Sosok Meret-Neith Mulai Terungkap, Punya Otoritas Melebihi Raja Mesir Kuno
Kamis, 19 Oktober 2023 - 06:58 WIB
Namun apa yang sebenarnya terjadi masih menjadi misteri, kata Christiana Kohler, seorang arkeolog dan profesor Egyptology di Universitas Wina di Austria yang memimpin penggalian di Abydos. “Memang ada banyak perdebatan di kalangan ahli Mesir Kuno karena bukti yang ada tidak sepenuhnya meyakinkan,” kata Kohler kepada Live Science.
Beberapa ahli percaya Meret-Neith memiliki kekuasaan yang sama dengan yang diberikan kepada raja laki-laki, berdasarkan daftar penguasa yang ditemukan sebelumnya dan petunjuk lainnya. “Tidak ada ratu lain pada periode awal dinasti yang memiliki begitu banyak hak istimewa kerajaan,” tulis Jean-Pierre Patznick, seorang Egyptologist di Universitas Sorbonne di Prancis.
Peneliti lain tidak begitu yakin dengan otoritas Meret-Neith, dengan alasan bahwa wanita jarang memerintah di Mesir kuno, terutama pada masa awal Mesir. “Istri dan anak perempuan biasanya tidak dipertimbangkan dalam suksesi kerajaan,” kata Margaret Maitland, kurator utama koleksi Mediterania kuno di Museum Nasional Skotlandia.
Elizabeth Carney, seorang profesor emerita sejarah di Clemson University di South Carolina, setuju. “Akan sangat mengejutkan jika Anda memiliki raja perempuan sejak dinasti pertama,” katanya.
Namun, Leprohon punya argumen menarik bahwa posisi Meret-Neith di pemerintahan Mesir kuno 5.000 tahun yang lalu, namun tidak dianggap sebagai “firaun” atau raja. Sebab, istilah firaun yang berarti “rumah besar” dalam bahasa Mesir kuno, kemungkinan besar baru digunakan beberapa waktu kemudian.
Dia merujuk pada raja-raja dari dinasti ke-18 (sekitar tahun 1550 hingga 1295 SM) dan seterusnya. “Salah satu rekan peneliti kami juga menduga Hatshepsut pertama kali menggunakan istilah Istana Besar (firaun) untuk merujuk pada raja karena netral gender,” kata Leprohon.
Beberapa ahli percaya Meret-Neith memiliki kekuasaan yang sama dengan yang diberikan kepada raja laki-laki, berdasarkan daftar penguasa yang ditemukan sebelumnya dan petunjuk lainnya. “Tidak ada ratu lain pada periode awal dinasti yang memiliki begitu banyak hak istimewa kerajaan,” tulis Jean-Pierre Patznick, seorang Egyptologist di Universitas Sorbonne di Prancis.
Peneliti lain tidak begitu yakin dengan otoritas Meret-Neith, dengan alasan bahwa wanita jarang memerintah di Mesir kuno, terutama pada masa awal Mesir. “Istri dan anak perempuan biasanya tidak dipertimbangkan dalam suksesi kerajaan,” kata Margaret Maitland, kurator utama koleksi Mediterania kuno di Museum Nasional Skotlandia.
Elizabeth Carney, seorang profesor emerita sejarah di Clemson University di South Carolina, setuju. “Akan sangat mengejutkan jika Anda memiliki raja perempuan sejak dinasti pertama,” katanya.
Namun, Leprohon punya argumen menarik bahwa posisi Meret-Neith di pemerintahan Mesir kuno 5.000 tahun yang lalu, namun tidak dianggap sebagai “firaun” atau raja. Sebab, istilah firaun yang berarti “rumah besar” dalam bahasa Mesir kuno, kemungkinan besar baru digunakan beberapa waktu kemudian.
Dia merujuk pada raja-raja dari dinasti ke-18 (sekitar tahun 1550 hingga 1295 SM) dan seterusnya. “Salah satu rekan peneliti kami juga menduga Hatshepsut pertama kali menggunakan istilah Istana Besar (firaun) untuk merujuk pada raja karena netral gender,” kata Leprohon.
(wib)
tulis komentar anda