Diyakini Tanah Suci, Eliat Jadi Area Paling Berbahaya dalam Perang Israel - Palestina
Rabu, 08 November 2023 - 08:38 WIB
GAZA - Umm al-Rashrash , atau yang disebut 'Eliat', sebuah kota yang terletak di pesisir Teluk Aqaba di Laut Merah, berada dalam situasi yang mengerikan setelah menjadi tujuan para penyintas dan pengungsi ilegal dari Jalur Gaza. dan pemukiman Palestina di utara.
Dengan lebih dari 60.000 pemukim mencari perlindungan sejak Operasi Badai Al-Aqsa dimulai, kota ini menghadapi tantangan yang tidak terduga.
Sebelumnya mengandalkan sistem Iron Dome untuk perlindungan, yang hanya diperlengkapi untuk menangani rudal jarak pendek dan peluru artileri, ‘Eilat’ dengan cepat menyadari kerentanannya ketika menghadapi drone, rudal bersayap, dan rudal balistik.
Kota ini tidak mengantisipasi menjadi sasaran langsung kelompok sayap kanan dan perlawanan Irak. Diasumsikan bahwa kapal perang Amerika akan memberikan perlindungan yang memadai. Namun, kedatangan gelombang pertama drone dan rudal menghancurkan keyakinan tersebut, membuat kota tersebut terekspos dan membutuhkan sistem pertahanan udara tambahan.
Kurangnya langkah-langkah pertahanan dan benteng pertahanan semakin menambah ancaman yang dihadapi pemukim ilegal di Eilat.
Tanpa adanya tempat perlindungan untuk melindungi mereka, setiap misil atau intrusi menimbulkan bahaya besar bagi kehidupan mereka. Kerentanan kota ini diperparah dengan mudahnya infiltrasi melalui pantai-pantainya.
Situasi ini diperparah dengan transformasi sebagian besar pangkalan militer, yang terletak di pintu masuk selatan jalan pesisir, menjadi pusat hiburan. Keputusan yang diambil pada tahun 2021 ini mengurangi kemampuan kota untuk bertahan dari potensi serangan.
Untuk mengatasi permasalahan mendesak ini, entitas Zionis telah mengerahkan kapal militer di Laut Merah dan menempatkan korvet kelas SAR untuk melakukan patroli di dekat pelabuhan Eilat. Berbagai upaya sedang dilakukan untuk menghadirkan berbagai sistem pertahanan, namun frekuensi serangan membuat kota ini berada dalam bahaya terus-menerus.
Dengan lebih dari 60.000 pemukim mencari perlindungan sejak Operasi Badai Al-Aqsa dimulai, kota ini menghadapi tantangan yang tidak terduga.
Sebelumnya mengandalkan sistem Iron Dome untuk perlindungan, yang hanya diperlengkapi untuk menangani rudal jarak pendek dan peluru artileri, ‘Eilat’ dengan cepat menyadari kerentanannya ketika menghadapi drone, rudal bersayap, dan rudal balistik.
Kota ini tidak mengantisipasi menjadi sasaran langsung kelompok sayap kanan dan perlawanan Irak. Diasumsikan bahwa kapal perang Amerika akan memberikan perlindungan yang memadai. Namun, kedatangan gelombang pertama drone dan rudal menghancurkan keyakinan tersebut, membuat kota tersebut terekspos dan membutuhkan sistem pertahanan udara tambahan.
Kurangnya langkah-langkah pertahanan dan benteng pertahanan semakin menambah ancaman yang dihadapi pemukim ilegal di Eilat.
Tanpa adanya tempat perlindungan untuk melindungi mereka, setiap misil atau intrusi menimbulkan bahaya besar bagi kehidupan mereka. Kerentanan kota ini diperparah dengan mudahnya infiltrasi melalui pantai-pantainya.
Situasi ini diperparah dengan transformasi sebagian besar pangkalan militer, yang terletak di pintu masuk selatan jalan pesisir, menjadi pusat hiburan. Keputusan yang diambil pada tahun 2021 ini mengurangi kemampuan kota untuk bertahan dari potensi serangan.
Untuk mengatasi permasalahan mendesak ini, entitas Zionis telah mengerahkan kapal militer di Laut Merah dan menempatkan korvet kelas SAR untuk melakukan patroli di dekat pelabuhan Eilat. Berbagai upaya sedang dilakukan untuk menghadirkan berbagai sistem pertahanan, namun frekuensi serangan membuat kota ini berada dalam bahaya terus-menerus.
tulis komentar anda