Anaphalis javanica] merupakan jenis bunga dilindungi dari kepunahan, tercantum pada nomor 797.
Kabar terbaru, bunga Edelweis Rawa di Ranca Upas, Ciwidey, Bandung, Jawa Barat, rusak oleh aktivitas komunitas motor trail pada 5 Maret 2023. Informasi ini disampaikan oleh akun Twitter @MrBekalicky89 peserta offroad melintasi area tempat tumbuh suburnya bunga Edelweis rawa yang sudah semakin langka.
“Daftar panitia trabas KLX dan Trail Celeng Ranca Upas, Ciwidey, Bandung, disponsori Perum Perhutani, guys. Kepada yang terhormat Presiden Joko Widodo, hutan Indonesia hanya butuh Lembaga Konservasi Alam. Bubarkan Perhutani, ASN/PNS balikin ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. BUMN stop jual beli rusak hutan Indonesia,” terang akun @MrBekalicky89, dikutip Rabu (8/3/2023).
Dalam penuturan sejarah, bunga Edelweis pertama kali ditemukan di lereng Gunung Gede, Jawa Barat. Dikutip dari laman indonesia.go.id, bunga Edelweis ditemukan ilmuwan asal Jerman bernama Caspar George Karl Reinwardt ketika berada di lereng bukit.
Kemudian pada tahun 1819, bunga Edelweis diteliti lebih lanjut oleh Carl Heinrich Schultz di sekitar gunung Semeru serta Merbabu. Bunga Edelweis hidup di ketinggian antara 1.600 hingga 3.600 meter di atas permukaan laut dan bunganya akan muncul di bulan April dan Agustus.
Persebaran bunga Edelweis, dikutip dari laman generasibiologi, terutama di Asia Tengah dan Selatan, total sebanyak 110 jenis. Sedangkan di Asia Tenggara termasuk New Guinea, hanya terdapat 6 jenis, yaitu Anaphalis javanica, Aanaphalis longifolia, Anaphalis maxima, Anaphalis viscida, Anaphalis helwigii, dan Anaphalis arfakensis.
Bunga Edelwies dikenal bunga abadi karena umurnya diperkirakan bisa mencapai lebih dari 100 tahun. Bunga Edelweis bisa abadi atau berumur panjang karena memiliki hormon etilen yang berfungsi mencegah bunganya berguguran.
Bunga Edelweis dikenal sebagai bunga endemik karena mampu tumbuh dan berkembang di tempat yang tandus. Bunga Edelweis merupakan tumbuhan perintis yang kuat dan mendiami lereng tandus akibat kebakaran, termasuk daerah terbuka seperti puncak dan kawah gunung.
“(Bunga Edelweis) Tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di hutan pegunungan dan mampu mempertahankan keberlangsungan hidupnya di atas tanah tandus,” kata Muhammad Fathoni Hamzah dalam penelitian “Studi Morfologi dan Anatomi Daun Edelweis Jawa [Anaphalis javanica] pada Beberapa Ketinggian yang Berbeda di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru” tahun 2010.
Salah satu tempat terbaik untuk melihat bunga Edelweis adalah di Tegal Alun (Gunung Papandayan), Alun-Alun Surya Kencana (Gunung Gede), Alun-Alun Mandalawangi (Gunung Pangrango), dan Plawangan Sembalun (Gunung Rinjani).
Soe Hok Gie dalam catatan hariannya yang lalu dikumpulkan dan diterbitkan oleh LP3ES menjadi buku yang berjudul Soe Hok Gie: Catatan Seorang Demontran, pernah menuliskan puisi berjudul Mandalawangi-Pangrango.
Lembah Mandalawangi terletak di Gunung Pangrango di kawasan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango, Jawa Barat yang berketinggian sekitar 2900 mdpl. Lembah yang mempunyai luas sekitar 10 ha ini ditumbuhi oleh tanaman eksotik dan endemik khas, di antaranya bunga Edelweis.
“Aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi. Aku cinta padamu Pangrango, Karena aku cinta pada keberanian hidup,” Soe Hok Gie, Djakarta 19-7-1966.
Baca Juga
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi, bunga Edelweis [Anaphalis javanica] merupakan jenis bunga dilindungi dari kepunahan, tercantum pada nomor 797.
Kabar terbaru, bunga Edelweis Rawa di Ranca Upas, Ciwidey, Bandung, Jawa Barat, rusak oleh aktivitas komunitas motor trail pada 5 Maret 2023. Informasi ini disampaikan oleh akun Twitter @MrBekalicky89 peserta offroad melintasi area tempat tumbuh suburnya bunga Edelweis rawa yang sudah semakin langka.
“Daftar panitia trabas KLX dan Trail Celeng Ranca Upas, Ciwidey, Bandung, disponsori Perum Perhutani, guys. Kepada yang terhormat Presiden Joko Widodo, hutan Indonesia hanya butuh Lembaga Konservasi Alam. Bubarkan Perhutani, ASN/PNS balikin ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. BUMN stop jual beli rusak hutan Indonesia,” terang akun @MrBekalicky89, dikutip Rabu (8/3/2023).
(wib)