Apakah Vaksinasi COVID Berhasil? Ilmuwan Mencari Petunjuk Pertama di Israel
Rabu, 27 Januari 2021 - 00:57 WIB
TEL AVIV - Orang-orang yang divaksinasi di Israel cenderung tidak dites positif SARS-CoV-2, tapi efek seluruh populasi akan membutuhkan waktu untuk menjadi jelas.
Ketika negara-negara di seluruh dunia meluncurkan vaksin COVID-19, para peneliti dengan bersemangat mengamati tanda-tanda awal bahwa vaksinasi berdampak pada pandemi. Pekan lalu, para peneliti di Israel melaporkan angka-angka awal yang menunjukkan bahwa orang yang divaksinasi ada sekitar sepertiga lebih kecil kemungkinannya untuk dites positif SARS-CoV-2 daripada orang yang tidak menerima suntikan. Tetapi para ilmuwan mengatakan efek imunisasi pada populasi luas akan membutuhkan waktu untuk menjadi jelas.
Banyak faktor yang akan menentukan seberapa cepat para ilmuwan dapat mendeteksi dampak vaksin terhadap pandemi. Di antaranya, sejauh mana cakupan vaksin, efektivitas suntikan dalam mencegah penyakit dan infeksi, dan laju penularan virus.
Israel dan Uni Emirat Arab memimpin dunia dalam cakupan vaksin. Kedua negara telah memvaksinasi sekitar seperempat populasi mereka -masing-masing lebih dari dua juta orang. Negara lain, seperti Inggris dan Norwegia, telah menargetkan program vaksinasi mereka pada kelompok berisiko tinggi.
Inggris telah memvaksinasi lebih dari 4 juta orang, sebagian besar pekerja kesehatan dan orang tua, termasuk mereka yang tinggal di panti jompo. Lalu Norwegia telah mengimunisasi semua penduduk yang tinggal di panti jompo, sekitar 40.000 orang.
Tanda Pertama
Hasil dari Israel, termasuk yang pertama melaporkan dampak vaksin yang diberikan kepada orang-orang di luar uji klinis. Mereka memberikan indikasi awal bahwa vaksin berbasis RNA dua dosis yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech dapat mencegah infeksi atau membatasi durasinya pada beberapa orang yang divaksinasi.
Dalam analisis awal terhadap 200.000 orang yang berusia lebih dari 60 tahun yang menerima vaksin, dibandingkan dengan 200.000 orang yang tidak menerima vaksin, para peneliti menemukan kemungkinan dites positif virus itu 33% lebih rendah dua pekan setelah suntikan pertama.
Ketika negara-negara di seluruh dunia meluncurkan vaksin COVID-19, para peneliti dengan bersemangat mengamati tanda-tanda awal bahwa vaksinasi berdampak pada pandemi. Pekan lalu, para peneliti di Israel melaporkan angka-angka awal yang menunjukkan bahwa orang yang divaksinasi ada sekitar sepertiga lebih kecil kemungkinannya untuk dites positif SARS-CoV-2 daripada orang yang tidak menerima suntikan. Tetapi para ilmuwan mengatakan efek imunisasi pada populasi luas akan membutuhkan waktu untuk menjadi jelas.
Banyak faktor yang akan menentukan seberapa cepat para ilmuwan dapat mendeteksi dampak vaksin terhadap pandemi. Di antaranya, sejauh mana cakupan vaksin, efektivitas suntikan dalam mencegah penyakit dan infeksi, dan laju penularan virus.
Israel dan Uni Emirat Arab memimpin dunia dalam cakupan vaksin. Kedua negara telah memvaksinasi sekitar seperempat populasi mereka -masing-masing lebih dari dua juta orang. Negara lain, seperti Inggris dan Norwegia, telah menargetkan program vaksinasi mereka pada kelompok berisiko tinggi.
Inggris telah memvaksinasi lebih dari 4 juta orang, sebagian besar pekerja kesehatan dan orang tua, termasuk mereka yang tinggal di panti jompo. Lalu Norwegia telah mengimunisasi semua penduduk yang tinggal di panti jompo, sekitar 40.000 orang.
Tanda Pertama
Hasil dari Israel, termasuk yang pertama melaporkan dampak vaksin yang diberikan kepada orang-orang di luar uji klinis. Mereka memberikan indikasi awal bahwa vaksin berbasis RNA dua dosis yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech dapat mencegah infeksi atau membatasi durasinya pada beberapa orang yang divaksinasi.
Dalam analisis awal terhadap 200.000 orang yang berusia lebih dari 60 tahun yang menerima vaksin, dibandingkan dengan 200.000 orang yang tidak menerima vaksin, para peneliti menemukan kemungkinan dites positif virus itu 33% lebih rendah dua pekan setelah suntikan pertama.
tulis komentar anda