Perusahaan China Incar Warga Negara Lain untuk Uji Vaksin Corona
Minggu, 02 Agustus 2020 - 09:42 WIB
BEIJING - Perusahaan-perusahaan China berada di garis depan upaya global untuk membuat vaksin virus Corona , dengan lebih dari setengah lusin kandidat dalam pengembangan klinis. (Baca juga: Vaksin Covid-19 Asal Korsel Siap Diuji Klinis di RI pada September )
Pekan lalu, CanSino Biologics yang berbasis di Tianjin menerbitkan hasil dari uji klinis tahap awal yang menunjukkan vaksinnya aman. Terpenting, vaksin dapat memicu respons kekebalan.
Namun perusahaan menghadapi kesulitan karena mereka mencoba untuk mendorong vaksin melalui uji coba fase III, tahap penting dari pengujian yang diperlukan demi membuktikan kemanjuran dan mendapatkan persetujuan dari regulator. Uji coba ini biasanya membutuhkan puluhan ribu peserta, dan dengan wabah di China yang sebagian besar terkendali, perusahaan harus menguji vaksin mereka di tempat atau negara lain.
Tetapi para peneliti, mengatakan, mereka mungkin masih berjuang untuk mendaftarkan begitu banyak peserta. Ditambah mempekerjakan tenaga medis yang cukup untuk mengumpulkan data.
"Perusahaan-perusahaan China harus keluar dari China," kata Jerome Kim, Direktur Jenderal Institut Vaksin Internasional di Seoul, Korea Selatan.
"Perlombaan telah dimulai dan ini benar-benar tentang siapa yang dapat mengatur paling cepat di daerah berisiko tinggi," ujarnya.
Pembuat vaksin China juga akan menghadapi tantangan lain. Vaksin mungkin akan menghadapi pengawasan ekstra, mengingat sistem peraturan negara yang tidak jelas dan skandal vaksin sebelumnya, kata para ilmuwan. Pada 2018, ratusan ribu anak dilaporkan menerima vaksin diptheria, tetanus, dan batuk rejan yang rusak.
Cepat Bertindak
Ketika negara tempat wabah virus Corona dimulai, China dengan cepat keluar dari gerbang dalam mengembangkan vaksin. Penawaran CanSino terbuat dari virus flu biasa, yang di-tweak untuk meniru virus Corona.
Pekan lalu, CanSino Biologics yang berbasis di Tianjin menerbitkan hasil dari uji klinis tahap awal yang menunjukkan vaksinnya aman. Terpenting, vaksin dapat memicu respons kekebalan.
Namun perusahaan menghadapi kesulitan karena mereka mencoba untuk mendorong vaksin melalui uji coba fase III, tahap penting dari pengujian yang diperlukan demi membuktikan kemanjuran dan mendapatkan persetujuan dari regulator. Uji coba ini biasanya membutuhkan puluhan ribu peserta, dan dengan wabah di China yang sebagian besar terkendali, perusahaan harus menguji vaksin mereka di tempat atau negara lain.
Tetapi para peneliti, mengatakan, mereka mungkin masih berjuang untuk mendaftarkan begitu banyak peserta. Ditambah mempekerjakan tenaga medis yang cukup untuk mengumpulkan data.
"Perusahaan-perusahaan China harus keluar dari China," kata Jerome Kim, Direktur Jenderal Institut Vaksin Internasional di Seoul, Korea Selatan.
"Perlombaan telah dimulai dan ini benar-benar tentang siapa yang dapat mengatur paling cepat di daerah berisiko tinggi," ujarnya.
Pembuat vaksin China juga akan menghadapi tantangan lain. Vaksin mungkin akan menghadapi pengawasan ekstra, mengingat sistem peraturan negara yang tidak jelas dan skandal vaksin sebelumnya, kata para ilmuwan. Pada 2018, ratusan ribu anak dilaporkan menerima vaksin diptheria, tetanus, dan batuk rejan yang rusak.
Cepat Bertindak
Ketika negara tempat wabah virus Corona dimulai, China dengan cepat keluar dari gerbang dalam mengembangkan vaksin. Penawaran CanSino terbuat dari virus flu biasa, yang di-tweak untuk meniru virus Corona.
tulis komentar anda