Dunia Makin Panas, Suhu di Atas 50 Derajat Celcius Bakal Sering Terjadi
Rabu, 15 September 2021 - 05:13 WIB
LONDON - Menurut analisis BBC Global, jumlah hari yang sangat panas setiap tahun dengan suhu mencapai 50 derajat Celcius meningkat dua kali lipat sejak 1980-an. Ini bisa menjadi bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap kesehatan dan cara hidup manusia.
Dikutip dari BBC News, Selasa (14/9/2021), jumlah hari dengan suhu di atas 50 derajat Celcius telah meningkat di setiap dekade sejak 1980. Rata-rata, antara 1980 dan 2009, suhu melewati 50 derajat Celcius sekitar 14 hari setahun.
Kini jumlahnya meningkat menjadi 26 hari dalam setahun antara 2010 dan 2019. Pada periode yang sama, suhu 45C ke atas terjadi rata-rata dua minggu ekstra dalam setahun.
"Peningkatannya bisa 100%, ini terkait dengan penggunaan bahan bakar fosil," kata Dr Friederike Otto, direktur asosiasi Institut Perubahan Lingkungan di Universitas Oxford.
Analisis menggunakan suhu harian maksimum dari dataset ERA5 global, yang diproduksi oleh Copernicus Climate Change Service. ERA5 menggabungkan pengamatan cuaca dari banyak sumber, seperti stasiun dan satelit, dengan data dari model prakiraan cuaca.
Proses ini mengisi kesenjangan yang diciptakan oleh cakupan stasiun yang buruk di banyak bagian dunia. Saat seluruh dunia menghangat, suhu ekstrem menjadi lebih mungkin terjadi.
Panas yang tinggi dapat mematikan bagi manusia dan alam, dan menyebabkan masalah besar pada bangunan, jalan, dan sistem tenaga.
Dikutip dari BBC News, Selasa (14/9/2021), jumlah hari dengan suhu di atas 50 derajat Celcius telah meningkat di setiap dekade sejak 1980. Rata-rata, antara 1980 dan 2009, suhu melewati 50 derajat Celcius sekitar 14 hari setahun.
Kini jumlahnya meningkat menjadi 26 hari dalam setahun antara 2010 dan 2019. Pada periode yang sama, suhu 45C ke atas terjadi rata-rata dua minggu ekstra dalam setahun.
"Peningkatannya bisa 100%, ini terkait dengan penggunaan bahan bakar fosil," kata Dr Friederike Otto, direktur asosiasi Institut Perubahan Lingkungan di Universitas Oxford.
Analisis menggunakan suhu harian maksimum dari dataset ERA5 global, yang diproduksi oleh Copernicus Climate Change Service. ERA5 menggabungkan pengamatan cuaca dari banyak sumber, seperti stasiun dan satelit, dengan data dari model prakiraan cuaca.
Proses ini mengisi kesenjangan yang diciptakan oleh cakupan stasiun yang buruk di banyak bagian dunia. Saat seluruh dunia menghangat, suhu ekstrem menjadi lebih mungkin terjadi.
Panas yang tinggi dapat mematikan bagi manusia dan alam, dan menyebabkan masalah besar pada bangunan, jalan, dan sistem tenaga.
tulis komentar anda