Sampai di Mars, Manusia Bisa Bernafas dengan Alat Ini
Selasa, 01 Desember 2020 - 09:28 WIB
AMERIKA - Jika manusia akan mengunjungi Mars , mereka butuh membuat beberapa sumber daya penting saat berada di sana. Selain oksigen untuk bertahan cukup lama dan menjelajah, juga mengisi kembali untuk perjalanan pulang yang panjang.
Studi baru yang dipimpin oleh Pralay Gayen di Universitas Washington di St. Louis, Missouri telah menguji MOXIE dengan sumber daya local Mars. Yakni, air garam perklorat yang diyakini ada di tanah Mars di beberapa lokasi.
Alat tersebut dapat memisahkan air dalam air garam tersebut, menghasilkan oksigen dan hidrogen murni.
Garam perklorat (ClO4), memang banyak dijumpai di Mars. Garam-garam ini memiliki afinitas terhadap molekul air dan dapat mengumpulkan uap air seiring waktu, berubah menjadi air garam dengan suhu beku yang sangat rendah.
Ilmuwan meyakini ada jumlah yang cukup besar air asin di bawah permukaan wilayah kutub utara Mars, dan jumlah yang lebih kecil yang kadang-kadang muncul di lereng perbukitan Mars.
Untuk menguji apakah manusia dapat memanfaatkan sumber daya ini, para peneliti membangun perangkat elektrolisis yang mereka jalankan dalam kondisi mirip Mars. Mereka menggunakan katoda platina-karbon standar dan anoda timbal-rutenium-oksigen khusus yang dikembangkan para peneliti sebelumnya.
Ilmuwan mencampur konsentrasi magnesium perklorat air garam dan mengisinya di wadah itu dengan CO2 murni dengan atmosfer mirip Mars. Semuanya disimpan pada -36 derajat celcius. Saat dinyalakan, air garam mengalir melalui perangkat, membelah menjadi gas oksigen murni yang ditangkap di sisi anoda dan gas hidrogen murni di sisi katoda.
Studi baru yang dipimpin oleh Pralay Gayen di Universitas Washington di St. Louis, Missouri telah menguji MOXIE dengan sumber daya local Mars. Yakni, air garam perklorat yang diyakini ada di tanah Mars di beberapa lokasi.
Alat tersebut dapat memisahkan air dalam air garam tersebut, menghasilkan oksigen dan hidrogen murni.
Garam perklorat (ClO4), memang banyak dijumpai di Mars. Garam-garam ini memiliki afinitas terhadap molekul air dan dapat mengumpulkan uap air seiring waktu, berubah menjadi air garam dengan suhu beku yang sangat rendah.
Ilmuwan meyakini ada jumlah yang cukup besar air asin di bawah permukaan wilayah kutub utara Mars, dan jumlah yang lebih kecil yang kadang-kadang muncul di lereng perbukitan Mars.
Untuk menguji apakah manusia dapat memanfaatkan sumber daya ini, para peneliti membangun perangkat elektrolisis yang mereka jalankan dalam kondisi mirip Mars. Mereka menggunakan katoda platina-karbon standar dan anoda timbal-rutenium-oksigen khusus yang dikembangkan para peneliti sebelumnya.
Ilmuwan mencampur konsentrasi magnesium perklorat air garam dan mengisinya di wadah itu dengan CO2 murni dengan atmosfer mirip Mars. Semuanya disimpan pada -36 derajat celcius. Saat dinyalakan, air garam mengalir melalui perangkat, membelah menjadi gas oksigen murni yang ditangkap di sisi anoda dan gas hidrogen murni di sisi katoda.
tulis komentar anda