Zimbabwe Izinkan Membunuh Gajah selain karena Populasi, Ini Alasan Utamanya
Minggu, 15 September 2024 - 11:16 WIB
HARARE - Pemerintah Zimbabwe baru-baru ini memutuskan untuk memusnahkan 200 ekor gajah sebagai bagian dari upaya untuk mengelola populasi hewan di tengah kekeringan parah yang melanda negara tersebut.
Keputusan ini diambil setelah menteri lingkungan hidup Zimbabwe, Sithembiso Nyoni, mengungkapkan bahwa populasi gajah saat ini melebihi kapasitas yang dapat didukung oleh lingkungan.
Zimbabwe, yang dikenal sebagai rumah bagi hampir 100.000 gajah Afrika, mengalami kekeringan yang sangat parah, sebagian besar disebabkan oleh fenomena El Nino. Kekeringan ini telah mengakibatkan kematian puluhan gajah di Taman Nasional Hwange, yang merupakan cagar alam terbesar di negara itu, serta gagal panen yang menyebabkan krisis pangan.
Pemusnahan gajah ini bertujuan untuk mengurangi tekanan pada sumber daya seperti air dan juga diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kerawanan pangan dengan memanfaatkan daging gajah untuk komunitas yang membutuhkan.
Pemerintah Namibia, yang juga mengalami kekeringan, telah melakukan tindakan serupa dengan memusnahkan hewan dan mengolah dagingnya sebagai solusi untuk krisis pangan.
Namun, keputusan ini memicu kontroversi dan kritik dari berbagai pihak. Beberapa konservasionis khawatir bahwa tindakan ini dapat memberikan pesan negatif mengenai konservasi hewan, terutama karena gajah dilindungi oleh konvensi internasional seperti CITES.
Di sisi lain, beberapa ahli lingkungan dan konservasi, seperti Christ Brown dari Kamar Lingkungan Hidup Namibia, berpendapat bahwa jika populasi gajah tidak dikelola dengan baik, mereka dapat merusak ekosistem dan mengancam spesies lain yang kurang ikonik.
Ini adalah langkah yang sangat sulit dan kontroversial, menunjukkan betapa kompleksnya tantangan yang dihadapi oleh negara-negara yang berjuang dengan dampak perubahan iklim dan kekeringan ekstrem.
Keputusan ini diambil setelah menteri lingkungan hidup Zimbabwe, Sithembiso Nyoni, mengungkapkan bahwa populasi gajah saat ini melebihi kapasitas yang dapat didukung oleh lingkungan.
Zimbabwe, yang dikenal sebagai rumah bagi hampir 100.000 gajah Afrika, mengalami kekeringan yang sangat parah, sebagian besar disebabkan oleh fenomena El Nino. Kekeringan ini telah mengakibatkan kematian puluhan gajah di Taman Nasional Hwange, yang merupakan cagar alam terbesar di negara itu, serta gagal panen yang menyebabkan krisis pangan.
Pemusnahan gajah ini bertujuan untuk mengurangi tekanan pada sumber daya seperti air dan juga diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kerawanan pangan dengan memanfaatkan daging gajah untuk komunitas yang membutuhkan.
Pemerintah Namibia, yang juga mengalami kekeringan, telah melakukan tindakan serupa dengan memusnahkan hewan dan mengolah dagingnya sebagai solusi untuk krisis pangan.
Namun, keputusan ini memicu kontroversi dan kritik dari berbagai pihak. Beberapa konservasionis khawatir bahwa tindakan ini dapat memberikan pesan negatif mengenai konservasi hewan, terutama karena gajah dilindungi oleh konvensi internasional seperti CITES.
Di sisi lain, beberapa ahli lingkungan dan konservasi, seperti Christ Brown dari Kamar Lingkungan Hidup Namibia, berpendapat bahwa jika populasi gajah tidak dikelola dengan baik, mereka dapat merusak ekosistem dan mengancam spesies lain yang kurang ikonik.
Ini adalah langkah yang sangat sulit dan kontroversial, menunjukkan betapa kompleksnya tantangan yang dihadapi oleh negara-negara yang berjuang dengan dampak perubahan iklim dan kekeringan ekstrem.
(wbs)
tulis komentar anda