Hasil Analisis Hydroxychloroquine dan Azitromisin untuk Pasien Covid-19
Sabtu, 05 September 2020 - 13:15 WIB
SEBUAH meta analisis baru dari hasil penelitian obat hydroxychloroquine menunjukkan bahwa tidak menurunkan angka kematian pada pasien Covid-19. Penggunaan kombinasi hydroxychloroquine dengan antibiotik azitromisin yang dikaitkan dengan peningkatan mortalitas 27% juga tidak menurunkan jumlah pasien Covid-19.
Thibault Fiolet, Pusat Penelitian Epidemiologi dan Populasi Kesehatan, INSERM, Institut Gustave Roussy dan Universitas Paris-Sud 11 / Universitas Paris-Saclay, Paris, Prancis, tidak merekomendasikan penggunaan hydroxychloroquine. Data mereka mendukung Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat (NIH) yang juga tidak merekomendasikan penggunaan hydroxychloroquine saja ataupun dikombinasikan dengan azitromisin untuk pasien Covid-19. (Baca: Usai Diperika oleh Dewan Pengawas KPK, Firli Bahuri Memilih Bungkam)
Hydroxychloroquine adalah metabolit klorokuin yang kurang toksik dan digunakan untuk mengobati penyakit rematik seperti lupus eritematosus sistemik (SLE), artritis reumatoid (RA), artritis idiopatik remaja (JIA), dan sindrom Sjogren. Klorokuin biasanya digunakan untuk mencegah dan mengobati malaria.
Hydroxychloroquine secara khusus telah menerima liputan media yang luas sejak merebaknya pandemi SARS-CoV-2 sebagai pengobatan potensial untuk Covid-19. Azitromisin digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi bakteri, tetapi juga telah dipromosikan sebagai pengobatan potensial untuk Covid-19 karena dugaan sifat antivirus atau antiinflamasi.
Dalam analisis baru ini, para peneliti menilai klorokuin atau hidroksikloroquin dengan atau tanpa antibiotik azitromisin. Peneliti menemukan 29 artikel yang memenuhi kriteria mereka, kecuali satu hal yang dilakukan pada pasien rawat inap dan mengevaluasi efek hidroksikloroquin dengan atau tanpa azitromisin.
Di antara 29 artikel, 3 artikel uji coba terkontrol secara acak, 1 artikel uji coba non-acak dan 25 lainnya adalah penelitian observasi. Penelitian itu termasuk 11 dengan risiko bias 'kritis' dan 14 dengan risiko bias 'serius atau sedang’. (Baca juga: Memanas, Rusia Bakal Gelar Latihan di laut Mediterania)
Para peneliti melakukan meta analisis pada pasien Covid-19 dengan tiga metode berbeda. Pertama adalah 11.932 pasien dalam kelompok hydroxychloroquine dan 8.081 pada kelompok hydroxychloroquine dengan azitromisin. Terakhir adalah 12.930 pasien pada kelompok yang tidak menerima obat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hydroxychloroquine tidak terkait dengan kematian. Ini terlihat dari seluruh rangkaian uji coba gabungan atau dalam analisis terpisah dari uji coba terkontrol secara acak atau observasi.
Risiko relatif kematian untuk penggunaan hydroxychloroquine adalah 17% lebih rendah daripada kontrol untuk semua penelitian gabungan, tetapi 9% lebih tinggi dalam uji coba terkontrol secara acak. Dalam kedua kasus tersebut, hasil ini tidak signifikan secara statistik.
Thibault Fiolet, Pusat Penelitian Epidemiologi dan Populasi Kesehatan, INSERM, Institut Gustave Roussy dan Universitas Paris-Sud 11 / Universitas Paris-Saclay, Paris, Prancis, tidak merekomendasikan penggunaan hydroxychloroquine. Data mereka mendukung Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat (NIH) yang juga tidak merekomendasikan penggunaan hydroxychloroquine saja ataupun dikombinasikan dengan azitromisin untuk pasien Covid-19. (Baca: Usai Diperika oleh Dewan Pengawas KPK, Firli Bahuri Memilih Bungkam)
Hydroxychloroquine adalah metabolit klorokuin yang kurang toksik dan digunakan untuk mengobati penyakit rematik seperti lupus eritematosus sistemik (SLE), artritis reumatoid (RA), artritis idiopatik remaja (JIA), dan sindrom Sjogren. Klorokuin biasanya digunakan untuk mencegah dan mengobati malaria.
Hydroxychloroquine secara khusus telah menerima liputan media yang luas sejak merebaknya pandemi SARS-CoV-2 sebagai pengobatan potensial untuk Covid-19. Azitromisin digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi bakteri, tetapi juga telah dipromosikan sebagai pengobatan potensial untuk Covid-19 karena dugaan sifat antivirus atau antiinflamasi.
Dalam analisis baru ini, para peneliti menilai klorokuin atau hidroksikloroquin dengan atau tanpa antibiotik azitromisin. Peneliti menemukan 29 artikel yang memenuhi kriteria mereka, kecuali satu hal yang dilakukan pada pasien rawat inap dan mengevaluasi efek hidroksikloroquin dengan atau tanpa azitromisin.
Di antara 29 artikel, 3 artikel uji coba terkontrol secara acak, 1 artikel uji coba non-acak dan 25 lainnya adalah penelitian observasi. Penelitian itu termasuk 11 dengan risiko bias 'kritis' dan 14 dengan risiko bias 'serius atau sedang’. (Baca juga: Memanas, Rusia Bakal Gelar Latihan di laut Mediterania)
Para peneliti melakukan meta analisis pada pasien Covid-19 dengan tiga metode berbeda. Pertama adalah 11.932 pasien dalam kelompok hydroxychloroquine dan 8.081 pada kelompok hydroxychloroquine dengan azitromisin. Terakhir adalah 12.930 pasien pada kelompok yang tidak menerima obat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hydroxychloroquine tidak terkait dengan kematian. Ini terlihat dari seluruh rangkaian uji coba gabungan atau dalam analisis terpisah dari uji coba terkontrol secara acak atau observasi.
Risiko relatif kematian untuk penggunaan hydroxychloroquine adalah 17% lebih rendah daripada kontrol untuk semua penelitian gabungan, tetapi 9% lebih tinggi dalam uji coba terkontrol secara acak. Dalam kedua kasus tersebut, hasil ini tidak signifikan secara statistik.
tulis komentar anda