Berapa Lama Jenazah Membusuk hingga Menjadi Tulang? Ini Penjelasannya Menurut Sains

Kamis, 12 Oktober 2023 - 22:00 WIB
Saat seseorang meninggal, tubuh mulai terurai karena sel-sel mati dan bakteri menyerang. (Foto: Live Science)
JAKARTA - Berapa lama jenazah manusia membusuk setelah meninggal dunia penting dipahami karena berkaitan dengan proses pemakaman serta hal lain.

Saat seseorang meninggal, tubuh mulai terurai karena sel-sel mati dan bakteri menyerang. Proses dekomposisi atau pembusukan dimulai dalam hitungan menit setelah kematian. Lantaran itu, mempercepat proses pemakaman sangat dianjurkan.

Menurut artikel ilmiah berjudul The Cell: A Molecular Approach (Sinauer Associates, 2000), proses dekomposisi mulai terjadi saat aliran darah teroksigenasi berhenti. Saat itu sel-sel mati melepaskan enzim terutama dari lisosom, yang mengandung enzim pencernaan, yang mengurai sel-sel itu sendiri, serta karbohidrat dan protein.



Tubuh Membengkak

Dekomposisi materi organik tanpa oksigen oleh bakteri, fungi, atau organisme lainnya, dapat membuat sebagian kulit tubuh menjadi hijau sekitar 18 jam setelah kematian. Kondisi ini terjadi bersamaan dengan perkembangan cepat bakteri di dalam perut, menciptakan gas yang menyebabkan tubuh membengkak dan berbau busuk.

Proses ini berlangsung lebih cepat ketika tubuh berada dalam lingkungan panas. Hal inilah yang menjelaskan mengapa jenazah sering disimpan di lemari pendingin hingga waktunya untuk dikubur. Selama tahap pembengkakan, kulit bisa terkelupas. Pembuluh darah kehijauan-hitam bisa terlihat melalui kulit dalam waktu sekitar 24 hingga 48 jam setelah kematian.



Pada akhirnya, pembengkakan kolaps, dan dalam proses yang dikenal sebagai putrefaksi hitam, organ dan jaringan tubuh melembut, dan makhluk hidup seperti serangga dan mikroba memakan jaringan lunak yang tersisa, meninggalkan sisa-sisa kerangka.

Dikutip dari Live Science, Kamis (12/10/2023), untuk memperlambat pembusukan, darah dan cairan lain dari jasad dapat dikeluarkan dan diganti dengan cairan pengawet yang disuntikkan ke dalam pembuluh darah. Bahan kimia ini, yang berfungsi sebagai pengawet, menghentikan aktivitas bakteri yang mengurai tubuh. Meskipun embalming adalah praktik umum, beberapa agama melarangnya.

"Jika mereka diawetkan, itu bisa benar-benar mengubah segalanya," kata Daniel Wescott, Direktur Pusat Antropologi Forensik di Universitas Texas State.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More