Wahana Penjelajah China Yutu 2 Menemukan Batu Aneh di Permukaan Bulan
Selasa, 16 Februari 2021 - 09:32 WIB
JAKARTA - Setelah melewati mode tidur selama 14 hari di Bulan , Penjelajah Yutu 2 China menemukan batu aneh di sisi terjauh bulan. Batu tersebut diduga terlontar dari salah satu kawah akibat tekanan siklus termal di permukaan bulan.
Batu yang oleh tim Yutu 2 memutuskan untuk menyebutnya sebagai "tonggak" daripada "monolit" benar-benar sebagai penemuan yang luar biasa. Batu tersebut seperti menonjol keluar dari tanah dan Badan Luar Angkasa Nasional China (CNSA) akan memeriksa batu tersebut dari jarak dekat. (Baca: Pesawat Luar Angkasa China Keliling Bulan Selama Sepekan Sebelum Sampai ke Bumi)
Berdasarkan bentuknya yang terlihat, batu tersebut terlihat masih muda secara geologis karena strukturnya belum rusak dan membulat. "Tampaknya memiliki bentuk seperti pecahan dan mencuat dari tanah. Itu jelas tidak biasa," kata Rekan Program Pascadoktoral NASA di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard Dan Moriarty kepada Space.com.
Kemungkinan, batu tersebut akibat dari tekanan siklus termal. Bentuk pelapukan lainnya di permukaan bulan semuanya akan cenderung memecah bebatuan menjadi bentuk bulat. Batu itu kemungkinan besar terlontar dari kawah terdekat.
Tim berencana untuk menggunakan peralatan Spektrometer Pencitraan Inframerah dan Visible Rover untuk menganalisis batuan lebih lanjut. Alat tersebut mendeteksi cahaya yang tersebar dari batu, untuk menganalisis susunannya. (Baca juga: Wombat Satu-satunya Mahluk Bumi yang Kotorannya Berbentuk Kotak, Kok Bisa!)
Alat tersebut digunakan untuk menganalisis zat yang ditemukan di permukaan Bulan pada tahun 2019. Zat tersebut ternyata mirip dengan sampel yang diambil oleh misi Apollo 17 pada tahun 1972.
Batu yang oleh tim Yutu 2 memutuskan untuk menyebutnya sebagai "tonggak" daripada "monolit" benar-benar sebagai penemuan yang luar biasa. Batu tersebut seperti menonjol keluar dari tanah dan Badan Luar Angkasa Nasional China (CNSA) akan memeriksa batu tersebut dari jarak dekat. (Baca: Pesawat Luar Angkasa China Keliling Bulan Selama Sepekan Sebelum Sampai ke Bumi)
Berdasarkan bentuknya yang terlihat, batu tersebut terlihat masih muda secara geologis karena strukturnya belum rusak dan membulat. "Tampaknya memiliki bentuk seperti pecahan dan mencuat dari tanah. Itu jelas tidak biasa," kata Rekan Program Pascadoktoral NASA di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard Dan Moriarty kepada Space.com.
Kemungkinan, batu tersebut akibat dari tekanan siklus termal. Bentuk pelapukan lainnya di permukaan bulan semuanya akan cenderung memecah bebatuan menjadi bentuk bulat. Batu itu kemungkinan besar terlontar dari kawah terdekat.
Tim berencana untuk menggunakan peralatan Spektrometer Pencitraan Inframerah dan Visible Rover untuk menganalisis batuan lebih lanjut. Alat tersebut mendeteksi cahaya yang tersebar dari batu, untuk menganalisis susunannya. (Baca juga: Wombat Satu-satunya Mahluk Bumi yang Kotorannya Berbentuk Kotak, Kok Bisa!)
Alat tersebut digunakan untuk menganalisis zat yang ditemukan di permukaan Bulan pada tahun 2019. Zat tersebut ternyata mirip dengan sampel yang diambil oleh misi Apollo 17 pada tahun 1972.
(ysw)
tulis komentar anda