10 Fenomena Aneh di Langit, Ada Penampakan Pusaran Cahaya

Jum'at, 08 September 2023 - 18:05 WIB


Garis cahaya merah terang muncul di langit di atas sebagian Skandinavia setelah badai matahari dahsyat menghantam Bumi. Namun pita merah terang itu bukanlah aurora, melainkan sesuatu yang jauh lebih langka.

Fenomena yang tidak biasa ini dikenal sebagai stable aurora red arc (SAR). Namun terlepas dari namanya, fenomena ini bukanlah aurora. Tidak seperti aurora, yang muncul ketika radiasi matahari mengeksitasi molekul gas di bagian atas atmosfer, SAR terbentuk ketika gas di atmosfer menjadi sangat panas oleh sistem arus cincin bumi, sebuah lingkaran arus listrik besar yang mengelilingi Bumi. Kedua fenomena ini menjadi lebih mungkin terjadi setelah badai matahari melemahkan magnetosfer Bumi.

6. Awan pelangi



Awan warna-warni ini terlihat bersinar di langit malam di atas Kutub Utara. Awan yang dikenal sebagai awan stratosfer kutub (PSC), hanya terbentuk di stratosfer, lapisan kedua atmosfer, pada suhu di bawah minus 114 derajat Fahrenheit (minus 81 derajat Celsius).

Biasanya, stratosfer terlalu kering untuk membentuk awan, namun pada suhu yang sangat rendah, molekul air yang tersebar luas mulai menyatu menjadi kristal es kecil yang menjadi awan.

Saat sinar matahari menyinari awan kristal ini, ia tersebar, menciptakan berbagai panjang gelombang cahaya berbeda, yang memberi warna pelangi pada awan. Karena ketinggian awan yang ekstrem, sinar matahari dapat mengenai kristal dan menyebar di atas pengamat meskipun matahari berada di luar cakrawala, saat itulah awan tampak paling terang.

7. Garis laser hijau terang



Gambar ini ditangkap oleh teleskop di puncak tertinggi Hawaii, Mauna Kea, menunjukkan garis laser hijau terang berkedip di langit malam. Garis-garis yang muncul satu demi satu hanya bertahan sekitar satu detik, mirip garis kode komputer di film Matrix.

Garis tersebut ternyata berasal dari laser yang ditembakkan dari satelit ICESat-2 milik NASA, yang mengukur jumlah es di kriosfer bumi. Yaitu, bagian bumi yang tertutup oleh curah hujan padat, termasuk salju, es laut, es danau dan sungai, gunung es, gletser, lapisan es dan rak es.

8. Cahaya aneh mirip aurora



Cahaya aneh mirip aurora ini akibat peningkatan kecepatan emisi termal yang kuat atau strong thermal emission velocity enhancement (STEVE). Fenomena ini muncul di langit beberapa negara bagian Amerika Serikat setelah badai matahari besar pada awal 2023.

STEVE adalah fenomena langka yang menciptakan pita cahaya padat yang menggantung di udara hingga satu jam. Pita tersebut tercipta oleh aliran plasma panas, atau gas terionisasi, yang menerobos magnetosfer bumi yang melemah selama badai matahari. Aliran plasma seragam dan konstan, artinya gas yang sama tetap tereksitasi dan terus menerus mengeluarkan cahaya yang sama.

STEVE dapat terjadi jauh dari kutub bumi dibandingkan dengan aurora yang cenderung muncul, meskipun para ilmuwan masih belum yakin penyebabnya.



9. Cincin pelangi yang bersinar



Fenomena cincin pelangi muncul di Finlandia. Cincin warna-warni di langit ini dikenal sebagai korona serbuk sari, terbentuk ketika sinar matahari menghamburkan ribuan butir serbuk sari di udara. Hal ini menciptakan pola difraksi, di mana panjang gelombang cahaya individual saling meniadakan dan hanya memungkinkan warna tertentu terlihat.

Serbuk sari pada gambar berasal dari pohon pinus (Pinus sylvestris), yang memiliki kantung udara yang membantunya mengapung (sekaligus membuatnya terlihat seperti telinga Mickey Mouse).

Korona serbuk sari hanya muncul ketika konsentrasi serbuk sari sangat tinggi dan hanya dapat terlihat jelas ketika matahari atau bulan purnama tertutup sebagian.

10. Langit berdarah



Seberkas cahaya merah darah muncul di langit di atas Arizona setelah salah satu roket Falcon 9 milik SpaceX membuat lubang di ionosfer bumi.

Lubang ionosfer tercipta ketika roket tahap kedua membakar bahan bakar antara 200 dan 300 km di atas permukaan bumi. Pada ketinggian ini, karbon dioksida dan uap air dari knalpot roket menyebabkan atom oksigen terionisasi bergabung kembali atau terbentuk kembali menjadi molekul oksigen diatomik, sehingga menciptakan celah dalam plasma. Hal ini menyebabkannya memancarkan energi dalam bentuk cahaya.

Lubang-lubang tersebut tidak menimbulkan ancaman bagi manusia dan akan menutup secara alami beberapa jam setelah gas-gas yang terkombinasi kembali terionisasi.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More