Situs Kota Berusia 5.000 Tahun di Amerika Terancam Rusak Akibat Perambahan
Rabu, 20 Januari 2021 - 14:24 WIB
LIMA - Situs kota tertua di Amerika, situs Caral di Peru terancam rusak oleh perambah warga sekitar. Situs yang merupakan kota peradaban pertama di Amerika itu kini 'diduduki warga' dengan alasan krisis ekonomi.
Caral terletak di lembah sungai Supe sekitar 182 kilometer (110 mil) di utara ibu kota Lima dan 20 km dari Samudra Pasifik ke barat. Dibangun antara 3.000 dan 1.800 SM di gurun yang gersang. (Baca: Banjir Genangi Situs Warisan Dunia, Cina evakuasi 100.000 Warga)
Caral adalah tempat lahir peradaban di Amerika. Orang-orangnya sezaman dengan Firaun Mesir dan peradaban Mesopotamia yang agung. Ini mendahului kerajaan Inca yang jauh lebih terkenal pada abad ke-45.
Arkeolog Ruth Shady mengatakan, para perambah mengklaim pandemi virus corona telah membuat mereka tidak punya pilihan lain selain menduduki kota suci itu. "Para arkeolog yang berusaha menyelamatkan situs itu dari warga diancam akan dibunuh," katanya seperti dikutip Science Alert.
Arkeolog mengatakan kepada tim AFP yang mengunjungi Caral bahwa invasi dan penghancuran liar dimulai pada Maret ketika pandemi membuat negara tersebut di lockdown.
"Ada orang yang datang dan menguasai situs ini, yang merupakan properti negara. Mereka menggunakannya untuk berladang. Ini sangat berbahaya karena mereka menghancurkan bukti budaya berusia 5.000 tahun," kata arkeolog Daniel Mayta kepada AFP. (Baca juga: Siap-siap Terkejut! Ini Jawaban WHO Soal Pasien Nol Covid-19)
Lahan situs seluas 10 hektare itu dikuasai warga untuk menanam alpukat, pohon buah-buahan dan kacang. "Mereka tidak mau pergi walau sudah diberitahu kalau itu lahan negara dan merupakan situs warisan dunia," kata Mayta.
Direktur Zona Arkeologi Cara, Shady mengatakan, pihaknya telah melakukan penggalian di situs itu sejak tahun 1996. Namun keberadaan situs itu belakangan terancam karena ulah para calo tanah demi keuntungan pribadi.
"Mereka juga mengancam pengacara kami melalui telepon dan akan membunuhsekaligus menguburnya di situs tersebut," kata Shady.
Ancaman tersebut memaksa Shady untuk tinggal di Lima di bawah perlindungan petugas keamanan. Sebelumnya. Shady dia diberi penghargaan Order of Merit oleh pemerintah Peru karena pengabdiannya. (Baca juga: Laba-laba Pintar Ini Menjerat Mangsanya dengan Perangkap Daun)
Caral dinyatakan sebagai situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 2009. Luasnya 66 hektare dan didominasi oleh tujuh piramida batu yang tampak menyala saat sinar matahari menyinari mereka.
Ditutup karena pandemi, Caral dibuka kembali untuk wisatawan pada bulan Oktober 2020 dengan biaya hanya US$ 3 per pengunjung. Selama lockdown, beberapa benda arkeologi dijarah di daerah tersebut.
Caral terletak di lembah sungai Supe sekitar 182 kilometer (110 mil) di utara ibu kota Lima dan 20 km dari Samudra Pasifik ke barat. Dibangun antara 3.000 dan 1.800 SM di gurun yang gersang. (Baca: Banjir Genangi Situs Warisan Dunia, Cina evakuasi 100.000 Warga)
Caral adalah tempat lahir peradaban di Amerika. Orang-orangnya sezaman dengan Firaun Mesir dan peradaban Mesopotamia yang agung. Ini mendahului kerajaan Inca yang jauh lebih terkenal pada abad ke-45.
Arkeolog Ruth Shady mengatakan, para perambah mengklaim pandemi virus corona telah membuat mereka tidak punya pilihan lain selain menduduki kota suci itu. "Para arkeolog yang berusaha menyelamatkan situs itu dari warga diancam akan dibunuh," katanya seperti dikutip Science Alert.
Arkeolog mengatakan kepada tim AFP yang mengunjungi Caral bahwa invasi dan penghancuran liar dimulai pada Maret ketika pandemi membuat negara tersebut di lockdown.
"Ada orang yang datang dan menguasai situs ini, yang merupakan properti negara. Mereka menggunakannya untuk berladang. Ini sangat berbahaya karena mereka menghancurkan bukti budaya berusia 5.000 tahun," kata arkeolog Daniel Mayta kepada AFP. (Baca juga: Siap-siap Terkejut! Ini Jawaban WHO Soal Pasien Nol Covid-19)
Lahan situs seluas 10 hektare itu dikuasai warga untuk menanam alpukat, pohon buah-buahan dan kacang. "Mereka tidak mau pergi walau sudah diberitahu kalau itu lahan negara dan merupakan situs warisan dunia," kata Mayta.
Direktur Zona Arkeologi Cara, Shady mengatakan, pihaknya telah melakukan penggalian di situs itu sejak tahun 1996. Namun keberadaan situs itu belakangan terancam karena ulah para calo tanah demi keuntungan pribadi.
"Mereka juga mengancam pengacara kami melalui telepon dan akan membunuhsekaligus menguburnya di situs tersebut," kata Shady.
Ancaman tersebut memaksa Shady untuk tinggal di Lima di bawah perlindungan petugas keamanan. Sebelumnya. Shady dia diberi penghargaan Order of Merit oleh pemerintah Peru karena pengabdiannya. (Baca juga: Laba-laba Pintar Ini Menjerat Mangsanya dengan Perangkap Daun)
Caral dinyatakan sebagai situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 2009. Luasnya 66 hektare dan didominasi oleh tujuh piramida batu yang tampak menyala saat sinar matahari menyinari mereka.
Ditutup karena pandemi, Caral dibuka kembali untuk wisatawan pada bulan Oktober 2020 dengan biaya hanya US$ 3 per pengunjung. Selama lockdown, beberapa benda arkeologi dijarah di daerah tersebut.
(ysw)
tulis komentar anda