Catat, Matahari Akan Tepat di Atas Indonesia pada September-Oktober Ini
Sabtu, 28 Agustus 2021 - 17:05 WIB
JAKARTA - Fenomena ketika Matahari berada tepat di atas Indonesia akan terjadi dua kali di tahun ini. Sebab, Indonesia terbentang dari 6 derajat Lintang Utara hingga 11 derajat Lintang Selatan dan dibelah oleh garis khatulistiwa.
Kejadian yang juga disebut Hari Tanpa Bayangan Matahari ini telah terjadi pada akhir Februari hingga awal April lalu. Sedangkan fenomena yang kedua akan terjadi antara tanggal 6 September hingga 21 Oktober mendatang.
Andi Pangerang, Peneliti Pusat Sains dan Antariksa, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), mengatakan ketika posisi Matahari berada di atas Indonesia, tidak ada bayangan yang terbentuk oleh benda tegak tak berongga saat tengah hari.
Andi juga menjelaskan, fenomena ini selalu terjadi dua kali dalam setahun untuk kota-kota atau wilayah yang terletak di antara dua garis. Garis Balik Utara (Tropic of Cancer; 23,4 derajat Lintang Utara) dan Garis Balik Selatan (Tropic of Capricorn; 23,4 derajat Lintang Selatan).
Sementara itu, untuk kota-kota yang terletak tepat di Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan, hanya akan mengalami hari tanpa bayangan Matahari sekali dalam setahun, yakni ketika Solstis Juni (20/21 Juni) untuk Garis Balik Utara, maupun Solstis Desember (20/21 Desember) untuk Garis Balik Selatan.
"Di luar ketiga wilayah tersebut, Matahari tidak akan berada di Zenit ketika tengah hari sepanjang tahun, melainkan agak condong ke Selatan untuk belahan Bumi Utara maupun agak condong ke Utara untuk belahan Bumi Selatan," jelasnya, Minggu (28/8/2021).
Andi menambahkan, cara paling sederhana bagi masyarakat bisa mengamati detik-detik hari tanpa bayangan adalah dengan menggunakan benda tegak seperti tongkat atau spidol atau benda lain yg bisa diberdirikan.
Caranya, letakan di permukaan yang rata dan kemudian amati sesuai dengan jam yang telah ditentukan. Di Jakarta, momen tanpa bayangan dapat di amati pada tanggal 9 Oktober, pukul 11.39 WIB.
Kejadian yang juga disebut Hari Tanpa Bayangan Matahari ini telah terjadi pada akhir Februari hingga awal April lalu. Sedangkan fenomena yang kedua akan terjadi antara tanggal 6 September hingga 21 Oktober mendatang.
Andi Pangerang, Peneliti Pusat Sains dan Antariksa, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), mengatakan ketika posisi Matahari berada di atas Indonesia, tidak ada bayangan yang terbentuk oleh benda tegak tak berongga saat tengah hari.
Andi juga menjelaskan, fenomena ini selalu terjadi dua kali dalam setahun untuk kota-kota atau wilayah yang terletak di antara dua garis. Garis Balik Utara (Tropic of Cancer; 23,4 derajat Lintang Utara) dan Garis Balik Selatan (Tropic of Capricorn; 23,4 derajat Lintang Selatan).
Sementara itu, untuk kota-kota yang terletak tepat di Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan, hanya akan mengalami hari tanpa bayangan Matahari sekali dalam setahun, yakni ketika Solstis Juni (20/21 Juni) untuk Garis Balik Utara, maupun Solstis Desember (20/21 Desember) untuk Garis Balik Selatan.
"Di luar ketiga wilayah tersebut, Matahari tidak akan berada di Zenit ketika tengah hari sepanjang tahun, melainkan agak condong ke Selatan untuk belahan Bumi Utara maupun agak condong ke Utara untuk belahan Bumi Selatan," jelasnya, Minggu (28/8/2021).
Andi menambahkan, cara paling sederhana bagi masyarakat bisa mengamati detik-detik hari tanpa bayangan adalah dengan menggunakan benda tegak seperti tongkat atau spidol atau benda lain yg bisa diberdirikan.
Caranya, letakan di permukaan yang rata dan kemudian amati sesuai dengan jam yang telah ditentukan. Di Jakarta, momen tanpa bayangan dapat di amati pada tanggal 9 Oktober, pukul 11.39 WIB.
(ysw)
tulis komentar anda