Mengungkap Proyek Thor, Senjata Rahasia Mematikan AS dari Luar Angkasa
Minggu, 20 Agustus 2023 - 10:44 WIB
Dibandingkan bahan peledak konvensional, Lazy Dog lebih ringan, dapat digunakan dalam jumlah besar, dan jauh lebih murah. Probabilitas Lazy Dog meledak dijatuhkan juga lebih tinggi ketimbang bom tandan sehingga meminimalisir risiko bagi warga sipil.
Pemikiran di balik Proyek Thor dengan menggunakan bom berbasis energi kinetik bermula dari ide ilmuwan Boeing Jerry Pournelle pada 1957. Dia mengambil konsep Lazy Dog dan membuatnya jauh lebih besar.
Riset awal senjata kinetik hipersonik
Dalam perhitungan awal, batang tungsten yang dijatuhkan dari luar angkasa harus sepanjang 20 kaki dan berdiameter satu kaki. Sehingga saat dijatuhkan dari orbit, batang seberat 24.000 pon itu akan mencapai kecepatan hipersonik mendekati Mach 10 sebelum tumbukan dengan target sasaran. Daya rusak peledak berjuluk Tongkat Tuhan ini diharapkan lebih masif dari bom Lazy Dog yang sekadar menghancurkan kendaraan lapis baja ringan atau menembus bangunan.
Ekspektasinya, ledakan bom Tongkat Tuhan mampu menembus bungker yang berlokasi jauh di dalam tanah.
Kelebihan lain dari bom ini adalah tidak menimbulkan dampak berbahaya bagi lingkungan dan manusia di sekitar, seperti bom atom .
Ironisnya, meskipun sederhana, batang tungsten ini harganya akan sangat mahal, karena bobotnya berat. NASA memperkirakan, biayanya sekitar USD10.000 atau Rp152 juta untuk menempatkan satu pon tungsten ke orbit. Artinya, biaya totalnya sekitar USD240 juta atau Rp3,7 triliun untuk mendapatkan satu batang ke luar angkasa. Di tahun 1960-an, dengan teknologi roket saat itu, harganya bisa lebih mahal.
Seperti senjata Perang Dingin lainnya, konsep Tongkat Tuhan tidak pernah mencapai hasil, tetapi tidak sepenuhnya sia-sia. Setelah 9/11, ketika pasukan Amerika memburu Al Qaeda di pegunungan Afghanistan, konsep senjata hipersonik penghancur bunker hipersonik dipakai.
Konsep senjata yang tidak akan usang
Pemikiran di balik Proyek Thor dengan menggunakan bom berbasis energi kinetik bermula dari ide ilmuwan Boeing Jerry Pournelle pada 1957. Dia mengambil konsep Lazy Dog dan membuatnya jauh lebih besar.
Riset awal senjata kinetik hipersonik
Dalam perhitungan awal, batang tungsten yang dijatuhkan dari luar angkasa harus sepanjang 20 kaki dan berdiameter satu kaki. Sehingga saat dijatuhkan dari orbit, batang seberat 24.000 pon itu akan mencapai kecepatan hipersonik mendekati Mach 10 sebelum tumbukan dengan target sasaran. Daya rusak peledak berjuluk Tongkat Tuhan ini diharapkan lebih masif dari bom Lazy Dog yang sekadar menghancurkan kendaraan lapis baja ringan atau menembus bangunan.
Ekspektasinya, ledakan bom Tongkat Tuhan mampu menembus bungker yang berlokasi jauh di dalam tanah.
Kelebihan lain dari bom ini adalah tidak menimbulkan dampak berbahaya bagi lingkungan dan manusia di sekitar, seperti bom atom .
Ironisnya, meskipun sederhana, batang tungsten ini harganya akan sangat mahal, karena bobotnya berat. NASA memperkirakan, biayanya sekitar USD10.000 atau Rp152 juta untuk menempatkan satu pon tungsten ke orbit. Artinya, biaya totalnya sekitar USD240 juta atau Rp3,7 triliun untuk mendapatkan satu batang ke luar angkasa. Di tahun 1960-an, dengan teknologi roket saat itu, harganya bisa lebih mahal.
Seperti senjata Perang Dingin lainnya, konsep Tongkat Tuhan tidak pernah mencapai hasil, tetapi tidak sepenuhnya sia-sia. Setelah 9/11, ketika pasukan Amerika memburu Al Qaeda di pegunungan Afghanistan, konsep senjata hipersonik penghancur bunker hipersonik dipakai.
Konsep senjata yang tidak akan usang
tulis komentar anda